Warning:
Cerita ini diikutsertakan dalam challenge ODOC (One Day One Chapter) oleh TheWWG selama tiga puluh hari.
Mungkin akan banyak typo dan anu-anu yang lain karena tidak sempat di edit. Mohon di maklumi. Terimakasih
\( ̄▽ ̄)/***
Aku berjalan tergesa-gesa menuju gerbang sekolah sambil merutuki kebodohanku. Kenapa pula aku harus lupa membawa buku Miss Maya hari ini. Terpaksa saat di tengah jalan aku harus kembali pulang dan mengambilnya."Tu-tunggu Pak" Ucapku dengan napas tersengal-sengal pada satpam yang akan menutup pintu gerbang.
Satpam itu hanya melihatku dengan wajah tidak senang sebelum membuka sedikit jalan supaya aku bisa lewat.
"Terima kasih pak" ucapku pada satpam yang masih berbaik hati menahan pintunya untukku.
Aku berlari kecil menuju kelas. Di sana, Kinan sedang menungguku dengan tangan terlipat depan dada.
"Tsk...Kau lama sekali," komentarnya padaku.
"Aku lupa bawa buku Miss Maya."
"Kenapa kau tidak membuat catatan 'daftar barang yang tidak boleh kulupakan besok' biar kau gak kelupaan," sindirnya, kemudian dia melanjutkan "kau kan sangat pelupa, kalau begini mungkin berhasil."
Aku mengabaikan sindiran Kinan.
Kinan yang melihatku tidak antusias sama sekali kembali bersuara, "Kenapa tidak meminta calon Papamu saja untuk mengantar jemputmu seperti Sabrina? Walaupun lupa, kalau naik mobil tidak akan telat."
Aku menatapnya dengan tidak suka, "Dia belum jadi Papaku."
"Belum. Tapi akan kan?"
Aku hanya memutar kedua bola mataku menanggapi perkataannya.
"Atau kamu merasa kalah kalau harus bareng Sabrina?" tanyanya tiba-tiba. "Maksudku, kamu kan hampir tidak pernah bareng Sabrina kalau ke sekolah. Selain aku, aku ragu ada orang lain yang tahu kalian adik-kakak."
Harus aku akui, aku memang hampir tidak pernah bersama dengan Sabrina di sekolah. Tapi itu bukan berarti aku tidak percaya diri atau pun merasa kalah jika bersama dengannya. Lagi pula tidak ada peraturan di dunia ini yang mewajibkan adik-kakak harus selalu lengket seperti prangko, iya kan?
"Kenapa aku harus merasa kalah?"
Kinan kelihatan menimbang-nimbang sebelum berkata, "Mungkin karena dia cantik, pintar, famous di sekolah , plus dia juga hebat dalam bermain piano. Kudengar bahkan dia akan tampil saat ulang tahun sekolah nanti! Jadi, kamu mungkin merasa tidak percaya diri?"
"Kau terlalu sering menonton drama, karena aku gak ngerasa gitu" sanggahku dengan penuh penekanan.
Kinan memandangku dengan tidak percaya, "Ya sudah kalau gitu. Kamu gak perlu marah."
"Aku gak marah!" protesku dengan nada yang lebih tinggi.
"Oke, kamu gak marah! Aku yang salah, " ucapnya dengan nada menyerah. "Kita ke kantin saja. Aku sudah lapar. Energiku habis karena berdebat denganmu."
[.]
Setelah membeli beberapa makanan dari kantin, Kinan langsung menyeretku ke lapangan basket.
Sambil menarik tanganku dia berkata, "Kenapa kita harus duduk di pojok? Kita duduk di sana saja!" ujarnya sambil menunjuk kursi yang dipadati orang.
"Aku sudah berbaik hati menemanimu ke sini, tapi kamu masih memaksaku duduk di sana?" balasku tak habis pikir. "Terlalu ramai, aku tidak suka."
Aku memilih tempat duduk yang paling pojok, yang memungkinkan tak akan banyak orang yang melewatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thread Of Destiny
FantasyAlice, gadis 17 tahun yang dapat melihat benang takdir, mendadak mendapat undangan ke Rothenburg-sekolah para Giftlent-istilah untuk manusia yang terlahir dengan talenta/kekuatan khusus. Alice hanya ingin kehidupan yang normal, tetapi Rothenburg je...