Nendra menuruni setiap anak tangga dengan pakaian rumahhan yang ia kenakan mengingat ini telah malam hari, tujuannya hendak ke ruang tamu untuk ikut bergabung dengan keluarganya.
Entahlah, padahal ia biasanya hanya akan menghabiskan waktunya dikamar jika belum di panggil untuk makan malam.
"Huuf..."
Terdengar helaaan napas dari celah bibir berwarna cerinya setelah ia duduk pada sofa dengan Kakak pertamanya yang berada tepat disisi kanannya.
"Adek kenapa?" Tanya Hendery mengalihkan pandangannya dari ponselnya menjadi ke Adik bungsunya tersebut.
"Capek" Jawab Nendra sembari mengibas-ngibaskan tangan kirinya didepan wajahnya.
Yang ia rasakan adalah panas, padahal jarak dari kamarnya ke ruang tamu tak terlalu jauh dan lagi. Ruang tamu terpasang pendingin ruangan, tetapi entahlah ia merasa panas malam ini.
"Oh ya sudah, baring sini" Ujar Hendery sembari memindahkan bantal yang tadi ia pangku lalu menepuk-nepuk pahanya.
"Okey"
Nendra pun mulai membaringkan tubuh ringkihnya tersebut, dan menaruh kepalanya pada paha sang Kakak.
"Adek sudah minum obat?" Tanya Ayah lembut.
"Sudah" Jawab Nendra yang kini telah memejamkan matanya.
"Sudah kerjakan tugas sekolah?" Tanya Bunda yang sedan asik sendiri dengan rambut Juan, sedangkan sang empu sesekali meringis kala Bunda menarik rambutnya.
"Tak ada tugas" Jawab Nendra singkat.
Hening setelahnya, mereka kembali kepada aktifitas mereka sendiri. Seperti Ayah yang sedang main laptop, Hendery yang saling bertukar pesan dengan teman-temannya, Bunda yang memainkan rambut Juan, Juan yang duduk melantai sembari asik memainkan game online pada ponselnya, hingga Nendra yang kini telah tertidur.
~~
Nendra mengerjapkan beberapa kali, ruangan yang tak ia kenaki dan sangat asing baginya saat ini. Ruangan itu hitam hingga ia tak tahu di mana letak dindingnya berada.
Setelah berputar melihat sekeliling selama beberapa kali, ia terkejut kala melihat seseorang yang tak asing berbaju putih bersinar tak jauh dari hadapannya saat ini.
"S-siapa?" Tanyanya gugup.
"Ayo" Ujar Orang tersebut sembari mengulurkan tangan kirinya.
"S-siapa kau? Dan untuk apa mengajakku?" Tanyanya lagi.
"A... Aku... Ah jangan pikirkan itu, sekarang ayo ikut dengan Kakak" Jawab Orang itu sembari berjalan perlahan mendekati Nendra yang tampak ketakutan, bahkan sekujur tubuhnya telah gemetar.
"Hah? K-Kakak?" Batin Nendra.
"NO!" Teriak Nendra sembari berjalan mundur menjauh.
"Kenapa tidak, waktumu sisa sedikit Nendra Anggara... Sudah ada yang menunggumu di sana" Ujar Orang tersebut yang lagi-lagi membuat Nendra tambah takut.
"No... Hiks, aku belum melakukan apa yang telah kujanjikan pada diriku sendiri" Balas Nendra yang telah banjir air mata.
"Tetapi Tuhan telah memberikanku tugas" Ujar Orang tersebut.
Bruk
Nendra jatuh terduduk dengan tangan yang meremat surainya sendiri, ia bingung. Apakah ia harus ikut atau tidak, tetapi ia belum melaksanakan janji yang telah ia buat dengan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Urus Saja Kertas-Kertas Mu Itu [HIATUS!]
FanfictionSeorang remaja yang selalu menahan rasa sakitnya seorang diri,tanpa memberi tahu pada siapa pun yang sebernarnya terjadi pada dirinya selama ini. • Nendra,seorang anak lelaki yang terlahir dari keluarga kaya dan cukup bahkan sangat terpandang.Dengan...