19 - [RUMOR PARA MANTAN]

810 46 9
                                    


Tidak sekali dua kali pasukan Marketing memergoki Si Bos sering mengobrol dengan Rayya, si anak baru yang kebetulan pernah membangkitkan murka leader tim sos-med. Lalu tiba-tiba saja Mika berhenti 'mengganggu' Rayya dengan onggokan pekerjaan yang melebihi job desk-nya setelah mendapat 'wejangan' dari Ibrahim dan Devon. Maka tidak semua orang senang dengan fakta itu. Terlebih Mika.

Mikaila. Tidak. Suka.

Mau dari sudut manapun, Mika tidak bisa melihat kompetensi Rayya sebagai anggota tim sos-med, bagaimanpun bagusnya pekerjaan yang telah Rayya selesaikan.

"Ray, ini kenapa belum di review kerjaan anak-anak content? Gue butuh sepuluh macam ide caption untuk video ini," pinta Mika tidak sabaran.

"Tadi saya ngerjain video nugget isi keju dulu Mbak. Ini baru selesai." Rayya tidak mau berkrab ria dengan Mika. Dia mau menjaga jarak dan ingin berkomunikasi seperlunya saja. Maka kata gue berubah menjadi kata ganti saya. Panggilan sok akrab itu tidak nyaman lagi di kupingnya.

Ternyata sekarang Mika tidak berhenti 'mengganggu' Rayya. Hati Rayya kembali mencelos.

"Lelet banget sih. Makanya, jangan keseringan nempel sama Pak Ibrahim. Lo makin ngelunjak kalau gue perhatiin, Ray. Gara-gara elo kan, gue sampai di panggil sama Pak Ibrahim?" Sungguh, suara Mika terdengar amat sinis. Padahal tidak hanya mereka berdua yang ada di ruangan itu. Sepertinya Mika tidak peduli. Perlu toa, Mik? Supaya divisi lain mendengarkan kalian?

"Mbak Mika jangan asal bicara. Saya nggak terima dibilang 'nempel-nempel' seperti yang Mbak katakan. Dan mengenai Mbak yang di panggil, saya nggak tahu menahu tentang itu." Mungkin tidak sepenuhnya benar. Rayya tahu Ibrahim akan memanggil Mika. Tapi bukan atas dasar permintaan Rayya. Melainkan karena perbuatan leader-nya sendiri.

"Lho, memang benar kan?

"Mbak! Sebaiknya Mbak nggak sembarangan nuduh. Lebih baik tanya sendiri sama Pak Ibrahim dan Pak Devon."

"Halah. Nggak usah banyak ngomong Ray. Mentang-mentang kamu selebritis dan dekat dengan Pak Ibrahim bisa berbuat seenaknya? Cut the crap!"

"Mik, bisa nggak bicara masalah pribadi kalian setelah jam kantor selesai? You're making a fuss here." Konsentrasi Edward pecah gara-gara keributan di seksi sos-med, membuatnya terpaksa mendatangi Mika dan Rayya.

Anak-anak marketing yang lain mau tidak mau menyimak dan mengikuti sumber keributan. Mereka persis seperti meerkat.

"Bang, kamu nuduh aku membuat keributan? Hah?" tuduh Mika. Ia menunjuk-nunjuk Edward yang kalem dengan tatapan seperti hendak menerkam.

"Bukan begitu Mika-" Mika yang kesal setengah mati memotong Edward tidak sabaran.

"Asal Abang tahu ya, dia yang mulai. Kerjaannya nggak ada yang beres Bang. Coba Abang ada di posisi aku. Maka Abang akan tahu gimana kerjaan nih anak." Rayya memutar bola matanya samar. Anak? Mereka hanya beda 3 tahun, Demi Tuhan.

Edward mengangkat kedua tangannya ke udara. "Aku nggak akan mencampuri urusan kerjaan kalian. Hanya saja, kalau kamu merasa nggak senang dengan kerjaan Rayya, bisa diomongin baik-baik kan?"

Suara Mika yang meninggi membuat semua perhatian seratus persen teralih pada mereka sekarang. Rayya sungguh tidak mau berada dalam posisi seperti ini. Tapi sebagian dirinya juga ingin permasalahan Mika dan dirinya selesai. Rayya hanya ingin menjadi karyawan kantoran dengan tenang seperti cita-citanya dulu.

"Benar Mbak, kita bisa ngomong baik-baik. Kalau Mbak nggak senang sama saya, tolong kasih tahu saya. Saya akan berusaha berubah," ucap Rayya angkat suara. Dia tidak mau diam lagi.

Unfinished Business [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang