"Kyra, lo berhak bahagia. Nggak ada yang bisa buat lo nangis. Kalau pun ada, gue bakal pastikan dia bakal lenyap dalam seketika."
– Arion Abraham –
★★★
Jika hari minggu adalah hari yang digunakan sebagian orang untuk bersantai-santai, tapi hal itu tidak berlaku dengan Kyra. Pagi-pagi buta Kyra sudah siap dengan baju santai untuk bersepeda.
Ya, ia akan bersepeda pagi bersama dengan Reivant karena laki-laki itu mengajaknya. Kyra dengan senang hati mengiyakannya.
"Jangan pulang lama-lama. Ingat, jam sepuluh nanti lo harus check up," ujar Arion sebelum Kyra keluar dari rumah.
"Iya bawel," balas Kyra lalu melenggang pergi dari sana.
Kyra menggeser pagar nya, Reivant langsung terlihat disana yang sedang duduk di atas sepedanya sambil menunggu Kyra.
"Maaf, ya, lama, tadi abis minum– " seketika Kyra mengunci rapat mulutnya saat hampir saja mengatakan yang sebenarnya.
"Abis minum?" Reivant mengulangi ucapan Kyra yang belum selesai.
"Abis minum itu, hm ... Susu! Iya, susu," setelah mengatakan itu Kyra menyengir.
Reivant tertawa, lalu mengacak pelan rambut Kyra. "Ya udah ayo."
Keduanya menggowes sepeda berbarengan. Sesekali Kyra melirik Reivant untuk melihat lukanya. Plester nya sudah diganti, pasti Bunda yang menggantinya, tebak Kyra.
"Kenapa?" Reivant bertanya ketika Kyra sesekali melihat ke arahnya.
"Masih sakit, nggak?" Kyra menunjuk pelipis Reivant dengan dagunya.
"Enggak, kemarin udah diobati kamu, jadinya sembuh, deh," kata Reivant dengan senyumnya. Kyra tidak bisa untuk tidak meleleh ketika Reivant memamerkan dua lekuk kecil di pipinya. Sangat manis.
"Kamu belajar dimana, deh, gombal begitu? Di ajari siapa? Naja? Atau Elvan?" Kyra sedikit bingung saat belakangan ini Reivant sering sekali menggodanya. Kalau begini terus, bisa-bisa kondisi jantungnya semakin memburuk.
"Memangnya itu gombal? Perasaan aku nggak lagi gombal, deh. Apa kamu mau di gombalin?" Eh, apa ini? Memangnya menurut Reivant itu tadi tidak sebuah gombalan?
"Apa, sih, Rei!" Kyra merengut sebal, pipinya semakin terasa panas, padahal udara di pagi hari masih terasa dingin.
"Belum juga di gombalin, udah keburu merah pipinya," Reivant berkata, nadanya seperti mengejek Kyra yang sedang salah tingkah.
"Stop! Jangan bicara lagi, nanti aku– "
"Cium?"
"Rei!" Mata Kyra melotot melihat Reivant yang cengengesan. Kyra mengayuh sepedanya lebih cepat agar Reivant tidak melihat wajahnya yang seratus persen dipastikan memerah. Kyra malu, tahu!
KAMU SEDANG MEMBACA
About Kyra's Life [Selesai]
Novela Juvenil"𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡." - 𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐊𝐲𝐫𝐚'𝐬 𝐋𝐢𝐟𝐞 - Kematian menjadi salah satu hal yang membuat Kyra trauma. Orang tuanya meninggal sejak ia kecil karena insiden kecelakaan...