6 - [SI PENJAGA MANTAN DATANG]

708 61 1
                                    


"Kita kedapatan jadwal jaga bazar sama tim penjualan minggu ini ya guys sesuai yang di perintah Pak Ibahim. So, siap-siapin tenaga dan suara buat nanti karena seperti biasa, akan banyak diskon dan memang produk Best Food incaran ibu-ibu dan anak-anak." Mika membagikan jadwal jaga pada anggota timnya.

Tidak hanya Yuni yang terbelalak melihat jadwal di tabel pada kertas HVS itu, tapi Rayya juga. Bagaimana tidak? Pada kolom petugas on duty, hampir semua hari diisi dengan nama Rayya. Sendirian. Ingat. Sendiri. Hanya beberapa hari dalam seminggu itu Yuni ikut menjaga bersama Rayya. Bahkan setelah Rayya baca ulang, nama Mika hanya ada satu kali. Itu pun sama Yuni. Satu-satunya hari di mana nama Rayya tidak ada. Rayya menghela napas dengan lemah tanpa berniat memperlihatkan pada Mika dan Yuni kalau dirinya sangat keberatan. Dia tidak mau orang lain memandangnya lemah dan suka komplain. Sedikit saja ia tunjukkan bahwa dirinya tidak setuju, Mika bisa saja berbuat lebih dari itu.

Diam-diam Yuni melirik ke rekan di sebelahnya. Ia prihatin dengan jadwal yang dibuat Mika secara sepihak.

"Mbak Mik, ini kenapa Rayya yang jaga hampir tiap hari?"

"Oh itu. Kalau gue lihat track record dia jualan merek orang lain di IG-nya dulu, gue yakin dia yang bakalan bikin penjualan on the spot paling tinggi. Secara dia kan udah terkenal. Iya kan, Ray?"

"Akan gue usahakan ya, Mbak. Dulu waktu terima edorsement di Instagram, gue nggak sendirian. Ada banyak tim yang kerja bersama gue di belakang layar, walaupun yang keluar di video Cuma gue sendiri. Makanya output-nya bagus, Alhamdulillah pihak brand senang."

Yuni menggigit bibir dalamnya dan melarikan matanya ke arah lain. Pokoknya bukan ke Bosnya. Karena Yuni tahu betul, apa yang dikatakan Rayya entah itu untuk menyindir Mika atau bukan, tetaplah menohok dan bakal menyentil si Bos cantik nan judes.

Mika menegang dan meremas pena yang ia pegang dari tadi. Ia melayangkan tatapan tajam pada si gadis berjilbab marun. Si gadis berhijab malah sok sibuk menandai namanya di kertas jadwalnya dengan pena stabilo hijau.

Haah, ini nih penyakit Mbak Mika. Kagak mau kalah, kagak mau ngaku salah. Padahal dia jelas-jelas salah. Mau ngebela Rayya takut di cecar si Bos, mau ngedukung Mbak Mika, kasihan Rayya. Mending gue mingkem cantik dan ngerjain tugas bagian gue aja dah.

***

Hari ini, Rayya dan Ferdinand menjaga bazar di halaman kantor Walikota Jakarta Barat tanpa Ical dari tim penjualan . Ical mendadak ke Senayan karena ada trouble di distributor. Sudah dari pagi mereka stand by di sana. Setiap ada pelanggan datang, Rayya melayani pembeli dan Ferdinand bertugas merekamnya. Setelah itu barulah Rayya mempostingnya di beberapa sos-med Best Food.

"Ferdi, ada yang datang tuh. Insta story cepetan."

"Oke oke Mbak."

Setelah pelanggan pergi, mereka kembali sedikit santai.

"Mbak Ray, gue pernah lihat lo ngiklanin rumah makan Padang di daerah Taman Sari. Trus waktu ngomong, bahasa Minang lo kental banget. Lo orang Minang asli ya, Mbak?"

"Iya." Rayya mengangguk bangga.

"Tapi waktu di kantor, logat Minang lo kok ilang?"

"Gue nggak tahu juga sih. Kebiasaan kali ya."

"Lha, kalau gitu gue panggil Uni aja dah. Yah. Uni Rayya," pinta Ferdinand manja. Ferdinand, si karyawan 'bungsu' terbungsu dari segi umur. Dia yang paling muda di antara pasukan marketing bawahan Ibrahim. Walaupun badannya lumayan tinggi dan lumayan tampan juga, tapi sifatnya masih kayak anak SMA. Maklum, dia juga anak bungsu di keluarganya.

Unfinished Business [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang