Page 15

5.6K 340 3
                                    

"Pak sebelum perempatan di depan saya turun sebelah kiri." Aku langsung sigap merapihkan barang-barang dan memastikan tak ada yang tertinggal.

"Yakin kamu gak mau diantar langsung ke kosan saja?"

Mbak Citra menaut alis antara khawatir atau curiga entahlah, kalau masalah baca membaca ekspresi, kasus atasanku ini agak sulit. Mungkin karena aku tahu dia mungkin sedikit ngeh dengan sesuatu ini, tapi ya gak tahu juga. Aku menjawab dengan senyum dan menggeleng singkat.

"Yakin banget, Mbak, aku mau belanja cemilan dulu sebelum pulang," balasku mantap dan kelihatan meyakinkan.

Soalnya kalau gak begini, nih orang udah kayak punya indera keenam aja buat langsung pasang tampang antara mesem-mesem sama memperhatikan.

"Oh gitu? ya udah hati-hati ya, Li. Udah pesan gojeknya, kan? udah sampai orangnya?" Mbak Citra mendadak mengeluarkan ponselnya. Mungkin maksudnya mau bantu order kalau-kalau koneksiku gangguan atau eror.

"Santai, Mbak, aku udah pesan kok," ujarku lagi dengan senyum super manis yang semakin membuatku panas dingin.

"Udah cek posisinya sampai mana?"

"Baru saja, udah dekat kok." Aku menggoyangkan ponsel yang terpaksa kurogoh kilat untuk membuatnya percaya pada kebohonganku. Padahal sebenarnya gak perlu juga, tapi aku merasa harus melakukannya sebelum dipaksa memperlihatkan sendiri.

Wanita itu menatap ponselku beberapa saat sebelum kembali memasukan ponselnya ke dalam tas. Sebenarnya aku lihat raut mukanya yang masih belum puas dan kalau mau jujur rasa khawatirnya ini malah bikin aku stres! soalnya cara Mbak Citra bertanya membuat aku seolah diintrogasi.

Lima menit berlalu, akhirnya aku bisa turun dari mobil itu. Tentu saja setelah pertanyaan susulan lagi yang bertubi-tubi. Tapi aku positif thinking aja deh, mungkin ia begitu karena memang super perhatian padaku, lagian memang sudah pukul setengah delapan malam juga.

Aku langsung menyebrang untuk masuk ke dalam mini mart terdekat. Badanku sudah amat kedinginan sejak pulang dari rumah itu ditambah AC di mobil tadi, mungkin minuman hangat akan sangat membantu.

Setelah memesan minuman dan membeli sedikit cemilan, aku mengambil kursi di luar mini mart itu dan berebah di sana. Sambil menyeruput teh hangat mataku mengabsen setiap kendaraan bahkan pejalan yang lewat, hampir dua puluh menit hingga akhirnya aku menyerah dan mulai merogoh ponsel. Tak ada satu pun pesan atau panggilan masuk.

Apa jangan-jangan dia lupa?

Aku mulai cemas sambil menatap jam tangan yang tinggal lima menit lagi menuju pukul delapan malam.

"Maaf, kamu nunggu lama, yah?" River tetiba saja muncul dari samping dengan napasnya yang agak tersengal-sengal, lalu menarik kursi dan duduk.

"Eh, Bapak naik apa ke sini?" tanyaku kaget, bingung, tapi juga penasaran.

River yang nampak ngos-ngosan dengan sedikit bulir keringat di keningnya mendadak kelihatan mengesankan. Aku ingin tersenyum tapi benar-benar kutahan, malah sejujurnya ingin kupeluk erat karena kondisinya ini seolah membuat aku sebagai pegawainya amat tersanjung.

"Naik kendaraan tapi agak jauh, gak dapat parkiran. Untung sweater yang kamu pakai bikin aku mudah nemuin kamu."

Ini aku yang alay atau jantungku yang kampungan sih?! Argh!

SWEET BITESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang