"Bagaimana ini Pak Ibrahim, Mbak Tasya yang sudah tekan kontrak dengan Best Food mendadak sakit dan sedang di opname di rumah sakit. Katanya mau operasi kista. Jadi untuk sebulan ke depan, dia tidak bisa syuting atau pun meng-upload konten sesuai jadwal yang kita beri," ujar Mika dengan tatapan sinis yang terarah pada Rayya. Dia adalah selebritis pilihan kedua setelah penolakan Rayya tempo hari.
Rayya menciut di tempat duduknya. Apa sebaiknya dia maju dan menyelamatkan Best Food? Tapi kalau dia maju, bukannya dia akan di cap plin plan oleh Mika dan Mika akan semakin tidak menyukainya. Diam-diam Rayya menghembuskan napas lemah. This is so hard, teriak Rayya dalam pikirannya.
"Apa ada calon lain yang available?"
"Ada."
"Coba hubungi dia sekarang," perintah Ibrahim pada tim sos-med.
Yuni memasang mode loud speaker agar Ibrahim dan peserta rapat yang lain bisa ikut mendengarkan.
"Halo, selamat pagi."
"Pagi. Maaf ini siapa ya?"
"Saya Yuni dari tim media sosial PT. Best Food. Benar dengan Mbak Ladisa Anindita Subroto?"
Ladisa? Apa Ladisa ini adalah orang yang sama? Kening Ibrahim mengkerut sangat dalam dibuatnya.
"Benar, saya sendiri."
"Begini Mbak. Kami ingin menawarkan Mbak menjadi brand ambassador Best Food secara online, jadi segala promosi akan dilakukan melalui akun media sosial Mbak dengan mengikuti syarat dan ketentuan dari kami. Apa Mbak Ladisa bersedia bekerja sama dengan kami?"
"Oh, tentu. Saya bersedia. Kapan kita bisa meet up untuk membicarakan term and condition-nya?" Hampir semua peserta rapat tersenyum lega mendengar suara Ladisa. Lalu Yuni mengambil kertas hasil coretan Mika yang berisi tanggal dan tempat pertemuan dengan si selebritis dan mengabarkan Ladisa mengenai waktu dan tempat meeting. Hanya Ibrahim yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun.
Pikirannya melayang pada makan malam terselubung yang ternyata Mamanya tersayang siapkan untuk menjodohkan dirinya dengan Ladisa, anak teman lamanya. Ditambah kali ini, Ladisa sepertinya enggan untuk mundur dari perjodohan. She's a strong opponent. Lawan? Iya. Kali ini Ibrahim menganggapnya lawan karena biasanya, ketika lelaki itu jujur mengenai pendapatnya mengenai perjodohan yang tidak ia sukai, maka para wanita yang berhadapan dengannya akan mundur teratur dan pada akhirnya menunjukkan mereka tidak berminat lagi melanjutkan perjodohan itu.
Siapa yang mau menjalin hubungan yang tidak seimbang? Hal itu hanya akan menyakiti salah satu pihak saja, kan? Karena sebuah hubungan pasti melibatkan hati manusia yang rapuh dan mudah terombang-ambing. Lebih baik Ibrahim jujur sedari awal bahwa ia tidak berminat sama sekali membina hubungan serius ke arah pernikahan.
Namu,n Ladisa Anindita Subroto berbeda. Perempuan cantik itu sepertinya tidak terganggu dengan pernyataan Ibrahim yang tidak menyukai perjodohan. Ladisa justru terganggu karena harga dirinya sebagai wanita cantik pujaan manusia berbagai jenis kalangan terinjak-injak karena Ibrahim tidak menunjukkan bahkan secuil rasa suka padanya. Padahal, sekali lihat saja mereka berdua akan menjadi pasangan yang diidam-idamkan. Yang satu tampan rupawan, yang cantik jelita.
Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukainya? Semua orang memujanya. Demi Tuhan. Ladisa tidak terima. Dia. Harus. Mendapatkannya. Dan sepertinya alam berpihak padanya. Baru saja di tolak oleh Ibrahim malam itu, ia malah mendapat penawaran kerja sama dari Best Food yang nota bene perusahaan tempat Ibrahim bekerja. Ladisa tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Business [Completed]
RomanceApa jadinya ketika mantan suami dan mantan istri dipertemukan takdir sebagai bos dan staf? Ini adalah cerita tentang dua manusia yang masih mempunyai urusan yang belum selesai di antara mereka. Mereka bisa menyelesaikannya nggak ya? Atau malah frasa...