Page 3

13.4K 677 6
                                    

Akhirnya aku tidak bisa tidur. Hawa malam semakin sejuk. Bagaimana bisa jika hanya beralas dus, tanpa selimut, bantal dan jaket, sedangkan aku harus menahan dingin semalaman.

Kulirik River yang masih tepat berada di samping, ternyata masih membuka matanya, hanya saja ia tengah diam termenung, menatap hampa, dan aku hampir terpana karena dari tampak samping garis wajahnya ... uh! begitu sempurna.

Kucubit pipi kiriku lagi keras-keras.

Sadar Lily! kau hampir gila karena kelamaan berdekatan.

"Kenapa kamu cubit pipimu? tak bisa tidur juga?" tanyanya yang tahu-tahu sudah menatapku lekat.

"I-itu ada nyamuk tadi, dan iya, saya tidak mengantuk."

Dengan helaan aku balik menatapnya ragu. Situasi akhirnya membuatku kembali pada kenyataan pahit, bahwa kita berdua tengah terkunci di pabrik, berakhir di gudang bahan bercampur stok barang, kedinginan dan ... sialnya perutku mulai lapar.

"Apa kamu kedinginan?" aku mengangguk pasrah. Udara malam semakin membuat tulang-tulang ngilu. Napasku saja mulai berembun. "Kemari."

Belum ada sedetik, River sudah menarik tubuhku hingga membuatku berhasil menempel lekat padanya. Tanpa perlawanan, dan bagai jalan tol, wajahku mendarat di dadanya, dan aroma tubuhnya yang harum itu malah membuatku semakin limbung. Belum lagi dekapannya yang kian mengerat, aku bagai bantal tidur yang ia peluk kencang.

Tentu saja dadaku kembali berpacu. Oh, dia pasti dengar dan ini sangat memalukan. Siapa yang bisa tenang dipeluk oleh anak bos seperti ini, yang tampan, bening, harum dan masih daun muda.

"Jangan salah paham, Lily, saya memeluk untuk menjaga suhu tubuh kita. Saya juga kedinginan, kaki saja rasanya hampir mati rasa," ujarnya ringan.

"I-iya, Pak." Aku pasrah dalam dekapannya.

Wajahku menghangat, dadaku terus berdetak semakin kencang, semua seperti berputar, mungkin aku mabuk karena terlalu banyak diberi kebahagiaan singkat seperti ini.

"Peluk saya balik, Lily," perintahnya dalam bisikan. Membuatku bergidik, dan hampir kehabisan napas.

"Iya." Aku pun hanya bisa menurut, dan perlahan balas merangkul tubuhnya.

Hangat, padat dan ... pas sekali.

Memang akhirnya beberapa menit kemudian tubuh kami menghangat, dan aku mulai terbiasa dengan posisi itu.

Perlahan namun pasti aku mulai terbuai rasa nyaman, dan mataku ikut terpejam.

Jadi beginikah rasanya dipeluk seorang pria? hangat, nyaman dan mendebarkan.

"Kamu berisi juga, ya, ehm, di bawah sini," ujar River lalu perlahan terkekeh.

"Eh ...?"

"Maaf, saya tidak bisa pura-pura tak sadar." Ia melepas dekapannya, "lagipula ... seharusnya saya
juga tidak sembarangan memeluk kamu." Entah kenapa wajahnya agak merona. Ia menggosok hidungnya sambil memalingkan muka.

Apa dia malu?
Dan apakah yang dia maksud adalah ... dadaku yang berisi?
Apa benar itu maksudnya??

Sialnya aku malah diam-diam terkikik. Ini benar-benar konyol. Jadi River mendadak salah tingkah hanya karena dadaku membuatnya terganggu?

SWEET BITESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang