Keliling Kota

13 2 0
                                    

Kami makin rutin menghabiskan waktu bersama, bila Renata sedang libur kami selalu menyempatkan diri untuk berjalan-jalan.

Tidak hanya berkeliling kota dengan sepeda motorku, tapi mengunjungi beberapa tempat yang kami sukai. Kami juga masih rutin mengunjungi kafe tempat kami pertama kali berkencan dan jadian.

Kami punya menu favorit di sana, yaitu teh tarik dingin juga roti bakar coklat.

Bahkan, saking seringnya kami ke sana. Pelayan di kafe itu sudah tahu apa yang harus mereka sajikan buat kami.

"Mas seperti biasa" kataku

"Siap mas bro" jawab pelayan kafe itu

Semua hal yang kami lakukan adalah menyenangkan, seperti orang-orang kasmaran pada umumnya. Dunia serasa milik berdua.

"Terus yang lain mau dikemanain, Far?" tanya Renata.

"Ya di bumi lah" jawabku.

"Kan katamu dunia hanya milik berdua" kata Renata.

"Oh iya lupa" jawabku.

"Yang lain cuma ngontrak, Ta" timpalku.

"Hahahah goblok" ucap Renata.

"Berarti, tiap bulan kita wajib menagih uang kontrakan dong" kata Renata seperti bertanya.


"Ke siapa, Ta?" jawabku.

"Ya ke semua orang" kataku.

"Hahahaha sial" jawab Renata.

"Memangnya kamu berani nagih uang kontrakan di bumi ke ibu dan ayahmu, Ta?" tanyaku.

"Hahaha kita bagi tugas saja, Far" jawab Renata.

"Bagi tugas?" tanyaku.

"Iya" katanya.

"Kamu nagih ke rumahku, aku nagih ke rumahmu" kata Renata lagi.

"Hahahah bisa dicoret dari kartu keluarga kita" jawabku.

"Hahaha iya ya, gak jadi deng" ucap Renata.

"Hahahah gak konsisten" kataku.

"Hahahaha" Renata tertawa.

Bersamaan dengan itu, kami juga semakin sering saling mengunjungi di rumah masing-masing. Renata semakin dekat dengan keluargaku.

Ia juga nampak akrab dengan bapak dan Ibu ku, terlebih lagi dengan adik-adikku.

Bapak senang melihat Renata, katanya, Renata anak yang baik dan sangat sopan pada orang tua. Tiap kali main ke rumah, Renata selalu saja membawa cemilan untuk dinikmati bersama.

Ku rasa ia memang pintar mengambil hati keluargaku. Atau lebih tepatnya ia licik.

"Kamu licik" kataku.

"Kenapa licik?" tanya Renata.

"Soalnya suka main sogok cemilan sama orang rumah ku" kataku.


"Hahahah bangsat" jawabnya.

Di sisi lain, aku juga terus berusaha agar bisa diterima di keluarga Renata. Aku juga mengikuti cara licik Renata.

Tiap kali ke rumahnya, aku selalu datang membawa cemilan, entah itu martabak, terang bulan hingga pastel.

Dan tentu itu berhasil menarik perhatian adik-adik Renata. Mereka selalu datang menghampiriku, setiap kali aku berkunjung.

Tapi selalu diusir oleh Renata dan ibunya. Katanya, mereka tidak boleh berisik dan mengganggu waktu me time kami.

"Berisik, masuk sekarang atau ku tampar" bentak Renata ke adik-adiknya.

"Kenapa diusir sih, gak apa-apa kali" tanyaku.

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang