13 - [RIVALNYA PARA MANTAN]

511 47 4
                                    

"Mbak Ladisa tinggal mengikuti jadwal yang sudah kami susun di sini." Yuni mengangsurkan sebuah kertas pada si selebritis merangkap selebgram Ladisa Anindita Subroto. "Lalu di sini ada script, slogan, daftar produk yang akan Mbak promosikan, lalu term and condition apa-apa yang boleh dilakukan atau disebut atau yang tidak boleh dikatakan." Yuni menyerahkan kertas lain dan sebuah flashdisk yang berisi panduan video promosi Best Food yang lalu-lalu.

"Baik. Karena sebelumnya saya pernah melakukan kerja sama dengan Best Food juga jadi saya pikir, saya akan lebih cepat beradaptasi dengan cara kerja kalian."

Rayya diikutsertakan Mika dalam rapat kecil ini dengan syarat hanya sebagai pendengar dan pengamat rapat saja. Dia dilarang mengeluarkan satu pendapat pun! Rayya pasrah. Tapi yang penting dia bisa terlibat.

"Oke. Kami pikir itu saja Mbak Ladisa. Ada pertanyaan lain? tanya Mika sebelum menutup pertemuan itu.

"Tidak ada. Tapi sebentar, kamu Rayya Camilla Rasjid yang ikut runway fashion show untuk designer Lily Djati merek Enchanted kan? Pemilik kosmetik Le Beau?" Lidah Ladisa sangat kental dan lancar menyebut merek berbahasa Perancis itu. "Kayaknya sebelum kamu pake hijab deh."

"I-iya, Mbak." Tak sengaja Rayya mengerling ke arah Mika dan disambut dengan wajah mencemooh dan kedua ujung bibirnya turun tanda tidak suka.

"Beneran, Ray? Hebat banget lo." Yuni kelepasan memuji Rayya dan mendapati Mikaila menilik tajam padanya. Yuni mundur teratur dan pura-pura membaca buku catatannya.

"Aku juga lho. Untuk rancangan musim semi. Waktu itu aku ikut di Jakarta Fashion Week."

"Aah, berarti aku ikut event yang sebelum Jakarta Fashion Week."

"Kalau aku nggak ikut seleksi kontes kecantikan, mungkin bisa jadi kita ketemu di sana."

"Iya juga ya, Mbak."

"Tapi, kenapa kerja di sini? Aku pikir, bekerja untuk diri sendiri lebih 'asik' daripada bekerja dengan orang lain. Seperti yang kamu lakukan di channel youtube dan akun instagram kamu."

Ladisa sepertinya melupakan dua orang yang hadir di ruangan rapat Best Food itu. Yang satu menyimak, yang satu semakin bertampang jutek.

"Saya mau jadi pegawai kantoran, Mbak."

Ladisa tertawa lepas. Tawa yang bisa membuat orang lain menghentikan pekerjaannya hanya untuk menikmati tawa manis itu. Itu sebabnya Ladisa menjadi salah seorang finalis Putri Indonesia saudara-saudara.

"Ya. Kalau sudah passion, memang harus dikejar, kan?" Rayya mengangguk setuju.

"Kamu tahu, sebenarnya cita-citaku jadi dokter gigi."

"Beneran, Mbak?" sahut Yuni. Dia akhirnya membuka suara kembali.

Tawa manis itu menggema lagi. "Iya Mbak Yuni. Saya mahasiswa kodekteran gigi semester dua. Tapi lagi cuti."

"Waaah, hebat." Dua jempol Yuni melayang-layang di depan Ladisa.

"Keren, Mbak. Bisa mengerjakan banyak hal sekaligus."

Irinya. Kalau aku mulai lagi membuat konten sekaligus bekerja... No, Rayya. Fokus sama satu kerjaan aja.

"Oh iya. Apa kalian kenal Ibrahim Mustafa? Dia bekerja di Best Food juga."

Unfinished Business [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang