Ngamuk

8 1 0
                                    

Renata ngamuk, ia menemukan pesan singkat dari perempuan lain di handphone ku.

Hari itu, tepat jam 10.00 pagi, Renata sedang berada di bengkel untuk memperbaiki sepeda motor miliknya yang sedang rusak. Sembari menunggu, Ranata mengajakku makan.

Ia segera ku jemput dan menuju sebuah rumah makan favorit kami.

Kami memesan dua mangkok bakso kesukaan kami. Sembari menunggu pesanan kami, Renata tiba-tiba meminta handphone ku.

"Inspeksi dadakan" katanya.

Aku berusaha menolak, tapi dibalas dengan tatapan nanar.

Dengan pasrah aku menyerahkan handphone ku. Satu persatu ia periksa dengan teliti.

Keringat di wajahku mulai bercucuran. Sambil mengingat-ngingat dan berharap tidak satupun pesan singkat dari perempuan lain yang ia dapatkan.

Jujur saja, di handphone ku berisi banyak kontak perempuan. Karena profesiku memaksaku untuk berteman dengan siapapun.

Aku terus berdoa, semoga tidak ada keributan pagi itu di warung bakso.

"Tuhan, tolong hamba. Hapuslah pesan-pesan yang belum sempat ku hapus"

"Semoga tidak ada pesan dari perempuan lain yang masuk Tuhan"

Kataku dalam hati.

Gerak gerik Renata mulai berubah, wajahnya memerah dan kaku. Alisnya mulai mengkerut, pertanda badai segera datang.

"Mampus" gumamku

Renata mengambil handphonenya. Kemudian memfoto layar handphone ku.

"Sedang apa sih? Kok malah ngambil foto?" tanyaku.

"Kau diam saja di situ, babi" jawab Renata marah.

Perasaan ku mulai tidak karuan. Pesanan kami akhirnya datang.

"Handphone simpan dulu. Kita makan dulu, Ta" pintaku.

"Entar lagi inspeksinya" kataku.

"Kau saja yang makan, setan" jawab Renata.

"Ta, didengar orang tahu. Tenang dulu" ucapku.

"Bacot kau" jawabnya.

"Yuk makan dulu, yuk" pintaku.

"Tuli ya, sudah bilang kau saja yang makan anjing" teriak Renata marah.

Aku diam. Sambil menyantap bakso pesanan ku yang sudah datang.

Pagi itu, selera makanku hilang. Perut ku yang kelaparan pun seketika kenyang. Bahkan setelah makanan ku habis, Renata tak juga menyentuh bakso pesanannya.

Kemudian, suara benda keras terdengar menghantam meja makan kami.

"Ambil handphone mu"

Kata Renata setelah membanting handphone milikku.

"Ayo pulang" pintanya.

"Loh, Ta bakso pesananmu belum kau makan" kataku.

"Aku sudah tidak lapar, pulang sekarang" ucapnya.

Renata nampak sangat marah saat itu, di sisi lain aku bahkan belum mengetahui apa yang membuatnya sangat marah.

Ia lalu berdiri dan meninggalkan bakso pesanannya, berjalan ke kasir dan membayar pesanan kami.

"Bakso dua mas" ucap Renata ke kasir.

"Iya mbak" jawab kasirnya.

"Lah, kan goblok ya. Dia kan sedang marah, tapi kok malah mentraktir aku?" gumamku sambil menahan tawa.

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang