Page 53

2K 116 4
                                    

Beberapa hari berlalu seolah detik dalam jam, rasanya lebih cepat dari satu tarikan napas.

Tepat pukul enam pagi alarm berbunyi. Tapi hanya beberapa detik sebelum aku matikan, namun bukan lantas tidur lagi setelahnya. Hari ini berbeda, yah, tentu saja. Sangat spesial mungkin, walaupun sebenarnya sudah beberapa tahun hal ini berulang dan kulalui dengan begitu saja. Tapi tahun ini lain, ada dia, dan itu cukup ... well kuakui. Meresahkan.

Perasaan itu sebenarnya since day one istilahnya, berusaha kubuat menjadi motivasi, hal positif untuk lebih bisa mengimprovisasi, meningkatkan kepercayaan diri, dan pembuktian, hah! tapi entahlah, kadang jika sudah dititik terendah, aku malah merasa semua itu hanya omong kosong yang kubuat untuk menenangkan hatiku sendiri yang sudah kalang kabut.

Tapi itulah aku.

Di balik kinerja yang produktif dan profesional, ada banyak keterlambatan absensi, lalu pesan-pesan manis, kendala desain dengan penjahit, kemudian ciuman panas di belakang pintu General Manager, pola tas yang rumit dan makan bahan, lanjut desah dan peluh. Ok! stop Lily, fokus! dan yah, terakhir. Fokus yang semakin terbagi.

Minggu ini memang pada akhirnya menjadi yang terberat dan terpanas dalam hidupku. Bahkan mungkin sepanjang tiga puluh tahun ini. Ditambah beberapa jam lagi aku harus mengeluarkan isi kepala yang dikemas apik berisi ide-ide cemerlang yang semoga saja bisa membuat papanya tersenyum.

Sejak dini hari aku sudah terbangun, tentu saja karena penyakit mau presentasi sejak jaman kuliah ini yang gak pernah bisa sembuh. Anggap saja lebay, tapi bagaimana juga bisa tertidur pulas jika begitu memejamkan mata langsung terbayang wajah Pak Dharma dengan senyum tipis sinisnya, lalu aura penuh tekanan dari istrinya dan mungkin tatapan tajam River. Gak bisa lagi kubayangkan! arghh! Ya, Tuhan, aku cuma berharap semoga bibirku gak kelu, dan jantungku juga gak mpot-mpotan.

***

Bermodal ingatan beberapa waktu lalu saat pertama kali ke rumah itu, ah, rasanya salah menyebut tempat itu rumah, mansion! yah, itu! aku berangkat dua jam lebih cepat dari biasanya.

Tim desainer dan bagian lainnya ada yang berangkat masing-masing juga, atau ikut kendaraan kantor. Aku sih dengan mobil tempur ini sudah cukup. Entah kenapa kakiku rasanya agak bergetar setiap menekan gas, dan perutku sama sekali tidak berasa lapar. Padahal seharusnya lambungku sudah protes sejak dini hari tadi. Apakah sebegitu tegangnya?

Argh! Lili! Liliona! tolong untuk kali ini fokus! pekerjaanmu sudah baik, bahan presentasimu juga sudah matang, dan kamu juga lihai dalam public speaking sejauh ini, tapi kenapa sekarang rasanya ingin meleleh, meleyot. Masa mentalku bisa hilang begitu saja? Aku harus profesional, mau tatapan Pak Dharma atau istrinya, ditambah River, pokoknya aku harus bisa, bisa, bisa!!!

Bukankah jika berhasil, akan menjadi nilai plus untuk diriku sendiri? di mata petinggi tentunya, apalagi River, setidaknya ia bisa berbangga sedikit padaku, yang dengan lancangnya tanpa sepengetahuan 'mereka' sudah memacari anaknya diam-diam.

Sial, mau bagaimana pun arahnya pasti kesana! gak membantu sama sekali!

Sejam tiga puluh menit sambil komat kamit dengan pikiran sana-sini akhirnya sampailah aku di gerbang besar itu lagi, yang dengan angkuhnya bertuliskan THE CROWN MANSION.

By the way, terus aku masuknya bagaimana? kan gak punya kartu akses? mana masih pukul delapan, sedangkan meeting baru mulai pukul sepuluh.

Setelah memarkirkan kendaraanku beberapa meter dari gerbang itu, langsung saja kurogoh ponsel, dan River tentu saja ada diurutan pertama. Mau minta tolong siapa lagi memangnya.

Tok! Tok!

Ketukan di kaca jendela membuatku hampir melempar ponsel. Mataku terbelalak sambil berusaha mencari tombol power window.

Sial! kalau tanganku saja sudah tremor begini buat cari tombol apalagi nanti, ah! ketemu!

Jendela pun perlahan turun disambut senyuman River disana. Aku ikut tersenyum, tapi gatau kelihatan manis, atau malah kayak orang nahan pup.

"Wah, kamu nyubuh, ya? boleh saya masuk?" Aku langsung mengangguk, River tanpa ragu membuka pintu lalu duduk di kursi penumpang tepat di sampingku, segera kututup kembali jendela mobil itu. Ia kembali tersenyum, lalu sedetik kemudian tatapannya bergerak memperhatikanku, berdehem dan matanya agak berbinar.

"Kenapa? jangan bilang sesuatu yang aneh." Aku mendengus sambil malu sebenarnya, jujur rasanya beneran mau pingsan sih diperhatiin kayak gitu sama dia.

"Gak papa, meeting masih beberapa jam lagi, jangan terlalu tegang begitu, kamu harus relax."

Tangan River menepuk kepalaku, lalu perlahan turun mengusap-usap punggungku. Dia gak menjawab pertanyaan sih, yah sudahlah, walau jujur aku sedikit berharap sesuatu, hiks, ngomong-ngomong tangannya ini kenapa nyaman sekali rasanya? aku menghela sambil tersenyum.

"Makasih, kamu benar, memang saya gak bisa berhenti berpikir sejak tadi. Rasanya nano-nano." Aku terkekeh sambil melihat sekeliling tentunya, lalu tetiba menyadari sesuatu. "Loh, ngomong-ngomong, kok kamu bisa tahu saya sudah sampai sini? seharusnya di mansion, kan?"

"Habis jogging, mobil kamu melesat cepat sekali, dan saat itu saya sudah tidak jauh dari sini, tuh dari taman sebelah kanan kamu." River menunjuk sebuah taman besar yang sudah mirip seperti balai kota dan nampak bagus sekali, aku baru menyadari begitu kaca jendela kembali kubuka.

"Wah ... gila! tamannya bagus banget, dan udaranya juga ..." Kuhirup dalam-dalam udara pagi itu dari dalam mobil, karena sejak awal memang menggunakan AC, jadi tidak tahu bahwa pagi hari daerah ini punya udara yang begitu segar.

"Kapan-kapan kuajak kamu kesini, kita jogging bareng."

"Ck! jangan bercanda, ah!" Aku hanya bisa terkekeh membayangkan papa dan mamanya hanya berjarak beberapa meter dari taman.

Dia ngelindur apa ya? saking santainya sampai kepikiran mau ajak buruhnya olah raga gitu? Haduh! bisa-bisa aku langsung dikasih tendangan balik Bandung sama si Bos!

"Serius kok, saya bakal cari waktu yang tepat." Aku hanya geleng-geleng liat wajah River yang begitu yakin. "Mungkin kamu gak cuma main ke taman, tapi juga ke rumah saya, dan kamar saya."

Ya, ampyuuunnn ...
Ini masih pagi Oppa, kenapa sudah dibuat dagdigdug begini, apanya yang bikin relax kalau begini? yang ada malah tambah mules ngebayangin. Bener-bener deh!

Namun tanpa disangka dari belakang muncul sebuah mobil berwarna abu-abu yang perlahan mendekat. Sesi bercanda saat itu langsung usai, diikuti wajahku yang seketika pucat pasi.

"Ada apa?" River yang kelihatan bingung mengikuti arah mataku. "Oh!"

Aku gak bisa bicara apa-apa lagi, selain menerka bahwa mobil van abu-abu yang jaraknya hanya tinggal dua meter itu adalah ...

Mobil kantor yang berisi hampir semua tim desain yang tentu saja ada Mbak Citra dan kawan-kawan, juga marketing!!!

***

SWEET BITESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang