Capther 29

82 16 0
                                    

Eh hai udah lama nggak nerusin ini cerita😙oke, apa kabar nih para readers?

Gue rela nyawa gue tukar dengan nyawa lu asalkan lu masih ada di samping kita, Rel.
-Rio Abijaya-

🌹🌹🌹🌹

Tap...

Tap...

Tap...

"Hai Varel, How are you?" Tanya seorang gadis dengan tangan membawa buket bunga. Disampingnya berdiri seorang gadis yang menemani gadis itu. Ia bersimpuh di samping makam Varel.

"Aku bawa bunga kesukaan kamu. Kamu suka?" Tanyanya sekali lagi dengan bergelinang air mata.

"I'm Sorry hiks I'm Sorry and I'm Sorry, Varel." Bibirnya tak bisa berkata-kata dirinya hanya bisa berkata 'maaf'.

Gadis itu? Dia Anggie. Gadis yang selalu mengisi kekosongan dalam hidup Varel. Di sampingnya berdiri Latina.

Dirinya merasa sepi tanpa Varel. Varel yang dulu selalu ada untuknya, memperjuangkannya. Kembali ke dalam pelukan Allah. Ia? Merasa menyesal karena mengabaikan perjuangan seorang lelaki hebat. Semua sudah tinggal kenangan?

"Dulu kamu selalu ada untuk aku. Sekarang? Kamu pergi ninggalin aku. Segini doang perjuangan kamu? Kamu lemah tahu nggak hiks lemah! Rel aku mohon kembali hiks aku mohon," Tangisannya pecah saat dia melampiaskan kekesalannya dengan memeluk batu nisan itu.

"Apa yang kamu dapatkan dari atas gunung? Keindahan? Kita bisa kepantai, Rel." Rasanya jantung Anggie berhenti berdetak.

"Varel mendapatkan apa yang ia belum dapatkan. Varel mendapatkan kebahagiaan Nggie. Kesolidaritas, keindahan di atas gunung, berfoto ria dengan ketiga sahabatnya. Varel mendapatkan itu semua. Varel ingin menghabiskan waktunya bersama sahabatnya."

Apa yang kamu dapatkan jadi seorang pendaki gunung? Kesenangan? Jelas. Solidaritas? Jelas. Damainya alam bebas? Jelas. Itu yang Varel rasakan.

Latina mengingat jelas pembicaraan Varel sebelum menaiki mobil.

"Lat, gue seneng banget akhirnya bisa naik gunung bareng sahabat-sahabat gue. Pokoknya kalau gue belum nyampe-nyampe ke bawah gue nitip Audy ke lu ye. Gue nggak mau keponakan gue yang paling gemoy itu lecet sedikitpun." Perkataan akhir seperti sebuah isyarat jika dia takkan kembali lagi.

"Iya Rel. Yang penting kamu sama yang lain selamat ke atasnya juga selamat turunya. Aku nitip Naeks ya kalau dia nakal jewer aja." Ujarnya dengan tertawa kecil yang di balas cekikikan oleh Varel.

Air mata Latina tidak bisa terbendung. Dirinya juga merasakan kehilangan, bukan hanya yang lain.

"Gue memang salah hiks ng-nggak seharusnya gue ngabaikan Varel Lat. Gue emang bodoh hiks gue bodoh," ujar Anggie menyalahkan diri dengan tangisan pecahnya.

Latina langsung memeluk Anggie erat. "Gie, ini semua udah takdir. Kita harus ikhlas," Dengan mencoba tegar Latina menguatkan Anggie.

Jauh dari mereka berdiri seorang lelaki dengan mata memerah. Sesekali air matanya meluruh karena tidak kuat menahan tangis.

"Liat, Rel. Banyak yang kehilangan lu Rel." Batinnya.

NAEKS & LATINA (Selesai✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang