Haiii, akhirnya update lagi. Buat yang lupa ceritanya gimana, boleh baca part sebelumnya yaa supaya gak bingung pas baca part ini. Happy reading guys!
"Jangan berani menyentuh kedua perempuan saya."
– Reivant Daniswara –
★★★
Mata indah itu masih tertutup sejak tiga hari yang lalu. Semua orang datang silih berganti untuk melihat keadaan Kyra, dan pastinya berdoa untuk kesembuhan gadis yang selalu terlihat ceria itu.
Reivant Daniswara, ia selalu menyempatkan diri untuk melihat gadisnya yang terbaring lemah di brankar rumah sakit. Lelah yang menguasai dirinya tak di hiraukan, ia sangat ingin melihat Kyra kembali di sekolah.
Tiga hari yang dijalaninya terasa sangat hampa karena tidak melihat Kyra di sekolah. Reivant tidak banyak bicara selama tiga hari belakangan ini, pikirannya terus tertuju hanya pada Kyra seorang.
Reivant menggenggam sebelah tangan Kyra yang bebas dari selang infus, ia mengusap lembut punggung tangan Kyra yang putih. Reivant menatap sendu Kyra yang masih memejamkan matanya dengan nasal oxygen cannula yang berada di hidungnya. Reivant menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangan yang dilipatnya, masih dengan tangannya yang menggenggam tangan Kyra.
Tanpa Reivant sadari, kini mata indah itu perlahan terbuka. Gadis cantik itu akhirnya membuka matanya kembali. Kyra memejamkan kembali matanya saat cahaya lampu menusuk indera penglihatannya.
Kyra menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya lampu di ruangan yang lumayan besar itu. Ia melihat seorang lelaki yang menyembunyikan wajahnya di antara lipatan tangannya sembari menggenggam tangan Kyra. Kyra mengusap rambut tebal Reivant saat mendengar isak tangis dari lelaki itu.
Reivant mengangkat kepalanya, matanya yang merah bertemu langsung dengan mata coklat Kyra. Reivant senang sekali karena dapat melihat senyum manis gadisnya. Tetapi entah mengapa sudut matanya mengeluarkan air mata saat Kyra memberinya senyuman.
"Kenapa nangis?" Tanya Kyra, ibu jarinya menghapus air mata Reivant.
"Kamu buat aku takut, Kyra. Kenapa lama banget bangunnya?" Reivant menggenggam tangan Kyra yang berada di pipinya.
Kyra tersenyum, "Nggak perlu takut, Rei. Aku udah biasa begini," balas Kyra.
Reivant menghela napas dalam. "Masih ada yang sakit?"
Kyra menggeleng, "Nggak ada, besok juga udah bisa sekolah."
"Ngaco kamu!" Reivant melotot tidak setuju.
Kyra tertawa, ia juga terbatuk di tengah tawanya membuat Reivant menatapnya khawatir. Kyra tertawa pelan saat melihat wajah khawatir Reivant. "Natapnya biasa aja, aku udah nggak apa-apa, loh, ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Kyra's Life [Selesai]
Teen Fiction"𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡." - 𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐊𝐲𝐫𝐚'𝐬 𝐋𝐢𝐟𝐞 - Kematian menjadi salah satu hal yang membuat Kyra trauma. Orang tuanya meninggal sejak ia kecil karena insiden kecelakaan...