38. Drop

750 40 0
                                    

Xiaojun menghela napasnya kemudian menasal sederet nomor yang ada dalam list kontaknya.

Drrrtt... Drrrtt... Drrrt-

"Halo"

"Kerumah sakit sekarang"

Sebelum mendapatkan sahutan dari seberang sana, Xiaojun telah memutuskan sambungan secara sepihak.

Setelah memutuskan panggilan dan memasukkan benda pipih persegi itu pada saku jas Dokternya, ia melirik Nendra yang terkulai pada bangsalnya.

"Akan kuberitahu pada mereka, maafkan aku"

Setelah itu, Xiaojun membuka pintu dan pergi dari sana setelah menutup pintunya tentu saja.


Juan yang baru saja memasuki lorong rumah sakit, terkejut kala ada yang menarik tangan kanannya dan memasukkannya kedalam sebuah ruangan.

"Ada ap-"

"Ada yang ingin kuberitahu padamu"

Juan menghela napas pasrah, kemudian jalan membuntuti Xiaojun dan duduk pada kursi yang berada didepan meja.

"Jadi ada apa?" Tanya Juan langsung keinti.

"Nendra" Jawab Xiaojun.

"Iya Nendra kenapa?" Juan lama-lama geram juga dengan Dokter yang seumuran dengan Kakaknya ini.

"Drop"

"Kenapa tidak bilang dari tadi?!" Teriak Juan.

"Kau juga baru datang!" Balas Xiaojun tak mau kalah.

"Oh fu-arrrgghhhh!"

Saat Juan baru saja berdiri hendak pergi keruangan sang adik, Xiaojun dengan cepat mncekal tangan Juan.

"Apa lagi?!"

Xiaojun terlihat menghela napasnya.

"Sudahwaktunya kuberitahu mereka... Maaf Nendra kuingkari janjiku"

"Ada yang ingin kuberitahukan padamu, jangan sampai Nendra tahu aku memberitahu hal ini pada kalian semua"

Juan menatap datar Xiaojun, tatapan tajamnya itu menelisik wajah tirus Dokter yang berada dihadapannya itu. Berusaha mencari kebohongan namun nihil.

"Apa itu?" Tanya Juan serius.













Sedangkan disekolah, para atlet tengah berdebat dengan sang kepala sekolah dan beberapa pelatih diruang panahan.

"Oh ayolah Pak, tinggal tunggu sebentar apa susahnya! Setidaknya tunggu sampai dia pulih!" Protes Rheanzha, hanya dialah yang berani protes diantara atlet panahan yang lain.

"Tapi ini sudah dekat Rheanzha! Tak akan ada waktu yang cukup untuk menunggu pemulihannya!" Balas Kepala Sekolah.

Rheanzha menghela napas dan mengusap wajahnya kasar kemudian terduduk,merasa menyerah untuk kembali beradu argumen dengan Kepala Sekolah

Hening selama beberapa saat, sebelum akhirnya sang Kepala Sekolah kembali angkat bicara.

"Keputusan sudah tetap, waktu hanya sisa-"

"Tidak ada masalahnya dengan waktu Pak!"

Sontak, seluruh orang yang berada disitu menoleh kebelakang. Menatap Arthar yang seolah terselimuti oleh kemarahan.

"Tak ada masalahnya dengan waktu saya ulangi sekali lagi mohon didengar ya Pak?" Ujar Arthar sembari berjalan maju kedepan.

"Seharusnya Anda juga tahu Pak! Nendra yang selalu membanggakan sekolah... Selalu menyumbangkan piala, piagam, dan yang lain sebagainya"

Urus Saja Kertas-Kertas Mu Itu [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang