Semenjak insiden penolakan Rayya di tengah rapat, Mika melimpahkan banyak pekerjaan padanya. Setiap ada konten baru yang disiapkan oleh Tim Content Specialist, maka Rayya lah yang di tunjuk untuk membuat ulasan produk yang akan di posting. Tak hanya itu, Rayya juga di perintah Mika untuk melakukan riset pasar mengenai tren terbaru sebuah iklan, gaya konten paling populer, hingga menonton, menganalisa, dan membuatkan laporan mengenai iklan med-sos kompetitor-kompetitor Best Food yang bisa mencapai ratusan video. Dan itu tanpa bantuan Yuni. Yuni hanya sebagai sarana tempat bertanya saja. Bila Yuni ketahuan membantu, maka tamatlah riwayat Yuni, karena dia akan dilimpahkan pekerjaan tiga kali lipat dari beban kerja Rayya!
"Ada yang bisa aku bantu?" Sekotak beng-beng yang masih bersegel muncul tiba-tiba di meja sebelah laptop Rayya. Sang empunya meja terkejut setengah mati dan memegang dadanya erat. Terang saja. Rayya sedang memakai headphone bluetooth dan tengah berkonsentrasi pada layar laptopnya dan tiba-tiba saja ada sekotak beng-beng kesukaannya!
"Bang Ibram?!" Sedetik kemudian, perempuan berhijab hitam itu menggigit bibir bawahnya dan memejam matanya sebentar karena kelepasan memanggil bosnya dengan Bang.
"Beberapa hari ini aku perhatiin kamu lembur terus." Ibrahim mengambil kursi Yuni dan duduk di sebelah Rayya. Ia melihat layar laptop dan menganalisa apa yang sedang mantan istrinya itu lakukan di sore hari menjelang Maghrib ini.
Karena Rayya diam saja, Ibrahim melanjutkan, "Nggak apa-apa kamu panggil aku Bang. Toh di kantor cuma ada kita. Semua sudah pulang."
"Ooh, baiklah. Emang Abang lembur juga?"
"Iya. Ada kerjaan dikit lagi." Enggak. Ini gara-gara kamu, Ray. Kamu bikin aku cemas terus.
"Hmm." Ibrahim mengangsurkan beng-beng tadi.
Walaupun canggung karena Ibrahim masih ingat dengan kesukaannya dulu, tapi Rayya butuh asupan gula sekarang juga. Ia lelah sejujurnya.
"Makasih." Tanpa ragu Rayya membukanya dan satu gigitan besar lolos ke mulutnya. Selagi mengunyah, Rayya menepuk keningnya dan meletakkan bungkus beng-beng tadi. Rayya lupa pakai hand sanitizer. Setelah semprot-semprot tangan, ia melanjutkan makan lagi.
"Kamu lagi ngerjain apa? Kenapa sendiri dan nggak bareng Mika dab Yuni?"
"Aku mau menyelesaikan tugas yang di kasih Mbak Mika. Lebih cepat lebih baik. Daripada kerjaannya aku bawa pulang, mending aku cicil pulang kerja." Rayya mengambil beng-beng yang kedua dan melahapnya dengan cepat.
"Apa aja tugasnya?" Lalu Rayya menjelaskan semuanya.
"Apa? Mika kasih kamu tugas sebanyak itu? Nggak masuk akal."
"Nggak apa-apa kok. Aku senang di kasih kerjaan kayak gini. Bagus untuk nambah skill juga."
Walaupun bagus, Mbak Mika kayaknya ngasih sambil emosi deh ke aku. Banyaknya nggak kira-kira. Nggak boleh complaint Rayya.
"Tapi ini berlebihan Rayya. Kamu masih baru. Nggak seharusnya Mika kasih kamu tugas sebanyak ini. Besok aku ngomong ke Mika."
"Jangan, Bang. Jangan bilang apa-apa ke Mbak Mika," sergah Rayya cepat-cepat. Rayya benar-benar tidak mau cari masalah dengan bosnya itu.
"Kenapa? Ini nggak benar, Ray. Kamu ada dalam sebuah tim. Ya dikerjakan bareng-bareng. Itu gunanya team work." Ibrahim mulai sewot.
"Abang udah bela aku waktu rapat. Kalau sampai Abang marahin Mbak Mika, yang ada aku di cap anak baru tukang ngadu. Aku nggak mau itu terjadi. Lagian, perintahnya kan tugas ini aku yang ngerjain, jadi aku yang selesaikan sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Business [Completed]
RomanceApa jadinya ketika mantan suami dan mantan istri dipertemukan takdir sebagai bos dan staf? Ini adalah cerita tentang dua manusia yang masih mempunyai urusan yang belum selesai di antara mereka. Mereka bisa menyelesaikannya nggak ya? Atau malah frasa...