Warning:
Cerita ini diikutsertakan dalam challenge ODOC (One Day One Chapter) oleh TheWWG selama tiga puluh hari.
Mungkin akan banyak typo dan anu-anu yang lain karena tidak sempat di edit. Mohon di maklumi. Terimakasih
\( ̄▽ ̄)/***
"Tidak perlu datang ke sekolah hari ini. Nanti Mama yang akan menghubungi wali kelasmu," bujuk Mama pada Sabrina.
"Sabrina ngak kenapa-napa kok Ma. Cuma sedikit pusing saja, nanti juga baikan."
Sementara Mama dan Sabrina mengobrol. Aku tetap tenang dan hanya fokus pada makananku saja.
Sabrina memang kurang enak badan hari ini. Tadi pagi saat dia baru bangun tidur, dia sudah merasa agak pusing. Wajahnya juga sedikit lebih pucat dari biasanya.
Tapi selebihnya, dia merasa baik-baik saja. Sabrina bahkan ngotot untuk tetap ke sekolah.
Sepanjang sarapan, Mama menanyakan banyak hal pada Sabrina. Persis seperti ibu-ibu yang cerewet pada umumnya.
Saat Mama menanyakan bagaimana harinya di sekolah. Sabrina refleks melirikku. Lalu dia kembali menjawab rasa penasaran Mama satu-persatu.
Tidak lama kemudian, Mama selesai dan membawa piring-piring ke belakang. Sementara Mama pergi, Sabrina datang dan mendekatkan kursinya padaku.
"Kak, kakak suka sama Eras?" bisiknya padaku.
Aku langsung tersedak di buatnya. Sontak mataku melotot melihatnya, "Nggak lah!"
"Tapi foto kalia—"
"Hanya foto iseng saja. Itu bukan aku," potongku cepat.
Pantas saja dia menatapku begitu dari tadi. Ternyata dia juga melihat foto itu. Entah orang tidak waras mana yang mengambil foto itu kemarin. Aku yakin, banyak siswa lain yang juga sudah melihatnya. Menjadi pusat perhatian adalah hal terakhir yang paling tidak kuinginkan.
Sabrina yang melihat kejengkelanku karena pertanyaannya, akhirnya berhenti menanyakan itu. Dia mengalihkan topik, "Mau berangkat sekolah bareng?"
Aku langsung menggeleng sambil meneguk air putih yang ada di depanku.
Melihat Mama datang, Sabrina kembali memperbaiki kursinya.
[.]
Sepanjang koridor sekolah yang aku lewati. Orang-orang akan melirikku. Tentu saja aku tahu penyebabnya. Foto itu mungkin sudah menggeparkan mereka.
Sudah kubilang kan, Erastus itu famous.
Saat tiba di kelas, aku langsung meletakkan tas dan menjatuhkan pantatku ke kursi. Kinan yang melihatku sudah datang, buru-buru mendekatiku.
Wajahnya tampak cerah dan bersemangat, dia sepertinya sedang senang, "Kau bisa tidur?" tanyanya sambil tersenyum di atas penderitaanku.
Lihat pertanyaan anehnya itu.
Aku jadi malas menanggapi pertanyaan konyolnya.
"Mungkin Eras tertarik padamu?" tambahnya.
Lihat, semakin aneh saja.
Aku meraih tasku dan mengeluarkan buku yang ada di dalamnya, tak menghiraukan Kinan.
Saat baru akan menulis catatan di bukuku, beberapa orang gadis mendekati mejaku.
"Kau hebat yah. Pura-pura tidak suka tapi ujung-ujungnya ketahuan juga."
Jika ditanya, tipe orang apa saja yang paling tidak kusuka di dunia ini, jawabannya ada semua pada gadis di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thread Of Destiny
FantasyAlice, gadis 17 tahun yang dapat melihat benang takdir, mendadak mendapat undangan ke Rothenburg-sekolah para Giftlent-istilah untuk manusia yang terlahir dengan talenta/kekuatan khusus. Alice hanya ingin kehidupan yang normal, tetapi Rothenburg je...