Bulan Mei 2017 segera menyambut, bulan yang sudah lama ku tunggu akhirnya tiba. Di bulan ini, Renata akan genap berusia 20 tahun.
Minggu, 7 Mei 2017 atau sehari sebelum Renata berulang tahun. Aku menjemput Renata di gereja tempat ia beribadah. Kami memang sudah janjian untuk pergi makan di tempat favorit kami.
Hari itu aku sengaja tidak menyinggung sama sekali hari ulang tahun Renata, aku sengaja melakukan itu. Meski begitu, sesekali ia menyinggung soal hari ulang tahunnya.
Katanya, sehari lagi ia genap berusia 20 tahun. Ia memiliki banyak doa dan harapan.
"Far" panggil Renata.
"Iya" sahutku.
"Bagaimana rasanya menjadi dewasa?" tanyanya.
"Gimana ya? Bingung hehe" jawabku.
"Intinya, dewasa itu bukan soal usia Ta. Tapi soal sikap dan tindakan" timpalku.
"Siap, bantu aku ya Far" pinta Renata.
"Iya" jawabku.
"Aku senang, Far" katanya.
"Karena?" tanyaku.
"Akhirnya aku berusia 20 tahun, aku semakin dewasa"
"Banyak hal yang ingin ku gapai"
Kata Renata padaku.
"Aku mendukungmu" kataku.
"Aku mau kuliah tahun ini" kata Renata.
"Keren, semangat" ucapku.
"Boleh kan?" tanyanya.
"Loh kok gak boleh, boleh lah" jawabku.
"Setiap kali ke gereja, aku selalu berdoa" kata Renata.
"Apa doamu?" tanyaku.
"Semoga Tuhan menjaga ibu, bapak, adik-adikku dan kamu" jawabnya.
"Aku terus mendoakanmu, mendoakan kita agar berjodoh" kata Renata lagi.
"Aamiin" ucapku.
"Amin" timpal Renata.
Selepas makan, kami berkeliling kota menggunakan sepeda motor. Kami senang melakukan itu, kami seperti menemukan kebahagiaan saat berkeliling kota.
Meski bagi kalian itu adalah yang biasa saja, maka bagi kami tidak. Dengan berkeliling kota, kami merasa semakin dekat.
Sesekali cobalah melakukan itu, tak perlu berkata apa-apa. Untuk lelaki, fokuslah mengendarai sepeda motormu, dan untuk perempuan nikmatilah perjalanan kalian dengan memeluk erat kekasihmu dan menikmati semilir angin.
Kami juga melakukan itu, atau sesekali bercanda dengan Renata. Aku selalu mengerjai Renata dengan cara melompat dari sepeda motorku sesaat sebelum benar-benar tiba di tempat tujuan.
Bingung ya? Begini biar ku jelaskan.
Jadi, saat motorku hendak ku berhentikan aku segera turun dengan melompat, tapi kendali di setir tetap ku pegang erat. Jadi seakan-akan Renata dibonceng motor gaib tanpa pengendara.
Atau, saat Renata hendak naik ke atas motorku. Aku sengaja menarik gas pelan-pelan, sehingga Renata tidak jadi naik.
"Farhan, aku belum naik" teriak Renata padaku.
"Oh hahaha maaf" jawabku.
"Goblok" kesalnya.
"Hehehe canda Ta" jawabku.
Tapi hal seperti ini tidak aku sarankan bagi kalian, agak sedikit berbahaya tentunya.
Renata segera ku antar pulang, malam sudah semakin larut. Dan setelahnya, aku juga bergegas pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Nonfiksi"Kalau pada akhirnya kita tidak bisa bersama, jangan salahkan siapapun. Sebab kita telah melewati banyak hal bersama, kita sudah berjuang sekuat yang kita bisa. Kita se amin dalam doa, tapi tak seiman" "Hari ini, aku ingin kita berdoa sama-sama untu...