23.Telat, dan kejutan

535 45 6
                                    

BRAK!!!

Nendra membuka pintu gedung panahan dengan sangat keras, sehingga menimbulkan dentuman bunyi di penjuru sudut gedung besar tersebut.

Semua orang yang berada didalam sana dibuat terkejut bukan main, bahkan anak panah Rheanzha nyaris mengenai telinga sang Pelatih.

"Maaf Pak hah hah s-saya telat" Ujar Nendra sembari menetralkan napasnya yang memburu.

"Baiklah, langsung latihan saja" Balas Pelatih dan Nendra langsung menurutinya.

"Tumben sekali kau telat kali ini, biasanya paling pertama datang" Ujar Rheanzha yang berada pada sisi kanan Nendra.

"Ada urusan tadi makanya aku telat" Balas Nendra.

"Ooohhh... Okey"

Yah, dan hal yang membuatnya telat dalam latihan sore ini adalah ia harus check-up dirumah sakit terlebih dahulu. Dan setelah selesai,ia memaksa Kakak pertamanya itu untuk menambah laju mobilnya menuju sekolah.

Dan sebelum ia keluar dari mobil Kakaknya itu, ia menyempatkan diri untuk sedikit menyidir Hendery.

"Coba saja tadi Kakak tak ketiduran, pasti aku tak akan terlambat seperti ini. Bagaimana jika pelatih marah? Akan kuhajar kau dirumah"

Hendery yang duduk pada kursi kemudi hanya diam saja mendengar setiap kata yang Adik bungsunya itu ucapkan dari bangku belakang.

' '

Nendra berjalan dengan lunglai pada trotoar jalan menuju rumahnya sembari meneteng tas ransel coklatnya pada bahu kanannya.

Hari telah beranjak petang, awan-awan yang semula berwarna oranye berubah menjadi kelabu tanda hujan tak lama lagi akan menyerbu permukaan bumi. Jadi ia dengan segera melangkahkan kedua tungkainya lebih cepat.

"Sial" Rutuknya kala air hujan tipis-tipis mulai turun membasahi area sekitar.

Pandangannya beredar dan berhenti tepat pada salah satu halte taman kota, kemudian ia segera melangkahkan kembali tungkainya itu menuju bangunan kecil itu.

"Sial, kenapa harus hujan sih" Gumamnya.

Salahkan saja dirinya yang tadi menolak dijemput oleh Ayah, padahal Ayah tadi mengatakan akan rela meninggalkan rapat antar CEO demi menjemput dirinya.

Namun ia menolak dan mengatakan bahwa rapat itu lebih penting dan ia bisa pulang sendiri.

Dan berakhirlah ia sekarang, duduk pada halte taman kota seorang diri. Sepuluh menit berlalu, dua puluh menit berlalu, tiga puluh menit berlalu.

Ia terbangun dari tidurnya, ia melirik sekitar dan menemikan hujan tak lagi selebat beberapa saat lalu sebelum dirinya terlelap dan kini hanya ada gerimis halus saja yang terlihat.

Ia beranjak, menggendong tasnya lalu segera pergi menjauh dari halte tersebut dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah yang sempat tertunda oleh hujan tadi.

"Eeee hujan hujan dingin" Gumamnya sembari berlari memasuki pekarangan luas mansionnya itu.

Ceklek

"Nendra pulang" Ujarnya.

"Hah Bunda" Ujar Nendra terkejut kala mendapati Bunda yang datang dan langsung menangkup kedua pipinya yang semakin menirus.

"Ini kenapa bisa kehujanan? Tak berteduh ya? Siapa suruh tadi Ayah menawarkan akan dijemput malah menolak? Jadi basahkan" Ujar Bunda sembari memeriksa sekujur tubuh Nendra.

"Berteduh kok Bun, ini basah cuma karena gerimis kok" Jawab Nendra.

"Berteduh apanya kalau basah begini?!"

Urus Saja Kertas-Kertas Mu Itu [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang