24 - [MANTAN MENANTU, TIDAK SATU JALAN KE ROMA]

532 21 0
                                    

"Ya Allah. Apa Mami ke Jakarta sekarang, Nak? Biar Mami dan Papi coba bicara dengan Mbak Wardhani, ya?"

Rayya menceritakan kejadian tempo hari pada maminya, dan lihatlah, si Mami langsung ingin turun tangan. Mana tega Bu Bestari membiarkan anaknya kesusahan.

"Jangan, Mi. Biar Rayya dan Bang Ibram yang ngurus. Rayya cerita ke Mami supaya hati Rayya lega. Rayya hanya butuh doa Mami dan Papi aja."

Terdengar helaan napas Bu Bestari di ujung telepon.

"Rayya, setelah mendengar cerita kamu, menurut Mami, Mbak Wardhani semakin membenci kamu. Mami jadi mempertanyakan niat kamu. Apa kamu yakin ingin membina rumah tangga lagi dengan Ibram? Menikah dengan Ibram ndak akan lepas dari keberadaan mertua kamu nantinya."

Rayya meragu untuk langsung menjawab. Ada apa dengannya kini? Apa dia sudah patah semangat? Apa menjalani masa depan bersama Ibrahim tidak lagi menjadi prioritasnya? Apa harapan itu sudah kandas? Cepat-cepat Rayya kembalikan niatnya ke jalan yang benar. 

"Mi, Rayya masih sayang sama Bang Ibram," ucap Rayya pelan. Bu Bestari tahu pasti, bukan itu jawaban yang beliau inginkan.

"Mami tahu itu, tapi menikah lagi dengannya, apa kamu benar-benar menginginkannya?"

“Rayya mau menikah dengan Bang Ibram lagi.”

“Tapi?” Bu Bestari yakin pasti masih ada sambungannya. 

"Tapi Rayya merasa jalan untuk membuka hati Mama masih sangat jauh. Rayya seperti kembali ke masa lalu, sesak setiap merasakan tatapan tajam Mama. Rayya, seperti kehilangan harapan, Mi, untuk mendapatkan hati Mama. Beliau memang nggak suka Rayya. Rayya sampai sekarang nggak tahu apa alasannya." Uneg-uneg tentang mantan mertuanya keluar jua dari dada Rayya 

"Rayya, Rayya." Bu Bestari menghela napas pendek. "Mami mau jujur sama kamu, Nak."

"Tentang apa, Mi?" Kalimat Mami yang terkesan misterius membuat Rayya jadi deg-degan sendiri. Ia menegakkan punggungnya dari sandaran kepala ranjang.

"Tentang Bu Wardhani. Inilah sebabnya Mami ragu ketika kamu ingin kembali dengan Ibram."

“Mama kenapa, Mi?”

"Mami sayang sama Ibram. Dia anak yang baik. Dan dia juga suami yang baik untuk anak Mami."

Rayya tersenyum membenarkan. “Itu juga Rayya tahu, Mi.”

"Tapi, Mamanya Ibram sepertinya memang ndak suka sama keluarga kita."

"Maksudnya Mami?"

"Mbak Wardhani pernah bilang begini ke Mami dan Papi, ‘Saya nggak nyangka, anak laki-laki saya jatuh cinta sama perempuan dari kampung. Karena saya sayang sama Ibram, maka saya mengizinkan dia menikahi putri kalian. Jangan sampai dia membuat malu saya di depan keluarga besar saya di Jakarta.’'"

"Kenapa nggak pernah bilang Rayya, Mi?" Rayya kaget tak terperi. 

"Karena Rayya anak Mami ini terlihat sangat bahagia dengan Ibram. Mami ndak tega memisahkan kalian, Nak. Anak Mami cuma satu. Rayya selalu menjadi prioritas Mami dan Papi."

"Tapi Mi, perkataan Mama Bang Ibram sama aja dengan menghina orang tua Rayya, kampung halaman Rayya. Kalau itu yang terjadi, Rayya juga harus buat perhitungan dengan Bu Wardhani."

"Rayya, jangan gegabah dalam bertindak. Semua sudah lewat. Yang Mami inginkan hanya kebahagiaan anak Mami."

"Rayya akan bahagia kalau Mami Papi juga bahagia. Bersama-sama, baru Rayya bahagia, Mi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unfinished Business [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang