Page 44

1.8K 155 7
                                    

Entah kenapa mendadak mulas perutku kembali lagi begitu menyambut lambaian tangan Sylvia yang terlihat sangat gemulai itu juga seseorang lainnya yang baru kali ini kulihat.

Ya ampyun!!! jangan-jangan River memang sengaja membawaku kesini untuk bertemu mereka?! Hisss! kenapa dia gak bilang dari awal, duh aku harus bagaimana ini?!

Sambil dumal-dumel aku menghampiri mereka dengan senyuman sehangat mungkin agar tidak terlihat canggung, padahal perutku rasanya semakin melintir.

"Hai, Lily, akhirnya kita ketemu lagi." Sylvia langsung menyapa ramah tepat ketika aku sampai ke meja, sama seperti sebelumnya di apartemen.

"Iya hehe, apa kabar?" jawabku cengengesan super aneh bin geli, argh! entahlah tapi kuakui Sylvia memang secantik itu, senyumanya saja membuat aku sebagai perempuan kagum, apalah aku? cuma remah keripik jika disanding dengannya.

Aku pun kembali mendarat di samping River namun dengan sedikit jarak karena sialnya semua mata tertuju padaku, tak terkecuali River, juga seseorang lainnya itu yang belum kukenal.

"Hai, Lily, gwa Andres, salam kenal, ya," sapa pria itu dan tersenyum hangat, oh, ia mengedip! aku melirik River sekilas namun dia terlihat diam.

"Lily, salam kenal juga, Andres." Aku membalas sewajarnya dan pria itu tersenyum lagi, hmm ... Andres ini lebih casual dari River dan pembawaannya pun dewasa, yup aku yakin dia seumuran denganku, tapi entahlah, wajah tidak bisa mencerminkan usia.

"Apa ada yang menarik?" River seketika berbisik dan bergeser merapat menghilangkan jarak, jantungku rasanya melompat. Aku menoleh melihat wajahnya yang abstrak lagi, dan belum juga kujawab diam-diam ia meraih tanganku dan mengaitkan jemarinya.

Duhhh!! perasaan jenis apakah ini? badanku seperti kena setrum 1000 volt. Se-exited itukah aku dengan sentuhannya? kenapa River tiba-tiba begini?

"Tanganmu dingin," ujarnya lagi dan aku hanya bisa terkekeh kaya nenek-nenek ompong.

Gimana gak dingin kalau dikasih serangan mendadak gitu coba?!

"AC disini memang dingin, harusnya kamu bawakan dia sweater dong, Riv." Sylvia meneguk minuman keunguan di gelasnya yang sejak tadi ia genggam, kayaknya dia menyimak pembicaraan kita. "Oh, tunggu sebentar, sepertinya aku bawa sesuatu." Sylvia pun langsung beranjak.

"Eh, gak usah repot ..."

"It's ok, Li, Via memang begitu." Andres memotong aku dan anggukanku kali ini seperti seekor anak anjing, hihh! semakin canggung saja rasanya.

River perlahan meremas tanganku dan aku melihatnya tersenyum tipis.

"Maaf kalau kamu jadi canggung, Via dan Andres ingin berkenalan lebih dekat dengan kamu, dan saya gak bisa menolak." Aku mengangguk. Padahal rasanya pengen banget kugigit kepalanya! Ish!

"Iya, saya gak apa-apa, kok," ujarku berbohong, ya masa mau jujur? Aku cuma berharap River gak ngeh, mungkin memang sebaiknya aku gak ngecewain dia, hiks!

"Kamu bisa kasih tahu saya jika tidak nyaman, dan kita langsung pergi." Kali ini River berbisik dan lagi-lagi sensasi itu.

Uh! ini efek sudah malam atau ada yang salah sih denganku?

Via pun kembali dengan sebuah cardigan rajut berwarna putih yang terlihat cukup mewah dan berat, ia langsung menyodorkannya padaku.

"Kayanya kamu lebih baik pakai ini dari pada jas hitam kebesaran itu." Ia melirik River yang terkekeh. "Kamu tuh kebiasaan dadakannya gak berubah ya? benar gak, Lily?"

Eh? dadakan? maksudnya spontan, ya? hmm, iya juga sih, spontan datang ke kosan, spontan ajak dating, spontan genggam tangan, dan spontan mencium ...

"Uhm ..."

"Pasti dia mendadak ajak kamu ke sini, kan? nggak mungkin kamu datang pake outfit tipis begitu." Yah, kali ini Sylvia 100 persen benar, dia ini jangan-jangan Mbak Citra versi fancy kali ya? haha.

"Iya sih."

Ah sial! kenapa aku malah menjawab sambil tersipu-sipu, terang saja Slyvia dan Andres ikut tertawa kecil, sedangkan River hanya mengedik, lalu menatapku lagi.

"It's already a part of me, and she accepted me very well."

Ih, tatapan apalagi itu? River kenapa sih??

Aku pun hanya bisa mesem-mesem lagi, memang mau bagaimana? Ya kali mau basa basi, kelasnya aja beda denganku, mana bisa dibawa bercanda seperti Teh Filda, Aldo dan Mbak Citra, yang ada aku jadi badut.

Sylvia sempat menatapku sekilas dan tersenyum sebelum kembali meneguk minumannya, kali ini sampai gelas itu kosong.

"Ada yang mau ikut pesan?" Sylvia sepertinya ingin menambah minumannya, Andres mengangguk, River juga memberi satu telunjuknya.

"Lily?" Sylvia menatapku yang terkejut.

"Dia orange jus saja." River langsung menjawab sebelum aku sempat membuka mulut.

Lah, makanan belum dateng kok udah pada minum aja? duh, namanya juga Lounge, gak mungkin kalo gak minum dikit ya, Lily please jangan norce, ah! Tapi orange jus ide bagus, untung River pengertian.

"Ngomong-ngomong bagaimana kalian bisa jadian sih? gw belum dengar cerita lengkapnya dari lo, Riv, Via juga gak mau bilang." Andres menatap semangat ke arah kami berdua.

Duh, benarkan? aku sudah menduga bakal ada topik seperti ini, padahal aku cuma mau makan bersama River dengan tenang lalu istirahat, ohemji!

"Em ..." Ish!! aku harus menjawab apa ini ...?!

"Gw udah suka dia sejak awal pertemuan." River yang langsung menjawab Andres membuatku speachless. Apa aku gak salah dengar? Tubuhku mendadak seperti terkena mesin kejut jantung!

"Wow that's not your typical, but quite surprising." Andres mengarahkan senyuman plus gigi rapihnya padaku. "Is she really that attractive?"

Aku hanya bisa menggigit bibir dan River kembali meremas tanganku.

Oh,oh,oh sekarang sepertinya aku tahu maksud gelagatnya sejak tadi, ck! benar-benar oppa satu ini.

"Siapa yang attractive? kalian jangan ngobrol tanpa aku dong." Sylvia pun membagikan minumanya pada Andres, River dan aku, lalu ia pun duduk. Entah kenapa aku baru sadar sepuluh jemarinya muat memegang empat gelas sekaligus.

"Pacarku." Jawaban River membuat jantungku berhenti sedetik. Aku bisa melihat ekspresi senyumnya yang tipis dan nampak tenang, ia menatapku sekilas dan kembali pada kedua temannya.

"Iya, iya, gak usah diperjelas lagi, aku juga berpikir Lily memang simple and cute." Kali ini Sylvia yang tersenyum. Hih! kok rasanya aku pengen meleleh aja terus ngalir masuk gorong-gorong, ya? argh!!! aku benci situasi ini, wajahku mungkin sekarang udah kayak tomat, karena aku bisa merasakan pipiku yang menghangat.

"Ok, stop, dinner's ready." River memberi tangannya mempersilahkan dua pelayan yang datang membawa makanan.

"Wow, lo pesan apa aja nih?" Andres terlihat semangat menatap beberapa menu yang tengah ditata di meja.

"Kalian sebaiknya pesan sendiri, it's all just for us." Kekehan River seolah kemenangan ketika Slyvia memutar mata dan Andres yang berdecak kecewa mulai bangkit dari kursi.

"Sifat menyebalkannya juga gak berubah." Sylvia bangkit berlalu dan sepertinya akan kembali ke mejanya, "jangan salah paham Lily, kamu tahu River mengusir kita secara halus, bye." Andres tertawa sambil menutup mulutnya, dan River pun terlihat santai melihat temannya kesal.

"Seperti dari awal kubilang, memang sebaiknya kami kembali ke sana, bye Li, see you again soon."

Andres kali ini memberi kiss bye ke arahku, dan walaupun itu cukup aneh, aku menangkap hal itu masih wajar dan aku membalasnya dengan mengangguk dan tersenyum, namun seketika River mengecup pipi kananku.

"Apa yang ..." Aku segera menyentuh bekas kecupannya dan dia kembali berbisik.

"Setidaknya perhatian kamu kembali lagi ke saya, sudah ayo makan."

***

SWEET BITESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang