Sebulan setelahnya, giliranku yang merayakan ulang tahun. Malam pada 15 Juni 2017, Renata berlari tergesah-gesah menuju rumahku.
Oh ia lupa, rumahku juga berada di atas gunung loh. Jadi untuk menuju rumahku, juga harus sedikit mendaki beberapa anak tangga, tapi tidak setinggi rumah Renata sih.
Malam itu aku sedang menonton tv bersama keluarga, usai berbuka puasa dan melaksanakan Shalat Tarawih di masjid.
Tiba-tiba Renata muncul di depan pintu. Ia nampak kelelahan dengan keringat yang mengalir deras di wajahnya.
Di tangannya kanannya terdapat kue ulang tahun dengan lilin yang menyala, sedang di tangan kirinya terdapat tas kecil dan selembar baju.
Aku yang melihat itu seketika tersenyum, Ibu dan adik-adikku segera bersorak kegirangan.
Ibu segera menyambut Renata dan memintanya masuk ke dalam rumah.
"Kok gak bilang kalau mau datang" kataku pada Renata.
"Kalau ku bilang berarti itu bukan kejutan komodo tua" jawabnya.
"Hehehe iya ya" jawabku.
"Selamat ulang tahun sayang"
Ucap Renata sambil menyodorkan kue ulang tahun yang ia bawa.
"Cieeee" seru adik-adikku.
"Apa ciee ciee" kataku.
"Lilinnya tiup dulu, terus berdoa" minta Renata.
"Malah melamun" timpal Ibu.
"Iya, iya sabar" jawabku.
Dengan sedikit menarik napas, aku merapalkan doa kepada Tuhan. Doa berisi rasa syukur atas kehadiran Renata di hidupku. Doa berisi permohonan agar Tuhan menyatukan kami selamanya, doa agar Tuhan selalu memberikan kami kebahagiaan, kekuatan serta ketulusan dalam menjalani kehidupan ini.
"Aamiin" kataku setelah berdoa dalam hati.
"Aamiin" timpal Renata, Ibu, dan adik-adikku.
Lilin di kue tersebut segera aku matikan menggunakan pulpen yang ku pegang. Kemudian menyuapi sepotong kue pada Bapak, Ibu, adik-adikku dan tentu saja Renata.
Renata nampak malu saat ku suapi, sementara aku sangat canggung malam itu.
Setelahnya, Renata mengeluarkan kado yang ia bawa untukku. Sebuah tas kecil yang sudah lama ku inginkan, serta selembar baju untukku.
"Terima kasih ya, Ta"
"Sama-sama. Semoga suka ya, maaf aku hanya bisa memberimu ini" ucapnya.
"Ini luar biasa Ta, aku senang" kataku.
"Hehehe" Renata tersenyum.
"Aku membeli masing-masing dua pasang Far" kata Renata.
"Jadi kita samaan dong?" tanyaku.
"Iya hehehe" jawab Renata.
Renata memintaku untuk memakai baju yang berikan, bersama tas kecil tersebut. Aku kemudian mencobanya, dan terlihat sangat pas di tubuhku.
Oh ia, saat itu berat badanku sangat naik. Sebelum bertemu Renata berat badanku hanya 40 kilogram, namun setelah setahun bersama Renata, berat badanku perlahan naik hingga menjadi 60 kilogram.
Apakah itu adalah faktor bahagia? Tentu saja, selain itu Renata memang adalah manusia yang paling memperhatikan pola makanku.
Bahkan ia tidak pernah ragu untuk mengantarkan aku makanan ke kantor ku.
Renata segera pamit untuk pulang ke Ibu, dan adik-adikku. Malam itu bapakku sedang lembur, sehingga ia tidak berada di rumah.
Aku mengantar Renata menuju sepeda motornya. Beberapa tetanggaku menyaksikan kami, dan saling melempar senyum dengan Renata.
"Aku pulang ya" ucap Renata.
"Hati-hati'
"Terima kasih untuk malam ini, kau berhasil memberiku kejutan"
Kataku pada Renata.
"Sini peluk dulu" pinta Renata.
"Hihi si komodo tua makin gemuk" katanya.
"Hehehe kan bahagia" jawabku.
"Yakin?" tanyanya.
"Iyalah"
Renata menatapku, kemudian aku mencium keningnya.
"I love you, Fransisca Ayunda Renata"
Renata tersenyum.
"I love you more" jawab Renata.
Setelah Renata pergi, beberapa tetangga rumah ku menanyai ku.
"Itu pacar mu ya Far?" tanya Pak Dika.
"Iya om" jawabku.
"Tadi aku melihatnya lari, sambil membawa kue ulang tahun. Ia hampir terjatuh di situ" beber Pak Dika padaku.
"Astaga anak itu" jawabku.
"Semoga kalian langgeng, jangan buang-buang waktu segera halalkan Far" saran Pak Dika.
"Hehe iya om, mohon doanya" kataku.
"Dia baik, tulus dan sangat cantik. Jangan tunggu menyesal" ucapnya.
"Hehehe siap" jawabku.
Satu hal yang membuat keluarga, dan orang-orang di sekitarku sangat mengagumi dan menyukai Renata. Yakni sikap dan sifat Renata yang sangat ramah pada siapapun. Ia tak segan menegur orang-orang yang ia kenali di manapun mereka bertemu.
Renata juga kerap membantu ibu beberes di rumahku, kata Ibu rumah selalu bersih setiap kali Renata datang berkunjung.
Bahkan, Renata juga kerap datang merawatku bila aku sedang sakit.
Ayah dan Ibuku selalu berkata, mereka hanya mau Renata mereka tidak menginginkan perempuan lain. Bagi mereka Renata adalah perempuan yang sempurna, yang bisa membuatku sangat bahagia.
Ayah bahkan sudah berniat untuk datang melamar Renata untukku, katanya Ayah sedang mempersiapkan semuanya untuk kami. Ayah sangat senang terhadap sosok Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
No Ficción"Kalau pada akhirnya kita tidak bisa bersama, jangan salahkan siapapun. Sebab kita telah melewati banyak hal bersama, kita sudah berjuang sekuat yang kita bisa. Kita se amin dalam doa, tapi tak seiman" "Hari ini, aku ingin kita berdoa sama-sama untu...