"Kalau pada akhirnya kita tidak bisa bersama, jangan salahkan siapapun. Sebab kita telah melewati banyak hal bersama, kita sudah berjuang sekuat yang kita bisa. Kita seamin dalam doa, tapi tak seiman"
"Hari ini, aku ingin kita berdoa sama-sama untuk yang terakhir kalinya. Agar kita berbahagia, dalam ketiadaanku disisimu lagi dan kehilanganmu dihidup ku"
Kalimat terakhir yang bisa diucapkan Farhan pada Renata, sebelum mereka akhirnya benar-benar berpisah.
Renata hanya bisa tertegun, dengan kelopak mata berkaca-kaca berusaha membendung tangis.
Sementara Farhan, pelan-pelan berlalu dengan sepeda motornya bersama sebuah senyuman terakhir untuk Renata. Senyuman yang ia harap bisa memberikan kekuatan pada Renata, tentang perpisahan yang susah payah mereka hindarkan.
Dan diujung jalan itu, saat Farhan tak lagi terlihat oleh kedua kelopak matanya dengan jelas, isak tangis itu akhirnya pecah.
Kedua kaki Renata bergetar, lemas. Kepalanya dipenuhi banyak ingatan tentang kenangan dan kebersamaan.
"Tuhan, doa ku kurang panjang yah? Atau doa ku kurang khusyuk? Mengapa kau biarkan ia pergi, mengapa kau biarkan kami tidak bersama. Mengapa Tuhan"
Ucap Renata, dengan tangis yang tak henti-henti.
Segera setelah merasa sudah cukup jauh dari tempat keduanya berpisah. Farhan akhirnya menghentikan sepeda motornya, lalu menepi.
"Hahahahahahahaha biadab" sebuah tawa yang berubah tangis.
Kemudian Farhan mengambil sebatang rokok dan membakarnya lalu kembali mengendarai sepeda motornya.
Menyusuri jalan kenangan, berharap bisa memungut satu demi satu kisah mereka yang masih tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Nonfiksi"Kalau pada akhirnya kita tidak bisa bersama, jangan salahkan siapapun. Sebab kita telah melewati banyak hal bersama, kita sudah berjuang sekuat yang kita bisa. Kita se amin dalam doa, tapi tak seiman" "Hari ini, aku ingin kita berdoa sama-sama untu...