Chapter 17

140 23 0
                                    

Warning:

Cerita ini diikutsertakan dalam challenge ODOC (One Day One Chapter) oleh TheWWG selama tiga puluh hari.

Mungkin akan banyak typo dan anu-anu yang lain karena tidak sempat di edit. Mohon di maklumi. Terimakasih
\( ̄▽ ̄)/

***

Sir Edmund memimpin kami ke ruangannya. Dia mendorong pintu ruangannya dan dengan gesit kembali menutupnya saat kami sudah masuk ke dalam.

Begitu pintu ditutup, suara derap kaki mendekat, keheranan dan pertanya-tanyaan siswa tentang apa yang sedang terjadi akhirnya terhenti.

Ruangan itu sangat besar. Di dalamnya ada banyak buku dan juga koleksi benda-benda yang kelihatan antik. Di tengah-tengah ruangan, ada sebuah meja panjang dengan kursi mengelilinginya. Ruangan ini seharusnya digunakan untuk rapat atau kegiatan semacamnya.

"Silahkan duduk."

Tanpa basa-basi Eras langsung duduk dengan santainya. Sedangkan aku masih ragu-ragu untuk melakukannya.

Aku tidak tahu mengapa hanya aku dan Eras yang di panggil ke sini. Simon, Morlan, Melanie, Diana dan dua orang lainnya yang menyaksikan kejadian itu di biarkan begitu saja.

Aku tidak melakukan kesalahan apa pun kan?

Berbeda denganku, Eras kelihatan tidak terbebani sama sekali. Dia kelihatan sangat santai.

Tidak ada aura pembunuh yang tadi padanya, dia telah kembali menjadi Eras yang dingin seperti biasanya.

"Duduk!" kali ini Eras yang berbicara dengan nada memerintah.

Berhubung aku sudah di tawari dua kali, dan ditambah kakiku memang masih sedikit gemetaran karena kejadian tadi, aku akhirnya duduk.

Sir Edmund berjalan menuju pintu lain yang ada di dalam ruangan. Dia mengetuk pintu itu.

"Prof. Leonor?"

Tidak ada tanggapan dari dalam, tapi pintu langsung dibuka dari dalam sebagai jawaban.

Seorang pria paruh baya yang kelihatan berusia sekitar akhir empat puluhan atau awal lima puluhan keluar dari dalam ruangan. Dia memiliki postur berjalan yang tegak dan memancarkan aura mendominasi yang kuat. Entah kenapa dia mengingatkanku pada seseorang.

Eras. Tapi aku langsung mengenyahkan pikiran itu dari kepalaku. Semua murid Emerald High School, tahu jika Ayah Eras sudah lama meninggal.

Di samping pria itu ada seseorang yang mengenakan jubah panjang bertudung. Tudung itu hampir menutupi seluruh wajahnya, sehingga aku tidak bisa membedakan apakah dia laki-laki atau perempuan.

Mereka duduk di tempat yang berlawanan dengan kami.

Sir Edmund mulai memperkenalkan kami, "Ini Prof. Leonor, tetua di Rothenburg. Dan di sebelahnya adalah Madam Lyn, dia adalah seorang peramal."

Aku pernah beberapa kali mendengar nama Prof. Leonor, dia seorang tetua di Rothenburg. Pemegang kekuasaan tertinggi di sini.

Aku bertanya-tanya, kenapa orang-orang penting ini mau mengundangku?

Jika sebelumnya aku berpikir peramal, aku akan berpikir itu adalah hal yang konyol. Tapi sekarang, di Rothenburg, jika ada seorang peramal, maka orang itu benar-benar bisa melihat masa depan.

Peramal yang bernama Madam Lyn, mengeluarkan sebuah lipatan kertas. Dia membuka kertas itu. Begitu dibuka kertas itu langsung memperlihatkan Rothenburg.

Peta Rothenburg.

Peta itu menunjukkan bangunan Rothenburg dan segala sesuatu didalamnya. Peta itu hidup, gambarnya bergerak. Dan lebih anehnya lagi, dalam peta itu Rothenburg di kelilingi semacam gelembung transparan. Ini pertama kalinya aku melihat hal ini.

Melihat tatapanku tidak lepas dari gelembung itu, Sir Edmund menunjuk lapisan transparan itu dan menjelaskan, "Ini adalah semacam dinding pelindung Rothenburg. Hampir sama dengan atmosfer. Hanya saja fungsinya berbeda. Lapisan ini berfungsi untuk untuk menghalangi semua ancaman dari luar," tuturnya, kemudian dia kembali melanjutkan, "kecuali seseorang memang di undang masuk ke dalam Rothenburg, tidak ada yang bisa masuk."

