1 - [HAND SANITIZER PUNYA MANTAN]

3.1K 130 3
                                    

SENIN pagi membuat semua orang bergegas melangkahkan kaki cepat-cepat agar segera sampai ke kantor dan segera duduk di cubicle mereka. Oh, mundur sedikit. Mari kita mulai dari lobi kantor. Mereka para pejuang gaji tanggal 25 berlomba mencapai lift karyawan yang hanya dua dalam gedung 18 lantai ini.

Bunyi heels dan sol pantofel bergemeletuk di lantai berkilau menandakan para karyawan dan karyawati dengan mobilitas tinggi sedang berpacu agar sampai pada kotak besi berjalan itu dan berharap bisa menjadi salah satu dari 16 penumpang yang beruntung untuk naik ke lantai yang mereka tuju.

Tidak terkecuali seorang karyawati yang telah menerima pemberitahuan menjadi karyawan tetap setelah proses seleksi yang amat sangat panjang dan melelahkan bagi otaknya menginjak usia 26 tahun karena sudah lama tidak terpakai untuk berpikir dan menghitung soal-soal matematika sederhana. Dia sendiri tidak menyana, otaknya masih sanggup menyelesaikan soal-soal berbagai tes yang bikin panas kepala dan membuatnya harus menahan pipis dengan dahsyat selama tes berlangsung.

Jangan lupakan magang yang panjang sebagai calon karyawan tetap di cabang PT. Best Food di sebuah kota kecil di Padang. Demi Tuhan. Dia tidak pernah hidup sendirian sebelumnya. Apalagi kos. Seumur hidupnya yang manja, dia hanya pernah tinggal dengan kedua orang tuanya di Bukittinggi dan...orang itu. Mengingatnya hanya menimbulkan kesan tidak bagus pada hari pertama ia bekerja. Bikin mood rusak aja, teriaknya dalam hati.

Sebuah langkah besar ia lakukan dalam hidupnya: menjadi perantau seperti teman-teman kuliahnya dulu. Dan sekarang, ia sudah terbiasa hidup sendiri dan mandiri. Jauh dari orang tua tersayang. Oh, harus ada drama dulu ketika Mami dan Papi Rasjid mengizinkan dan melepas putri satu-satunya ke tengah belantara Ibu Kota sendirian yang terkenal dengan sifatnya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.

Dengan tampilan barunya dari ujung kepala sampai ujung kaki, karyawati baru itu berharap bisa memulai hidup barunya sebagai wanita single dengan lebih baik, lebih kalem, dan lebih tidak pecicilan. Uugh, dia tidak suka kata pecicilan yang disematkan oleh sahabatnya, yang membuat nilai dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya. Pecicilan adalah satu dari sekian banyak sifat yang membuat dirinya terlihat sangat tidak dewasa bagi.... Ahh, sudahlah. Salahnya. Oke! Itu salahnya. Tapi waktu itu semua terasa benar baginya. Sifat tidak mau mengalah, mau menang sendiri, dan segala ucapannya harus diamini karena begitulah dia dibiasakan dalam keluarganya. Maklumlah, dia anak satu-satunya dalam keluarga Rasjid dan selalu dimanjakan oleh mami dan papinya membuat kepribadiannya sedikit... yah kalian tahu, manja dan egoistis.

Dia sedang berusaha sekarang, okay, menjadi versi lebih baik. Setidaknya begitulah paksaan sahabatnya terus-menerus ke kupingnya seperti kaset rusak hingga melekat ke alam bawah sadarnya.

Langkahnya dipercepat ketika lift semakin sesak. Ia harus menjadi salah satu penumpang sehingga bisa diantar oleh lift itu. Karena tanda panah ke atas sedang berkelap-kelip pada lift yang di sebelah, pertanda sedang naik ke lantai atas. Tidak mau kan, terlambat di hari pertama bekerja?

"Mbak Ray, cepetan," teriak seorang karyawati berambut pendek menahan pintu lift.

"Oh, syukurlah. Thanks, Puti," ucap Ray sedikit ngos-ngosan. Seseorang yang diteriaki Ray setengah berlari dan masuk ke dalam box penuh karyawan di sebuah gedung perkantoran kawasan Kuningan.

Mendengar nama Ray diteriakkan, membuat seseorang mendongak dari ponselnya yang sedang berjalan santai di belakang Ray dari tadi. Tiba-tiba saja jantungnya berdetak lebih kencang.

Ray? Hah. Nggak mungkin lah. Ray yang aku kenal mempunyai rambut hitam lurus, panjang, lembut dan... Astaghfirullah. Stop it!

Seseorang itu segera menghentikan pikirannya yang kelewat deskriptif.

Unfinished Business [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang