Spesial buat 11 ribu pembaca
AAAAA! Ini jauh banget dari ekspektasi aku yang awalnya hanya berpikir mungkin cuma 800 yang baca
Makasih banyak buat kalian semua~Happy Reading~
"Tak mau" Tolak Nendra menghindari sendok berisikan makanan yang Bunda arahkan pada mulutnya.
"Satu kaliii saja satu kali Bunda janji" Bujuk Bunda, dan akhirnya mau tak mau Nendra memasukkan sesendok makanan itu kemulutnya walaupun awalnya tampak ragu-ragu.
"Nah pintar, cepat sembuh yah!" Ujar Hendery yang tengah duduk disamping kanan Bunda yang berdiri.
Nendra memutar matanya jengah, namun setelahnya ia langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya kala merasakan mual yang tiba-tiba saja menyerang.
"Eh astaga!"
Dengan segera, Hendery langsung mengambil ember dan Nendra pun memuntahkan apa yang baru saja ia telan pada ember itu.
"Adek tak apa?" Tanya Bunda sembari mengurut tengkuk Nendra.
Nendra menggeleng tetapi kemudian kembali memuntahkan isi perutnya.
"Mau makan lagi? Makan yah biar cepat sembuh?"
Nendra menggeleng ribut, "Tak, tak mau Bund emmh"
"Tapi nanti-"
"Sudah Bunda jangan dipaksa" Sela Ayah yang baru saja memasuki ruangan diikuti oleh Juan tepat dibelakangnya dengan wajah lesunya.
Namun setelah ia mengangkat kepalanya dan melihat adiknya itu dalam keadaan yang tak baik-baik saja, tatapannya berubah tajam.
"Bunda jangan paksa Nendra"
Semua terkejut tanpa terkecuali Nendra yang tengah sibuk sendiri dengan dunianya, suara yang biasanya lembut... Kini menjadi tegas walau tanpa adanya gertakan atau nada keras lainnya.
Mau tak mau Bunda langsung menyimpan kembali mangkuk itu pada nakas dan sedikit menyingkir kala Juan hendak menghampiri Nendra.
"Sudah?" Nendra mengangguk kemudian Juan menyingkirkan ember itu.
"Mau apa hemm? Mau apa? Coba bilang" Ujar Juan lembut.
Nendra terlihat mengatur napasnya sebelum berujar, "Mi-num"
Dengan segera, Juan langsung memberikan segelas air minum kepada sang adik.
Nendra meneguknya dengan perlahan kemudian kembali menyerahkan gelas bening itu pada Juan, ia kemudian bersandar pada tumbukan bantal dibelakangnya berusaha melupakan rasa mual yang baru saja ia alami pada beberapa saat yang lalu.
Matanya memejam, rasa pusing perlahan terasa seiring berjalannya waktu.
Beberapa saat kemudian, dapat Nendra rasakan genggaman tangan yang tak begitu erat namun hangat pada tangan kirinya yang terbuka begitu saja.
Ia kemudian membuka matanya dan menatap Ayah yang ternyata orang yang tengah menggenggam tangannya itu dengan hangat, kemudian kembali menutup matanya.
"Nendra" Panggil Ayah.
"Emm" Gumam Nendra sebagai balasan.
"Ada kabar baik untuk Nendra"
"Apa?" Tanya Nendra tanpa membuka matanya.
"Sudah ada pendonor untuk Nendra"
DEG!
Sontak Nendra langsung menatap tajam Ayahnya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Urus Saja Kertas-Kertas Mu Itu [HIATUS!]
FanfictionSeorang remaja yang selalu menahan rasa sakitnya seorang diri,tanpa memberi tahu pada siapa pun yang sebernarnya terjadi pada dirinya selama ini. • Nendra,seorang anak lelaki yang terlahir dari keluarga kaya dan cukup bahkan sangat terpandang.Dengan...