Sir Edmund menghela napas panjang dan menjelaskan lebih lanjut, "Hanya saja, pelindung ini melemah dan hampir hancur. Bahkan Monster Scortera pun bisa menyusup masuk," ucapnya dengan nada frustrasi, "Ketika lapisan ini gancur, Rothenburg akan runtuh. Satu-satunya yang bisa mengembalikan Rothenburg ke keadaan seperti semula adalah darah Behemont."

"Aku sudah mengatakan hal ini pada Eras. Sebagai pemilik pedang Typson, pedang seseorang yang terpilih, dia harus pergi ke Bloodforest. Tadinya, aku ingin menjelaskan padamu nanti. Tapi, kami tidak menyangka lapisannya akan rusak secepat ini. Tidak ada waktu lagi, pencarian darah Behemont harus dimulai secepatnya."

Eras yang di sebut-sebutkan dari tadi tidak membalas apa pun. Entah mengapa dia menjadi lebih pendiam saat ini.

"Tunggu-tunggu" ucapku memotong karena tidak mengerti, "Kenapa kalian menceritakan semua ini padaku?" tanyaku, "Maksudku, apa hubungannya ini semua denganku?

"Kami membutuhkan bantuanmu, Alice." Kali ini Prof. Leonor berbicara padaku.

"Bantuan? Dariku?" tanyaku tidak percaya. "Kalian pasti salah orang, aku tidak bisa membantu apa pun. Aku bahkan tidak bisa membantu diriku sendiri. Kenapa kau bisa berpikir aku bisa membantu kalian?" kataku tak habis pikir. "Dan juga, Sir Edmund, kau mungkin salah paham, aku datang ke Rothenburg bukan untuk hidup seperti ini, aku ingin talent-ku menghilang. Aku hanya ingin hidup normal."

Prof. Leomor menatapku dan berbicara dengan serius. "Kau mungkin tidak tahu kenapa kami terus memaksamu gadis kecil. Tapi, kau ada di dalam ramalan Madam Lyn," terangnya. "Kau ada di sana. Kalau kau tidak ikut, misi ini akan gagal."

Masa bodoh dengan ramalan itu, aku tidak tertarik untuk mencari darah itu.

"Profesor, aku benar-benar menghargai ini. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa membantu apa pun. Dan juga, aku hanya ingin hidupku berjalan seperti manusia lainnya. Tapi sepertiny, Rothenburg bukan tempat yang tepat untuk itu. Aku memutuskan untuk ke luar dari sini!"

Tidak peduli dengan ramalan atau apa pun itu, aku akan ke luar dari tempat ini.

Tapi tiba-tiba suara seseorang menghentikanku, "Ibumu membencimu kan?"

Langkah kakiku langsung terhenti.

"Dia membencimu karena kau adalah penyebab ayahmu meninggal."

Aku berusaha keras menahan amarah dan air mataku. Tanganku mengepal hingga kuku jari menembus kulitku.

Dia tahu. Peramal itu tahu!

"Meskipun kau tidak sengaja melakukannya, tapi kau penyebabnya. Melihat benang merah seseorang hanya akan menambah rasa bersalahmu. " lanjutnya. "Asal kau mau membantu Eras, kau akan menemukan jawaban dari keinginanmu di sana. Jika kau ingin benang merah itu hilang, kau bisa melakukannya di tempat itu. Setelahnya, kau bisa keluar dari tempat ini dan hidup normal seperti yang kau inginkan."

[.]

Aku lagi-lagi tidak bisa tidur. Sudah berkali-kali aku berusaha memjamkan mata. Tapi percuma, kantuk tidak kunjung datang. Aku hanya bisa melamun dan menatap langit-langit kamar.

Tiba-tiba perutku mengeram karena lapar. Sejak kembali dari Rothenburg tadi, aku sudah kehilangan selera makan. Aku hanya ingin tidur dan melupakan semua kejadian hari ini. Atau mungkin, saat aku terbangun nanti, ternyata semuanya hanya mimpi.

Rumah lagi-lagi terasa sepi. Sudah sejak sore Mama keluar untuk menjemput Sabrina dari tempat les piano. Tapi mereka masih belum kembali.

Mungkin mereka sedang makan malam di luar lagi tanpaku.

Perkataan peramal tadi kembali tergiang-giang di telingaku.

Haruskah aku pergi?

***

Jangan lupa tinggalkan jejak. Sekecil apa pun apresiasimu itu akan sangat berarti.

Yellow Chocolate

Thread Of Destiny  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang