Chapter 16

149 26 1
                                    

Warning:

Cerita ini diikutsertakan dalam challenge ODOC (One Day One Chapter) oleh TheWWG selama tiga puluh hari.

Mungkin akan banyak typo dan anu-anu yang lain karena tidak sempat di edit. Mohon di maklumi. Terimakasih
\( ̄▽ ̄)/

***

Erastus langsung melepasku dan mundur beberapa langkah.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kepalaku tidak dapat mencerna hal ini.

Kalau bukan karena Eras, aku mungkin sudah bertemu sang pencipta sekarang. Meninggal di sini jelas tidak ada dalam rencanaku.

Setelah Eras melepaskanku, aku langsung jatuh terduduk di atas tanah. Kakiku rasanya lemas dan tidak mampu menahan bobot badanku.

Melanie yang pulih dari keterkejutannya buru-buru mendekatiku, "Kau tidak apa-apa?" tanyanya panik sambil memeriksa tubuhku.

"Tidak apa-apa," jawabku setelah menenangkan diri.

Aku kembali menatap Eras. Laki-laki itu memerhatikan makhluk tadi dengan serius.

Makhluk itu berukuran dua kali orang dewasa. Dia mempunyai sayap yang besar, dan ekor yang panjang. Setelah memerhatikan dengan lebih teliti, ujung ekornya memiliki manik yang tajam mirip dengan ekor kalajengking.

Lelaki yang merebut Hellebore tadi dariku menembakkan petasan ke atas, itu seharusnya sinyal untuk bantuan.

Karena eras membawaku berteleportasi bersamanya, makhluk itu jadi menabrak pohon di belakangku. Karena kehilangan targetnya, dia mengaum dan mengeluarkan suara yang lebih melengking.

"Dia marah," kata Simon sambil berjalan mendekat.

"Makhluk apa itu?" gumamku.

"Scortera," balas Simon yakin. "Monster Scortera dari Bloodforest," jelasnya lebih lanjut. "Tapi, yang tidak aku mengerti, bagaimana monster itu bisa masuk ke Rothenburg?" ada jejak keheranan diwajah laki-laki itu.

Erastus yang sejak tadi hanya terdiam, akhirnya angkat bicara. "Apa pun itu. Yang jelas, saat ini bukan waktunya untuk mencari tahu. Kita harus membunuh monster itu sebelum dia yang membunuh kita."

Sesaat setelah mengucapkan hal itu, makhluk itu benar-benar kembali menyerang. Kali ini targetnya bukan lagi aku, tapi murid laki-laki yang sempat akan mencuri Hellebore dariku.

Erastus membuat gerakan menarik sesuatu dari balik punggungnya.

Aneh sekali, aku tidak dapat melihat apa pun ada di punggungnya. Tapi sesaat kemudian, sebuah gagang pedang yang muncul di tangannya.

Aku tidak yakin, apakah harus mempercayai indra penglihatanku sekarang.

Pedang itu mengeluarkan cahaya kemerahan. Pada bilah pedangnya, ada pola-pola rumit yang tidak kumengerti. Hal itu membawa kesan indah tapi berbahaya, sama seperti pemiliknya.

Erastus dengan cepat kembali berteportasi. Dalam sekejap mata, dia telah tiba di ujung yang lain. Eras mengayunkan pedangnya untuk memblokir serangan Scortera. Ada bunyi dua benda keras yang saling beradu.

Eras bahkan tidak punya waktu untuk bernapas saat serangan kedua makhluk itu meluncur. Ekornya yang tajam dengan manik keunguan menargetkan tangan Eras.

Eras langsung berteleport kembali sambil membawa laki-laki tadi. Sedangkan, Diana dan satu orang lainnya bersembunyi di balik pepohonan.

Erastus membawa lelaki itu ke tempat kami dan membaringkannya di tanah. Ternyata, sepanjang lengan laki-laki itu telah tergores. Lukanya mengeluarkannya darah kehitaman.

Thread Of Destiny  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang