25. Batas

503 44 6
                                    

Nendra duduk melamun pada balkon kamarnya, dengan sebuah buku dipangkuannya serta sebuah bolpoin yang ia genggam sedari tadi.

"Hidupku tak akan sampai empat bulan lagi... Haha lucu sekali" Gumamnya.

Pikirannya melayang kembali ke sehari yang lalu, di mana ia tak sengaja mendengar pembicaraan antara keluarganya dan juga Xiaojun pada ruang tamu.

"Kabar baik untukmu Joshua, kau tak akan lama lagi akan menerima hadiah yang kumaksudkan"

Flashback

"Kakak"

Nendra membuka pintu kamar Hendery dan melihat sekeliling kamar berukuran besar tersebut.

"Tak ada orangnya"

Ia menutup pintu kamar bernuansa klasik itu dan beralih ke kamar Kakak keduanya.

Tok... Tok... Tok...

Ceklek

Nendra menyembulkan kepalanya, pandangannya beredar keseluruh penjuru kamar bernuansa gelap tersebut.

"Sama, tak ada orangnya juga"

Ia kemudian melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, menutup pintu kembali dan sekarang ini tujuannya adalah ruang tamu. Di mana biasanya keluarganya itu berkumpul, setidaknya setelah mereka mengetahui bahwa ia mengidap penyakit jantung.

Ia menuruni tangga setelah mengambil tasnya pada kamar miliknya, niatnya adalah pamit kepada keluarganya sebelum berangkat latihan seperti biasanya. Sebenarnya bisa-bisa saja ia langsung pergi tanpa pamit, namun hal itu terkesan tak sopan. Dan demi menjadi anak yang berkesan baik, ia akan pamit dahulu sebelum berangkat latihan.

Saat ia hendak memasuki ruang tamu, ia menghentikan langkahnya dan memilih bersembunyi di balik dinding kala mendengar perbincangan antar keluarganya dengan seseorang yang nampaknya sangat serius.

"Apakah tak ada cara lain?" Suara Ayah terdengar.

"Maaf Tuan, tak ada cara lain karena pendonor yang sebelumnya ingin mendonorkan tak jadi"

"Tunggu... Terdengar tak asing" Batin Nendra merasa tak asing dengan suara yang membalas pertanyaan Ayahnya itu.

"Ah tunggu... Dokter Xiaojun?" Gumam Nendra setelah menyadari suara siapa itu,"Apa yang ia lakukan kemari siang-siang begini? Biasanya datangnya pagi atau tidak malam" Sambungnya.

"Ah sudahlah mending aku langsung izin saja"

Namun saat ingin melanjutkan langkahnya menuju ruang tamu, satu kalimat yang Xiaojun ucapkan berhasil membuatnya mematung.

"Hidup Nendra tak akan sampai setengah tahun, bahkan empat bulan pun tak sampai"

DEG!

"HAH?! APA?!"

"A-apa? JANGAN BERCANDA XIAODEJUN!!!" Jerit Bunda.

"A-apa... Hidupku tak akan lama lagi?"

Nendra mundur perlahan dan memilih untuk pergi melalui pintu taman belakang, bahkan kini matanya mulai berkaca-kaca.

"Loh, Den Nendra kenapa menangis?" Tanya Bi Jhihan.

Nendra mendongak dan mengerjabkan matanya, berusaha menahan genangan air matanya sebisanya agar tak jatuh kemudian kembali menatap Bi Jhihan yang memasang raut panik.

"Ah tak apa Bi haha, Nendra pergi dulu yah? Mau latihan, ah dan jangan lupa bilang sama Ayah Bunda kalau Nendra pergi latihan. Untuk pulangnya jangan di jemput, Nendra bisa pulang sendiri kok" Jawab Nendra, kemudian ia segera pergi setelah mendapat anggukan dari Bi Jhihan.

Urus Saja Kertas-Kertas Mu Itu [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang