Kini Nendra hanya diam dengan pandangan kosong kedepan, entah sejak kapan ia melamun.
Pikirannya melayang, setelah sesaat Dokter Xiaojun memeriksanya. Dimana ia bertanya perihal keadaan Joshua.
*Flasback on*
Nendra menghela napasnya, guna menetralisir rasa sesak pada dadanya.
Saat Dokter Xiaojun itu hendak pergi, ia segera menahannya dengan satu untaian pertanyaan.
"Bagaimana keadaan Joshua?"
Xiaojun yang baru saja mengambil satu langkah, kini kembali berbalik badan menghadap pada sang pasien.
Ia menghela napasnya, sebelum akhirnya menjawab. "Kondisinya bisa dibilang cukup parah, ia seringkali kehilangan kesadarannya jika ia selesai melakukan terapi. Entah itu terapi patah tulangnya, atau bahkan terapi kankernya"
"Separah itukah?" Tanya Nendra, dan Xiaojun mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan olehnya.
"Yah, kata Dokter Fahrand selaku Dokter spesialis kanker dan paru. Kondisi dari pasien Joshua parah, apalagi setelah kejadian itu. Kini kondisinya semakin drop" Jelas Xiaojun.
Nendra menunduk, pikirannya hanya ada satu.
"Bisakah aku meminta satu permintaan?" Tanya Nendra dengan menatap lekat manik sang Dokter pribadinya itu.
"Yeah, tentu... Katakan saja, nanti akan kuberitahu Tuan dan Nyonya"
Nendra segera mengambil tangan kiri Xiaojun dan sedikit merematnya.
"Tidak, jangan beritahu mereka. Nanti biar aku sendiri saja yang memberitahu mereka, tapi yang pertama... Itu Anda yang harus mengetahui hal ini sebelum yang lain" Ujar Nendra panjang lebar.
Xiaojun membisu, ditatapnya tangannya yang digenggan oleh Nendra kemudian tatapannya berpindah untuk menatap manik kelabu milik Nendra.
"Oh... Kalau begitu silakan, aku akan mendengarkannya"
Nendra menghela napas panjang, sebelum akhirnya kembali berujar.
"Jadi... Aku ingin men-"
*Flashback off*
Dan disinilah Nendra sekarang, duduk dengan pandangan kosong kedepan. Diotaknya, ada kejadian-kejadian yang terputar seperti kaset yang rusak.
Selalu berputar dan tak jelas, intinya itu.
"Aku yakin... Mungkin ini adalah keputusan terbaikku untuknya" Monolognya.
Sementara ditempat lain, Xiaojun terus melamum memikirkan perkaraan Nendra beberapa jam yang lalu.
Ia kemudian melihat Joshua yang terbaring pada bangsalnya, dan kembali melihat kedepan.
Ini telah sekitar ia sejam berada pada ruangan Joshua.
"Itu memang keputusan terbaik, namun itu bukanlah hal sepele" Monolognya.
Xiaojun menghela napas panjang, sebelum akhirnya menghampiri Joshua yang tertidur akibat efek obat penenang yang ia berikan beberapa saat lalu saat secara tiba-tiba tubuh Joshua mengejang.
"Mungkin itu keputusan yang telah Nendra pikirkan matang-matang untukmu, jadi tolong bertahalah"
Xiaojun memperbaiki tata letak selimut Joshua, sebelum akhirnya ia pergi dengan pikiran yang kalut akibat memikirkan perkataan Nendra pada beberapa jam yang lalu.
"Jangan Nendra jangan... Mereka pasti tak akan menerimanya" Gumam Xiaojun sembari berjalan dikoridor yang nampak sepi dan lenggang.
Tak terasa, malam telah tiba. Mentari yang awalnya bersinar terang, kini tergantikan oleh rembulan yang menampakkan sinar indahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/296019175-288-k413746.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Urus Saja Kertas-Kertas Mu Itu [HIATUS!]
FanfictionSeorang remaja yang selalu menahan rasa sakitnya seorang diri,tanpa memberi tahu pada siapa pun yang sebernarnya terjadi pada dirinya selama ini. • Nendra,seorang anak lelaki yang terlahir dari keluarga kaya dan cukup bahkan sangat terpandang.Dengan...