Tidak terasa kebersamaan kami sudah memasuki tahun pertama, dan untuk pertama kalinya aku menjalani Bulan Suci Ramadhan bersamanya.
Saat aku berpuasa, Renata ikut berpuasa. Pun saat berbuka, Renata juga ikut. Bahkan, beberapa kali Renata membangunkaku untuk sahur lewat telepon.
Dan untuk pertama kalinya juga Renata ikut merayakan lebaran di rumah ku. Seminggu sebelum lebaran, aku mendapat tugas luar kota dari kantor.
Tepat tiga hari sebelum lebaran, Renata berkunjung ke rumah ku menemui ibu, bapak dan adik-adikku. Renata tentu sudah sangat dekat dengan keluargaku.
Hari itu, Renata sengaja datang untuk membantu ibuku mempersiapkan kue, serta makanan untuk disantap di hari raya.
Ia datang seorang diri, tanpa pernah ku minta. Lalu ia menelpon ku lewat panggilan video.
"Hai, apa kabar di Kota Baubau?" tanya Renata.
"Lumayan" jawabku.
"Eh tunggu, kamu di mana?" tanyaku.
"Di rumahmu" jawabnya.
"Hah? Hahaha serius?" tanyaku seperti tidak percaya.
"Nih lihat"
Renata membalikkan handphone miliknya dan mengarahkannya ke orang-orang rumah yang saling bergilir menyapaku.
"Udah?" tanyanya.
"Hahahah keren" kataku.
"Hehehe" Renata tersenyum.
"Kamu kapan pulang?" tanya Renata.
"Besok pagi" jawabku.
"Ku kira bakal lebaran di kota orang" kata Renata.
"Hahaha rindu aku yah?" tanyaku.
"Ya, geer ngapain rindu kamu" jawabnya.
"Oh jadi gak rindu, baiklah" kataku.
"Bacot" jawabnya.
"Ya sudah, jangan lupa makan, jangan lupa sholat juga. Aku mau bantuin ibu masak dulu" katanya.
"Siap bos" jawabku.
Malam itu, aku tengah berkemas di hotel karena besok paginya aku sudah akan pulang. Sebenarnya, aku sempat sakit di Kota Baubau, karena selama di sana aku selalu telat makan dan tak pernah makan nasi. Tapi tidak ku beri tahu Renata agar dia tak khawatir memikirkanku.
Sementara Renata, di rumah ku ia sedang menikmati kebersamaan dengan keluargaku. Mereka saling bercanda sambil membuat kue lebaran.
"Ta,tolong ambilin Ibu sendok" pinta Ibuku.
"Iya bu" jawab Renata.
"Ca, kalau lebaran kek gini Ibu buat kue apa saja?" tanya Renata pada Caca.
"Banyak Ta, nanti tau sendiri deh apa aja" jawab Caca.
"Intinya kita buat kue lebaran yah buat dimakan sendiri" ucap Caca lagi.
"Loh kok gitu Ca?" tanya Renata.
"Ya, karena jarang ada tamu yang datang" jawab Caca lalu tertawa.
"Hahahah" Renata ikut tertawa.
"Kok bisa?" tanya Renata.
"Gak tau, tapi kalau untuk kawanku mereka takut ke bapakku" jawab Caca.
"Hahaha"
"Iya sih, bapak sedikit menyeramkan kalau belum kenal" kata Renata.
"Hahahahah"
Renata, Caca dan Ibu tertawa.
Tapi setelah itu, bapak datang dan duduk di antara mereka. Bapak mulia mengajak Renata berbincang. Mulai dari soal keluarga hingga hal-hal lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Non-Fiction"Kalau pada akhirnya kita tidak bisa bersama, jangan salahkan siapapun. Sebab kita telah melewati banyak hal bersama, kita sudah berjuang sekuat yang kita bisa. Kita se amin dalam doa, tapi tak seiman" "Hari ini, aku ingin kita berdoa sama-sama untu...