3 - [MANTAN KEKASIH]

1K 76 0
                                    


Takdir seperti mempermainkannya. Apa ini yang disebut dengan karma karena ulahnya yang telah kurang ajar pada suami dengan meminta cerai tanpa alasan yang masuk akal, dan dipertemukan kembali dengan status anak buah dan Bos?

Dulu Rayya sampai memohon-mohon untuk diceraikan oleh Ibrahim hingga ia berlutut di depan suaminya yang wajahnya sudah berubah pias. Kesal, marah, sedih, dan kehilangan asa memenuhi wajah tampan pria itu. Terekam di memori Rayya malam itu Ibrahim terduduk lemas di tepi ranjang dan menatap memohon pada istrinya. Dan rekaman itu tidak akan pernah hilang dalam ingatannya.

Kamu kenapa Ray? Abang ada salah sama kamu? Kalau ada kasih tahu Abang. Abang akan memperbaikinya. Abang janji. Jadi kasih tahu, ya? Dan kalau ini mengenai Mama, Abang akan bicara dengan Mama. Apa pun masalah yang ada di antara kalian, pasti ada solusinya. Meskipun itu berarti kita harus pindah dari rumah ini," mohon Ibrahim dengan lembut sambil meraup kedua lengan istrinya agar berdiri, namun Rayya tetap saja bergeming di lantai. Rayya tidak menjawab. Lebih tepatnya memilih untuk menutup mulutnya rapat-rapat.

"Ray, Abang nggak mau kita berakhir seperti ini. Abang kira kita bahagia-bahagia aja selama ini. Abang merasakan rumah tangga kita nggak ada masalah. Beri Abang penjelasan paling logis dan paling masuk akal, kenapa kamu minta cerai. Kamu nggak bisa tiba-tiba minta pisah tanpa sebab, Rayya. I have an amazing life for the past three years thanks to you, Ray. Dan Abang nggak pernah nyesal kita ketukar seat pesawat waktu itu, because I met love of my life. You." Rayya melebarkan pupilnya mendengar penuturan terakhir suaminya. Dadanya semakin sakit, bagai ditusuk ribuan jarum dalam sekali hantam pada ulu hatinya.

"Rayya nggak bisa lagi hidup sama Abang. Rayya udah kehilangan tujuan kenapa kita menikah. Maafin Rayya, Bang Ibram." Rayya melengah ke samping, takut menatap manik sumainya yang teduh itu. Takut menyakiti pria baik ini lebih jauh. Dan takut kebenaran yang sebenarnya mungkin terungkap cepat atau lambat, lebih menyakitkan dari sekedar perceraian.

"Rayya, wake up girl." Seseorang menjentikkan jarinya berkali-kali hingga Rayya mengedip-ngedipkan matanya tanda ia sudah kembali ke dunia nyata.

"Lo tadi ngomong apa?" tanya Rayya, ingin mengenyahkan memori sedih yang sering terulang sejak ia resmi menjadi bawahan mantan suaminya beberapa minggu yang lalu.

"Gue nggak ngomong apa-apa."

"Ooh." Raya menyeruput jus berwarna hijau dengan penuh minat membuat sahabatnya mengernyit tidak suka. Roza memang seorang vegetarian, tapi dia lebih suka makanan dan minuman yang berwarna cerah selain hijau dan putih. Mereka sedang meet up di Burgreens, sebuah cafe bertema vegetarian.

"Anyway, yakinin gue sekali lagi. Lo kerja bareng mantan suami lo dan di divisi yang sama? Dan lo berpapasan sama dia tiap hari?"

"Duuh, udah berapa kali gue bilang. IYA, gue bawahanya Bang Ibram. Puas, lo?"

"Dari semua pekerjaan yang lo lamar, dari semua kota di Indonesia, lo malah ketemu dia di Jakarta? Perusahaan yang sama?"

"Astaga ini anak. Iya. Mau bukti apa lagi Oja?"

Ini nih, sahabat Rayya yang bilang Rayya itu pecicilan. Terang saja, Roza itu teman SD, SMP, sampai SMA Rayya waktu di Bukittinggi. Kalau kalian mau bikin sesi tanya jawab mengenai Rayya dari mulai dia bangun tidur sampai tidur lagi selama 24 jam, Roza orangnya. Dia itu bisa dibilang biografi berjalannya Rayya. Bahkan si Oja ini tahu kalau sahabatnya suka mengigau saat tidur.

"Oke oke. Gue Cuma nggak habis pikir. Dari sekian banyak skenario yang mampu manusia pikirkan, skenario Tuhan memang paling amat sangat terbaik." Rayya tergelak dengan pemilihan diksi Roza yang berlebihan.

Unfinished Business [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang