Ditampar Ayah

5 1 0
                                    

Makin kesini, sikap orang tua Renata semakin menjadi-jadi. Bahkan Renata terus dipaksa menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya. Namun lagi-lagi, Renata terus menolak dan enggan untuk meladeni semua omongan kedua orang tuanya.

Semakin Renata dipaksa denganku, Renata justru semakin sering menemuiku diam-diam. Suatu hari, aku pernah hampir kedapatan ayah Renata saat hendak menjemput Renata.

Aku bertemu ayahnya di lampu merah, tak jauh dari rumah Renata. Ayahnya tepat berada disampingku, aku menyadari itu. Tapi untungnya ayah Renata tidak menyadari keberadaanku.

Saat lampu hijau menyala, ayah Renata kubiarkan jalan lebih dulu. Sementara aku berjalan di belakangnya dengan penuh hati-hati. Di dalam kepalaku, semoga saja Renata tidak kedapatan ayahnya, karena saat itu ayahnya juga menuju pulang sama sepertiku yang akan menjemput Renata.

"Hai" kataku menyapa Renata yang sudah menungguku.

"Cepet" kata Renata.

"Kenapa Ta?" tanyaku.

"Tadi ayahku barusan lewat, untung aku masih sempat sembunyi" katanya.

"Hahaha, tau gak Ta" kataku.

"Apa?" tanyanya.

"Di lampu merah tadi, aku tepat berada di samping ayahmu" kataku.

"Terus, ayahku lihat kamu?" tanyanya.


"Gak tau, sepertinya sih tidak" kataku.

"Semoga" jawabnya.

"Hahaha ayo kita jalan" kataku.

Malam itu, kami menuju teluk untuk melihat laut. Sambil membahas masalah perjodohan Renata.

Renata bercerita bahwa lelaki yang hendak dijodohkan dengannya adalah mantan rekan kerja ayahnya. Saat ini lelaki itu bekerja di salah satu perusahaan tambang.

"Kerja di tambang katanya" cerita Renata.

"Namanya siapa?" tanyaku.

"Gak tau, aku gak mau tau siapa dia" jawab Renata.

"Ya sudah kalau begitu" kataku.

"Tapi aku takut" ucap Renata.

'Takut kenapa?" tanyaku.

'Takut kalau aku benar-benar dijodohkan" jawabnya.

"Memangnya kamu mau?" tanyaku.

"Gak mau ih" jawabnya.

"Sekalipun dia banyak uang, teman ayahku dan mereka terus memaksaku. Aku tetap gak mau" ucap Renata.

"Iya, iya sudah" jawabku.

"Aku hanya mau kamu" kata Renata.

"Iya, aku juga cuma mau kamu Ta" jawabku.

"Sampai kapan kita harus gini, aku capek" kata Renata.

"Apakah Tuhan tidak mau mengabulkan doaku ya?" ucap Renata.

"Hee, gak boleh bilang gitu. Tuhan pasti mendengar doamu, mungkin Tuhan ingin memberi kita sedikit waktu lagi untuk terus berjuang" jawabku.

"Tapi sampai kapan Far, sampai kapan kita harus berjuang?" tanya Renata.

"Sampai orang tua berubah pikiran, sampai kita akhirnya bisa menang dan bisa hidup bersama" jawabku.

"Aamiin" ucap Renata.

"Aamiin" timpalku.

"Kamu percaya doa Far?" tanya Renata.


"Percayalah, cepat atau lambat doa-doa kita pasti akan sampai ke langit. Kita hanya perlu sabar menunggu doa-doa kita dikabulkan Tuhan" jawabku.

"Mungkin Tuhan ingin kita lebih sering berdoanya, dan lebih sabar lagi dalam meluluhkan hati orang tuamu" kataku.

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang