Usai berbaikan dengan Reivant, kini hubungan keduanya kembali membaik. Kyra tidak pernah mau memperpanjang masalahnya dengan siapa pun itu. Tapi Kyra masih tidak tahu apakah ia bisa memaafkan Daiva atau tidak, sebab terlalu sulit baginya untuk memaafkan Daiva setelah kejadian itu.
Sore ini, Kyra sedang duduk di balkon kamarnya dan memandang jalanan kota yang dipenuhi dengan berbagai kendaraan. Kyra meneguk secangkir teh hangat yang dibuatnya sendiri.
Setelah tehnya habis, Kyra meletakkan gelasnya di meja sebelahnya. Ia menekuk kakinya dan memeluk lututnya sendiri. Kalau boleh jujur, saat ini Kyra sedang rindu dengan kedua orang tuanya. Ralat, bukan hanya saat ini, bahkan hampir di setiap saat ia selalu merindukan kedua orang tuanya.
"Seandainya aja kalian masih disini, mungkin aku nggak bakal ngerasain sakit walaupun memang ada sakit di tubuhku," Kyra memegang dada kirinya, dimana ia sering merasa kesakitan.
Kyra menghembuskan napasnya, ia menatap ke atas, langit biru yang kini mulai berganti warna menjadi jingga. Kyra tersenyum, "Gimana disana, Ma, Pa? Pasti indah banget, ya?"
"Aku yakin, aku bakal lebih bahagia kalau sama kalian. Apa kalian nggak bisa jemput aku?" Kyra bertanya pada langit sore itu. Angin sore yang menerpanya seolah ingin menghilangkan rasa sedihnya.
Kyra tersentak kaget saat pintu kamarnya di ketuk. Ia mendengar suara Arion yang memanggil namanya. Kyra mengabaikannya, ia masih belum bisa berdamai dengan Arion setelah kejadian Arion yang memukuli Reivant di rooftop tempo hari yang lalu.
Karena tidak ada jawaban dari dalam sana, Arion membuka pintu kamar Kyra. Ia melihat Adiknya sedang duduk sendirian di balkon kamarnya. Arion menghampiri Kyra dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya, hal yang menjadi kebiasaannya.
"Kok nggak di jawab? Gue kira lo kenapa-kenapa," Arion duduk di sebelah gadis itu.
Kyra tak menatap Arion barang sedetik saja. Sejujurnya Kyra sedang tidak ingin berbicara dengan Abangnya itu. "Ngapain kesini? Aku nggak kasih izin buat masuk," kata Kyra.
"Gue nggak butuh izin lo."
"Egois," ucap Kyra pelan.
"Gue egois?" Arion menatap Kyra, gadis itu masih enggan bersitatap dengannya.
Arion menyentuh lengan Kyra saat gadis itu hanya diam. "Ky–"
"Bang, please, aku lagi nggak mau di ganggu," Kyra menjauhkan tangan Arion dari lengannya.
Arion menarik napas panjang. "Mau sampai kapan lo diemin gue kayak gini?"
"Sampai Abang sadar sama kesalahan Abang sendiri," ujar Kyra.
"Lo salahin gue karena mukul Reivant?"
Arion berhasil membuat Kyra menatapnya. "Nggak seharusnya Abang pukulin dia kayak gitu."
"Nggak seharusnya lo bela dia segitunya setelah apa yang dia lakukan ke lo," ucap Arion dengan tenang.
Kyra membuang pandangannya ke arah lain. Sial, air matanya keluar lagi. Kyra tidak mau Arion tahu. Kyra juga tidak mau berdebat dengan Arion.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Kyra's Life [Selesai]
Roman pour Adolescents"𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡." - 𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐊𝐲𝐫𝐚'𝐬 𝐋𝐢𝐟𝐞 - Kematian menjadi salah satu hal yang membuat Kyra trauma. Orang tuanya meninggal sejak ia kecil karena insiden kecelakaan...