27.Mawar putih dan merah

497 43 5
                                    

Pagi ini.

Kini didalam ruangan Nendra, hanya ada Ayah dan Nendra sanalah. Dengan posisi Ayah yang berada pada balkon dan Nendra yang tengah asik sendiri memperhatikan suatu benda yang Xiaojun berikan beberapa saat lalu diatas bangsalnya.

"Nendra" Panggil Ayah memecah keheningan.

Nendra yang awalnya sedang asik memperhatikan jam tangan pendeteksi detak jangtungnya menoleh kearah Ayahnya sembari melontarkan tanya diakhir.

"Ya? Ada apa?"

"Hem... Adek" Ayah menggantung setelah ucapannya setelah berbalik badan menatap Anak bungsunya tersebut.

"Adek?" Ujar Nendra sembari menunjuk dirinya sendiri dwngan telunjuk tangan kirinya.

"Heem... Iya Adek" Lanjut Ayah.

"Ya terus Adek apa? Kenapa? Ada apa? Mengapa? Harus apa?" Tanya Nendra beruntun karena jujur, ia merasa muak jika Pria yang berstatus sebagai Ayahnya itu selalu menggantung ucapannya.

"Cepat bil-"

"Adek mau operasi transplantasi jantung yah?" Potong Ayah membuat Nendra mematung sebelum menjawab dengan sarkastik.

"Tak... Mau, dan tak akan pernah mau"

"Tapi kan harus sayang, Ayah akan bayar seberapapun itu jika demi Adek" Ujar Ayah sembari mulai beranjak mendekati Anak bungsunya.

"Bukan kah sudah operasi waktu itu?! Aku sudah baik-baik saja Ayah!" Balas Nendra sedikit meninggikan suara.

"Ya bu-bukan begitu sayang, itu hanya operasi biasa untuk menyelamatkan Nendra waktu itu" Ujar Ayah lembut setelah duduk pada pinggiran bangsal dan mengelus surai Nendra tulus.

"Lalu apa bedanya dengan transplantasi? Sama saja rasanya" Tanya Nendra membuang muka diakhir.

"Itu untuk menyelamatkan hidup Adek selamanya, nak" Jawab Ayah selembut mungkin.

"Aku hidup dan membiarkan orang lain mati begitu?" Sarkas Nendra menatap Ayahnya sengit,"sama saja namanya itu kita mengambil kehidupan orang lain dan memutuskan jalan takdirnya, bukan kah itu tak adil?" Tanya Nendra.

"Tapi kan Ayah bisa mem-"

"Ah sudahlah Adek mau tidur saja" Sela Nendra cepat kemudian berbaring memunggungi Ayahnya itu, dan tak lupa juga untuk menarik selimutnya hingga telinga.

"Nend-"

"Shuuuuut diam!" Gertak Nendra membuat Ayah yang tadinya hendak mengelus surainya mengurungkan niatnya itu dalam-dalam.

"O-okey, selamat tidur" Ujar Ayah lalu beranjak menuju balkon kembali.


《~☆~》

Juan yang tengah asik memakan cemilannya dengan sebuah tab ditangan kirinya tiba-tiba saja terhenti tepat didepan pintu masuk mansion kala netranya tak sengaja melihat Kakak satu-satunya itu menuju mobilnya yang telah terparkir apik dihalaman dengan setelan baju serba hitam.

Oh ya, hampir lupa memberi tahu. Bahwa posisi Juan saat ini berada diteras dan sibuk mondar-mandir sedari tadi dan sesekali mengangguk setelah melihat informasi tentang perkembangan perusahaannya pribadinya pada tab yang sedari tadi ia bawa.

"Kak, mau kemana?!" Tanya Juan sedikit berteriak, karena jaraknya dengan Kakaknya itu lumayan jauh.

Hendery yang baru saja membuka pintu kemudi menoleh dan tangan kirinya menunjuk suatu arah sebelum akhirnya ia memasuki mobilnya dan melaju menjauhi pekarangan mansion keluarganya tersebut.

"Oh... Masih mengingatnya ternyata" Gumam Juan kemudian mengangguk-ngangguk kecil diakhir.

"Ah sudahlah jangan memikirkannya" Lanjutnya kemudian kembali mondar-mandir tak jelas.

Urus Saja Kertas-Kertas Mu Itu [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang