Page 26

4.4K 316 7
                                    

Kali ini aku gak main buka pintu seperti sebelumnya. Wajah super polosku ini benar-benar bahaya, mencerminkan sekali usiaku yang sudah tidak muda lagi.

Dalam lima detik aku menarik cardigan, merapihkan rambutku yang terurai ke sebelah sisi pundak, memakai lipgloss, bedak tabur pada wajah secukupnya dan tidak lupa sedikit parfum. Dua detik berikutnya aku sudah siap membuka pintu.

Pemandangan malam itu tepatnya setelah waktu menunjukan pukul sembilan hanya bisa membuat aku membeku. Seperti dugaan, River memang sudah berdiri tepat di hadapan, tapi ... ada sesuatu yang membuatnya sedikit berbeda.

"Kamu ... sudah tidur?" tanyanya sambil tersenyum tapi juga bukan senyum yang seperti biasa, sukses membuat jantungku berdegup cepat.

"Kamu ... ada apa malam-malam ke sini?" Tatapanku yang antara bingung sekaligus penasaran membuat River maju mendekat dan langsung memeluk aku begitu saja. Kepalaku jatuh tepat di dadanya. Aku hanya bisa diam karena ulahnya, tentu aku suka jika dia sedikit agresif.

Bukankah artinya dia benar-benar menginginkanku? Ah! pikiran macam apa itu!

"Saya ingin ketemu." River masih mendekapku ketika menjawab dan pelukannya mengerat. "Rambut kamu harum," ujarnya lagi dan aku merasa ia tengah mengecup puncak kepalaku.

"Kenapa ... tiba tiba dan tidak memberitahu dulu?" Aku menahan napas sebentar sambil mati-matian tidak terbawa suasana.

Tubuh River begitu hangat juga harum seperti biasa walau ada aroma lain yang agak berbeda, tapi aku tidak bisa fokus! berada terus di posisi begini lama-lama aku juga bisa hilang kendali!

"Ponsel saya habis batere." Ia terkekeh di atas kepalaku. Membuatku mengingat insiden di pabrik lalu, kebiasaannya membiarkan ponsel hingga mati.

Tapi suara beberapa penghuni kos yang baru saja datang membuat aku bergerak cepat dan langsung menarik River masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu.

"Hampir saja," gerutuku sambil mengintip sebentar keluar dan dua orang tetangga kos itu lewat tanpa sadar.

"Kamu selalu panikan." River terkekeh lagi di belakang.

"Saya bukan panikan, tapi melakukan hal yang semestinya," ujarku dan sialnya membuat pipiku menghangat.

"Membawa masuk saya begini contohnya?" Ia kembali menggoda.

Iya, Pak! baru sadar ya? aku makan hidup-hidup baru tahu!

"Ya dalam kondisi seperti tadi memang ada pilihan lain?"

Dia ini menyebalkan tapi juga menggemaskan! benar-benar pingin aku pretelin bajunya satu-satu!

River pun tersenyum tanpa kembali berusaha menggoda walau aku tahu wajahnya masih belum puas.

"Mau minum apa?" Aku berdehem dan kembali berusaha bersikap senormal mungkin.

"Air putih saja," jawabnya singkat. River meluruskan kakinya di karpet dan meyenderkan tubuhnya ke tembok. Ia menarik napas panjang seolah kelelahan.

"Kamu ... baik-baik saja?" Rasa penasaran membuat aku memilih mendekatinya lagi dan malah ikut berjongkok hingga wajahnya begitu dekat.

SWEET BITESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang