11 - [KEJUTAN MAMA SI MANTAN SUAMI]

564 42 2
                                    


Harusnya Rayya pergi dinner sama Dev malam ini. Sial. Pikiranku nggak bisa lepas dari mereka berdua. Apalagi Dev yang sifatnya kelewat hangat sama perempuan. Nanti Rayya bakal...

Haaah, Sial. Atau, apa aku tanya Rayya aja?

Anak adam ini sedang berguling galau di kasurnya setelah mandi sambil memencet-mencet menu kontak. Kirim pesan, atau telepon?

Suara dering telepon dan getar serta kemunculan nama Rayya Camilla Rasjid di layar ponsel berhasil membuat Ibrahim melambungkan gawainya dan terjatuh tepat di wajahnya. Untung saja tidak sampai jatuh ke lantai marmer.

Degupan jantungnya yang meliar saat ini mengalahkan nyeri tulang pipinya yang tertimpa ponsel berat itu.

Setelah mengambil napas dalam dan panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan, barulah Ibrahim menggeser simbol hijau.

"Assalamu'alaikum Ray."

"Wa'alaikum salam. Abang, aku ganggu?"

"Enggak. Ada apa Ray?" Aku nggak terganggu sama sekali.

"Gini, aku disuruh Mami tanyain ke Abang. Apa rendangnya enak? Dagingnya empuk nggak?" Padahal Mami kan bisa nanya langsung ke aku.

"Oh. Enak banget, Ray. Abang nambah terus kalau makan rendang buatan Mami."

"Alhamdulillah kalau gitu. Nanti aku sampaikan ke Mami." Suara lega dibarengi suara-suara orang lalu lalang melatarbelakangi suara gadis itu di telepon. "Kalau gitu aku tutup-"

"Ray, Rayya," potong Ibrahim segera. Ia langsung duduk tegak di atas ranjangnya.

"Ya, Bang?"

"Kamu... lagi di mana?"

"Aku lagi di luar. Kenapa?" Lagi dil uar? Apa sama Dev?

"Ooh. Ngapain? Udah mau Maghrib. Sebaiknya kamu cepat pulang." Seketika ia menyesal mengatakannya. Apa urusannya aku menyuruh Rayya pulang? Tapi kalau dia sama Dev...

"Iya. Tapi kayaknya aku bentar lagi pulangnya. Mau nonton dulu."

"Nonton?! Sendirian?"

Gawat. Ibrahim berdiri karena mulai panik dan mondar-mandir di kamarnya. Mereka nge-date? Apa Dev sudah sejauh itu? Apa Rayya tertarik pada Dev?

"Nggak, Bang. Aku sama temen kok. Kami udah janjian lama. Baru sekarang bisa ketemu lagi. Abang masih ingat Roza kan? Aku manggilnya si Oja Oja."

Spontan Ibrahim melarikan jemarinya yang bebas untuk menyugar rambut basahnya yang menjuntai lemah di kening. Ibrahim bernapas lega saudara-saudara.

Lalu Dev?

"Ooh, sama Oja. Ya udah, jangan pulang kemalaman. Kalau ada apa-apa, kasih tahu Abang."

"Tenang, Bang. Nanti Oja yang nganterin aku pulang. Dia bawa mobil."

Pintu kamarnya terbuka dan kepala sang Mama muncul di sana.

"Ibram, kenapa belum siapa-siap? Malah telponan ni anak."

"Mama? Iya bentar Ma." Dengan isyarat tangan, ia menunjuk ponselnya.

"Itu... Mama ya, Bang?"

"Iya."

"Hm."

"Cepetan ya, Bram. Mama tunggu di bawah."

"Iya Ma."

Unfinished Business [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang