35. Sadar

432 48 6
                                    

Ditengah gelapnya malam dan redupnya cahaya ruangan.

Kelopak mata itu terbuka setelah seminggu lebih tertutup, ia mengedarkan pandangannya dan berhenti tepat pada Juan yang tertidur dengan posisi duduk pada kursi tepat pada sisi kirinya.

Tatapannya turun ke tangan kirinya yang terasa hangat, ternyata tangan besar Juan menggenggam tangan kirinya yang terinfus.

"Kak-kh!"

Sial, ia tak sadar jika sedari tadi ada benda yang menancap pada mulut bahkan mungkin sampai kerongkongannya.

"Engghh... Ka- akh!"

Ia terus berusaha untuk membangunkan Kakaknya itu, namun nihil.

Sangat ingin rasanya ia meneriakkan nama Kakaknya itu, namun sayang. Menggerakkan jarinya saja susahnya minta ampun.

Hendery yang awalnya tertidur pulas pada sofa ruang rawat adiknya itu terbangun kala terganggu dengan suara berisik monitor.

Ia kemudian mengubah posisinya menjadi duduk, kesadarannya belum ada sepenuhnya.

Namun saat ia menoleh ke arah Juan, betapa terkejutnya ia saat mendapati Nendra yang berusaha menarik tangannya dari genggaman tangan Juan.

"JUAN BANGUN ADEK SADAR!!!" Pekik Hendery sembari berlari kearah kedua adiknya itu dan menekan tombol darurat dengan brutal.

Sedangkan Juan, ia langsung tersadar sepenuhnya. Ia kemudian melirik Nendra yang tampaknya telah menangis, ia melirik jam. Masih jam dua dini hari.

Tanpa pikir panjang, Juan segera berlari keluar ruangan guna mencari Dokter yang bisa membantu secepatnya.

"Dek? Jangan tutup mata yah? Tahan sebentar, tahan" Ujar Hendery sembari menenangkan Nendra yang kini telah menangis.

"Mau apa?" Tanya Hendery lembut, walaupun kini ia sangatlah panik sekaligus bahagia atas kesadaran adik bungsunya itu.

Nendra menggeleng, demi apa pun kerongkongannya terasa sangat sakit sekaligus kering saat ini.

"Emmh... Tunggu, Kak Juan sedang  memanggil Dokter. Mau ketemu Bunda?"

Nendra menggeleng.

Oh ayolah, Hendery kalut saat ini. Jadi ia menanyakan hal yang sebenarnya tak diperlukan.

"Ayah?"

Nendra menggeleng kambali untuk kesekian kalinya.

"Tenggorokannya sakit?"

Dan Nendra pun mengangguk.

"Tunggu yah? Tunggu Dokter datang" Ujar Hendery mencoba menenangkan, walaupun ia sendiri tak tenang saat ini.

BRAK!!!

Pintu dibuka dengan kasar oleh Xiaojun beserta beberapa Dokter lainnya yang ikut tepat dibelakangnya.

Hendery yang mengerti dengan arti tatapan Xiaojun pun langsung keluar dan menunggu disana, walaupun hatinya menjerit ingin menemani sang bungsu didalam sana.

"Oh Tuhan" Gumamnya lirih.

"Duduk Kak" Ujar Juan sembari menepuk-nepuk tempat duduk pada sisi kirinya.

Demi apa pun ia sangat mengantuk saat ini, namun berusaha ia tahan demi adik semata wayangnya itu.

Hendery pun kemudian duduk pada tempat yang ditunjukkan oleh Juan.

"Telepon Bunda, ponselku tertinggal didalam" Ujar Juan dengan suara seraknya, khas orang baru bangun tidur.

"Nanti saja, Bunda sedang banyak pikiran. Jangan menambah beban pikirannya, yang ada Bunda nanti akan jatuh sakit" Balas Hendery.

Urus Saja Kertas-Kertas Mu Itu [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang