18.Kembali

712 56 3
                                    

Disinilah Xiaojun sekarang,berusaha menenangkan tubuh ringkih Nendra yang kini mengejang dibantu oleh beberapa dokter lainnya yang ikut bergabung dalan operasi kali ini.

"Kumohon bertahanlah,kumohon" Lirih Xiaojun.

Tubuh Nendra perlahan tak mengejang,akan tetapi tergantikan oleh suara monitor yang membuat semuanya panik bukan kepalang.

"Ambilkan alat kejut jantung,CEPAAAT!!!" Teriak Xiaojun.

Tiiit...Tiiit...Tiiit...Tiiiiiiiiiiìiit

"Oh ayolah,ayolah" Gumam Xiaojun panik.

Telah terhitung tiga jam,berarti sekarang kurang lebih pukul empat subuh.

''

Hendery,Juan,Ayah,serta Bundanya kini telah sampai pada rumah sakit.Mereka membanting pintu mobil dengan cukup keras,tak memperdulikan tatapan orang lain yang menatap mereka tak suka.

Bukan main jikalau Hendery yang mengendarai mobil,mulai dari jam dua dini hari mereka start dari Bandung dan sampai pada Ibu Kota Jakarta tepat pada pukul 04:06.

"Tuan!"

Sang Ayah menengok kala ada suara yang cukup familiar memanggilnya.

Ia pun menoleh "Bibi! Ayo Nendra disana" Ujar Ayah sembari menggandeng tangan Bunda dan menariknya lembut ke arah Bibi yang masih menangis tersedu-sedu.

"Bi! Bagaimana kondisi Nendra?" Tanya Juan dengan memegang kedua bahu pengasuh Adiknya itu.

Bibi diam,masih dengan isakannya yang masih mengalun diantara partikel udara.

Perlahan,Bibi mengangkat tangan kirinya dan menunjuk pintu ruang operasi.

Runtuh.

Pertahanan Juan runtuh dalam sekejap,kala tepat setelah Bibi menunjuk pintu kaca dihadapan mereka.Terdengarlah suara tak putus yang berasal dari alat monitor yang mendeteksi detak jantung Nendra didalam sana.

Juan menurunkan tangannya dari bahu Bibi,kemudian membiarkan tubuh jakungnya merosot kebawah.

"Bi Jhihan" Lirih Juan memanggil sosok dihadapannya itu.

Greb

Sang Bibi langsung berjongkok dan memeluk Juan dengan eratnya.

"Hiks...NENDRA! BIII! NENDRA!...Hiks...HAAAAAAA!!!" Teriak Juan balas memeluk.

Hendery yang sedari awal terdiam,mulai berjalan menuju pintu kaca tebal tersebut.

Tak!

Ia memukul kaca itu sekali dengan tangan kanannya,disertai juga dengan air mata yang kembali berlinang.

"Nendra hiks...Maaf hiks maaf,Kakak janji...Kakak janji kalau Adek bisa kembali lagi,K-Kakak akan menuruti semua keinginanmu" Lirih Hendery.

Ayah berusaha terlihat kuat,mendekap tubuh istrinya yang bergetar sebab menangis sedari tadi hingga kedua matanya sebam.

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit...

Tit...

Tit...

Tit...

Deg

Hendery kaget,begitu juga yang lainnya.

"Nen...Nendra,terima kasih Tuhan terima kasih hiks" Ujar Hendery hingga berlutut dengan saling menggengam tangannya.

Nendra kembali hidup.

''

Juan hanya duduk diam sembari terus menatap sosok yang kini belum sadarkan diri diatas bangsalnya,sesekali ia memaikan jari-jemari lentik Adiknya itu karena merasa bosan.

Urus Saja Kertas-Kertas Mu Itu [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang