Page 35

3.9K 292 12
                                    

Sebelas hari telah berlalu sejak bujukan maut Mbak Citra. Tapi terpaksa aku harus mengecewakannya karena River sangat sulit dihubungi mendekati kepulangannya besok. Pesanku kadang dibaca berjam-jam kemudian, kadang selang beberapa hari dan terakhir ia memilih untuk kembali video call agak larut karena terlalu lelah.

Kami sama-sama sudah mau tidur saat itu, sama-sama bersandar di kasur. Tidak lama hanya bertanya keseharianku dan kesehariannya. Dia bilang banyak sekali barang yang harus ia beli, entah itu oleh-oleh, sample tas dan produk lainnya atau malah bahan-bahan berupa rol-an kain dengan jumlah banyak hingga bisa berkilo-kilo dan butuh pengiriman melalui kapal.

Kudengar Bu Lusi memang memberinya tugas untuk itu, dan kepentingan lain seperti mencari suplier baru, maklun produksi dan lainnya. Mengetahui itu tentu saja membuatku urung bertanya mengenai penetapan tanggal masterplan, malah kupikir ia malah belum tahu akan diberi wewenang untuk memutuskan itu karena selama ini River tidak pernah membahas atau bertanya apa-apa terkait hal itu.

Dan besok adalah hari kepulangannya.

Dari video call dua hari yang lalu, ia bilang akan berangkat malam ini, jadi kemungkinan besok pagi sampai.

Oh, aku benar-benar tak sabar ingin bertemu, malah sejujurnya aku mau sekali menjemputnya. Tapi yah, aku tahu hal itu tidak mungkin. Pasti kedua orang tuanya akan datang menjemput dengan supir, apalagi dia juga pulang bersama teman-temannya, siapa aku tiba-tiba datang?

Ish! tahu diri sedikit ah, Lily! ada saatnya, yah, River juga pernah bilang begitu.

Namun semalaman aku berhasil dibuat terjaga. Tidak ada lagi yang memenuhi pikiranku selain River, River dan River!

Ck! mungkin aku menjadi sedikit tidak waras setelah ketidakhadirannya selama sebulan ini, atau dengan tahunya Mbak Citra dan meeting besar yang sudah di depan mata? hah, entahlah!

Rasanya ingin sekali mendadak tidak peduli dengan semua itu, tapi apa yang bisa kulakukan sekarang selain memaksakan diri untuk memejamkan mata ketika samar-samar terdengar suara ayam berkokok di kejauhan.

***

Pekerjaan yang menumpuk hari ini malah membuatku tidak bersemangat. Pikiranku masih melayang pada kepulangannya hari ini. Bahkan pukul berapa River sampai pun aku tidak tahu, panggilan terakhirnya hanya malam itu. Tanpa sadar beberapa menit aku melamun sambil menggerak-gerakan mouse yang tidak mengarah ke mana pun, menatap layar dengan beberapa pattern yang belum kelar.

Mbak Citra diam-diam menyadari kelakuanku, ia tersenyum kecil lalu mencolek lenganku. Aku terkejut dan langsung menoleh ke arahnya.

"Eh, ya, Mbak?"

"Sstt, kudengar sore ini dia ke pabrik," ujar atasanku itu sambil kembali memberi senyuman penuh artinya. Aku tidak mengangguk tidak juga bertanya, hanya menatapnya lalu panik melihat sekeliling.

Please! kamu gak perlu bilang sesantai itu Mbak! walau aku cukup senang mendengar kabar singkat itu, tapi semua tidak akan menjadi simpel jika yang lain menyadarinya.

"Pak Robert memberi tahu tadi pagi, Bu Lusi menelepon bahwa sore ini semua staf mungkin akan pulang sedikit lebih telat karena ia dan suaminya akan menjemput anaknya dan langsung ke pabrik." Kali ini aku mengangguk sekali.

Yah, itulah bos kita, mereka bisa mengatur waktu kerja kita kapan pun mereka mau, mau lebih atau kurang, dan mereka hanya mengharapkan loyalitas tanpa tambahan uang lembur, oh, yang satu itu jangan kaget, staf memang tidak pernah dihitung lembur. Baginya gaji bulanan, bonus dan kenaikan setiap tahun sudah cukup layak.

SWEET BITESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang