Warning:
Cerita ini diikutsertakan dalam challenge ODOC (One Day One Chapter) oleh TheWWG selama tiga puluh hari.
Mungkin akan banyak typo dan anu-anu yang lain karena tidak sempat di edit. Mohon di maklumi. Terimakasih
\( ̄▽ ̄)/***
Sayup-sayup aku dapat mendengar suara seseorang yang sedang berbicara. Aku mengernyit sambil mencoba membuka mata.
Aku menatap kosong pada dahan-dahan pohon dan juga langit biru yang terbentang luas di hadapanku.
Ah, aku sepertinya tertidur di sini.
Aku berada di belakang gedung serbaguna yang sudah tidak terpakai lagi. Anak-anak biasanya tidak datang ke sini, karena mereka bilang tempat ini angker, ada hantunya.
Aku tidak takut pada hantu. Kenapa aku harus takut pada sesuatu yang bahkan tidak terlihat? Kalo kata nenek, manusia lebih menakutkan dari pada hantu.
Saat mencoba duduk, sebuah buku jatuh ke pangkuanku. Buku yang aku baca sebelum ketiduran di sini. Aku melirik arloji yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang.
Jangan salahkan aku bila jadi tertidur di sini.
Sejak pukul 07.30 pagi, kelasku dan beberapa kelas Sosial yang lain harus bekerja keras untuk mengangkat dan memindahkan ratusan kursi ke ruang aula. Belum lagi, kami harus membersihkan seluruh area sekolah sebelum pukul sembilan pagi saat perayaan ulang tahun sekolah dimulai.
Kinan mungkin sedang bergosip di kelas tetangga atau berada lapangan basket sekarang.
Aku heran bagaimana dia masih bisa berkeliaran setelah bekerja sepanjang pagi tadi.
Saat sedang memikirkan kemungkinan Kinan ada di mana sekarang, tiba-tiba aku kembali mendengar suara orang yang bercakap-cakap.
"Ke-kenapa kamu begini?" ucap seseorang yang tidak aku ketahui siapa.
Suaranya terdengar agak gemetar, seperti sedang menahan ketakutan akan sesuatu.
Mungkin suara itulah yang kudengar sebelum terbangun.
Aku mengucek mataku dengan perlahan untuk menghilangkan rasa kantuk.
"Ka-kamu tidak begini sebelumnya. Aku mohon maafkan aku sekali ini saja. Tolong lepaskan aku, aku mohon, aku mohon, aku mohon." rintihnya dengan mengulang kata yang sama.
Kali ini dia suaranya terdengar tersedat karena menahan tangis.
Aku berbalik perlahan menghadap datangnya suara itu.
Karena di belakangku ada pohon, aku bisa mengintip mereka tanpa kelihatan.
Mataku menangkap sosok yang beberapa hari ini sering berpapasan denganku.
Raina dan...
Erastus?
Mataku terbelalak melihat Raina yang telah di dorong ke dinding oleh lelaki itu.
Jika kalian berpikir mereka sedang berbuat hal yang tidak senonoh, maka buang pemikiran itu jauh-jauh.
Percayalah mereka tidak dalam keadaan itu sekarang. Karena sekarang, tangan Eras sedang melingkari leher Riana dengan sempurna. Lebih tepatnya, dia mencekiknya!
Eras mencekik Raina!
Persis seperti adengan di film-film. Aku juga meletakkan tangan menutup mulutku. Seakan-akan dengan melakukan hal itu aku bisa menyembunyikan diriku dan tidak akan ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thread Of Destiny
FantasiaAlice, gadis 17 tahun yang dapat melihat benang takdir, mendadak mendapat undangan ke Rothenburg-sekolah para Giftlent-istilah untuk manusia yang terlahir dengan talenta/kekuatan khusus. Alice hanya ingin kehidupan yang normal, tetapi Rothenburg je...