Page 51

2.2K 151 14
                                    

Aku gak sadar kalau di seberang jalan sana, tepat di depanku, sudah ada seseorang yang mengunci tatapannya, dan aku masih sibuk merogoh tas sambil menyebrang jalan dan akhirnya benda kecil yang berbunyi itu kujawab bersamaan dengan sampainya aku di depan supermarket itu.

"Hal-, River?"

Aku menjawab tapi mataku menemukan pacarku yang hanya berjarak dua meter. Ia tersenyum tipis dan mematikan panggilannya. Sialnya jantungku langsung bereaksi, seolah senyumannya tadi sebuah tombol on.

Aku berjalan ragu, sambil senyum-senyum gak jelas, entah kenapa kita kok malah bertemu di tempat ini? walaupun tujuanku sampai ke sini memang nekat mau ketemu dia, beli beberapa cemilan dan mungkin setelahnya aku mau ketuk pintu apartemennya diam-diam, tapi malah ketemu disini? Argh!

"Kamu ngapain ke sini?" River kembali tersenyum. Aku gak tahu apakah senyum itu senang, kesal atau yang lain, tapi anehnya matanya terlihat berbinar, seolah penasaran.

"Mau ... ketemu kamu sebenarnya." Ish! kok aku malah menye-menye begini! Tapi memang rasanya seperti kepergok mentah-mentah deh! gak keren kayak dia yang tiba-tiba sudah di depan pintu kosanku dulu, ini belum apa-apa dah ketahuan.

"Untuk?" River sedikit menyipitkan matanya dan kali ini dadaku seperti terkena strum tegangan tinggi! sial! dia mau ngetest atau apa sih?

"Uhm, bicara, maksud saya menjelaskan, soal kemarin, tadi pagi, terus hari ini."

"Tentang kamu?" River makin membuatku menciut dengan tatapannya.

"Te-tentang saya dan ... kamu, maksudnya ... kita."

River malah tertawa kecil dan aku langsung tahu penyebabnya, yah mungkin mbak-mbak tiga puluh tahun yang gak tahu diri ini mukanya dah merah kaya semangka karena salah tingkah, aneh dan payah.

"Sukurlah, saya memang menunggu penjelasan dari kamu."

"Di apartemenmu bagaimana? saya mau beli cemilan dulu sebelum melakukan semuanya." Haduh! kok aku pake ngajak?! nanti kesannya malah kayak nantangin lagi, jangan sampai River salah tanggap!

"Ide bagus."

Aku semakin gak bisa baca arti senyuman River yang abstrak itu. Duh nyaliku kok jadi menguap gini? Ohemji!

Selesai berbelanja, River sudah menungguku di luar, dan begitu aku mendekat tangannya langsung meraup belanjaanku, dan satu tangan lainnya menarik tanganku untuk ia genggam tanpa ragu. Oh! kupu-kupu, memang River selalu menebar kupu-kupu di dadaku sejak awal.

"Kita jalan saja gak apa-apa?"

Aku hanya mengangguk sambil menikmati hangatnya genggaman River, tapi juga sambil lirik kiri kanan lihat situasi.

Hanya butuh sepuluh menit dan sofa abu-abu itu menjadi pendaratanku lagi dengan berbagai cemilan asin dan manis yang kupilih random.

River melepas jas dan sepatunya, lalu ia menggeliat sebentar, membuka beberapa kancing kemeja, melipat lengannya hingga siku, lalu duduk di sampingku. Ia bersandar, menghela dan melipat kakinya, dan aku menikmati semua adegan itu sampai gak sadar kalau mulutku terbuka. River menoleh dan terkekeh.

"Mau mulai sekarang? atau nanti? waktu saya panjang."

"Sekarang saja, karena sayangnya waktu saya yang gak panjang, saya harus bergadang setelah ini." River menarik sebelah alisnya dan aku hanya diam. "Iya saya tahu kamu mungkin agak atau sangat kesal, saya memang keterlaluan hari ini, saya sadar setelah meeting tadi, lalu pulang, telat makan, mandi dan ..."

Hey! hey! Lily! kamu mau cerita kalau kamu ingat jari jemarinya kemarin? yakin?!

"Mak-maksudnya, habis mandi saya langsung kepikiran untuk menjelaskan semuanya, kelakuan saya, termasuk mengabaikan pesan dan panggilan kamu, uhm, saya gak tahu kenapa sampai begitu, tapi saya menyesal, kamu berhak menghukum dengan tanggal Masterplan itu."

River mengerutkan alisnya dan berniat membuka mulutnya tapi aku kembali nyerocos.

"Saya juga pulang diam-diam dini hari karena takut membangunkan kamu, sebab saya harus berbenah sebelum kerja, dan memang itu waktu yang aman untuk menghindari segala kemungkinan bukan? saya di apartemen kamu, anak bos dan menginap lagi, bagaimana jika orang tua kamu datang, atau siapapun, gak kebayang." Aku menggeleng-geleng menghilangkan imajinasi mengerikan itu yang mungkin cepat atau lambat pasti akan kualami.

River mengangguk dan menghela, seolah ia merasa lega.

"Baiklah, Lily, ada lagi? atau sekarang giliran saya?" Aku menggeleng dan ia kembali tersenyum.

"Ok, first, thank you."

Eh? bukankah harusnya dia marah?

"Saya memang perlu semua penjelasan kamu sebelum berpikir kemana-mana, dan memutuskan ke depannya. Lily, you really fill me." River terkekeh tapi pipinya sedikit merona. Aku malah exited memperhatikan itu.

"Maaf," ujarku sambil tetap menikmati wajah River yang bersemu. Duh, cute banget oppa satu ini!

"Saya gak mau kamu tidak nyaman, atau terpaksa nantinya, mungkin saya yang perlu minta maaf karena kemarin, to be honest, i can't help my self when i'm with you. I'm sorry ..."

Duh! aku malah jadi gemas dan lari memeluk River! Aku gak tahu kenapa saat hanya kita berdua sifat dan kelakuan River benar-benar bisa berbeda, siapa yang bisa lihat rona itu selain aku? image-nya yang seperti ini tidak ada di pabrik.

"Lily?"

"Jangan bilang maaf lagi, kamu kamu gak salah apa-apa, saya yang aneh. Saya yang gak bisa handle perasaan sendiri setelah kemarin. Berpikir mau ketemu kamu saja rasanya malu sekali, apalagi bicara, tapi bukan berarti saya gak suka, saya suka, saya suka semua yang kamu lakukan sampai gak bisa berhenti ngebayangin."

Duh! keceplosan kan?!

"Jadi River, saya ..."

Dan bibir River kini lebih cepat bergerak menekan bibirku dari pada kata-kataku, cukup mengejutkan, ciumannya menuntut sekali, bahkan semakin dalam. Yah, aku jadi lupa mau melanjutkan bicara apa, semua buyar, hanya satu yang ingin kulakukan sekarang, membalas ciumannya.

"Thanks, i really need those words." River pun mengecup keningku dan membawaku ke pelukannya.

"Jadi?"

"Jadi apa?"

"Tanggal Masterplan-nya?" ujarku ragu-ragu, tapi aku bisa mendengar kekehan River.

"Itu gak ada hubungannya."

"Hah?"

"Sudah fix, gak ada lagi yang bisa saya lakukan, jadi selamat bergadang," ujar River sambil tertawa kecil.

"Ck!" Memang bos akan tetap menjadi bos! gak ada hak exclusive kalau masalah kerjaan.

"Saya servis kamu biar adil bagaimana?"

"Se-servis apa?!"

Astaga! aku tahu apa maksudnya?! dia bercanda ya? mau bikin aku mati jantungan apa?!

"You know what i mean, Lily."

"Ri-River, tunggu!!"

"I'll take you home after."

"Ce-cemilannya?"

"After."

River langsung menarik tanganku dan membawaku masuk ke kamarnya. Entah tenaganya yang besar, atau kakiku yang malah terus bergerak mengikutinya.

***

Yuk yang seger pagi2 🤭❤️

XoXo, Mya

SWEET BITESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang