Page 52

2.5K 142 12
                                    

Aku berjalan dari luar pabrik menuju kembali ke ruangan pagi itu, saking cepatnya aku yakin bisa menang lomba jalan cepat tujuh belas agustusan kemarin, sayang sekali gak ikutan.

"Pagi, Bu," sapa Pak satpam di depan pos begitu aku lewat layaknya The Flash. Aku hanya mengangguk dan satpam yang kebingungan itu masih menatapku hingga masuk ke dalam, dia juga sempat melirik jam tangannya yang masih berada di pukul tujuh lebih lima.

Yah, rekor pertamaku datang sesubuh ini ke pabrik.

Terserah deh mau terlihat mencurigakan atau apa, yang jelas kalau mereka tahu tujuanku, gak akan jadi masalah sebenarnya.

Aku berjalan komat kamit sambil menarik kenop pintu ruangan, menyalakan lampu, menarik kursi, lalu duduk dan menyalakan laptop.

Gembolan jajanan gak sehat mau gak mau menjadi asupanku untuk pagi ini. Haha, yah, mudah-mudahan bala-bala, cireng dan tahu pedas cukup bergizi untuk membantu kerjaanku yang terlupakan a.k.a yang harusnya kukerjakan tadi malam dengan bergadang, tapi nyatanya ...

Aku menangkup muka dan menghela, membayangkan kemarin, semalaman, River ... dan aku ... ugh! bagaimana aku menceritakannya ...

Ah, sial, mukaku malah jadi panas! sudah-sudah nanti saja membayangkan itu! sekarang fokus bikin bahan Masterplan dulu. Masih ada dua puluh menit lagi sebelum Mbak Citra dan kawan-kawan datang, dan sang kepala itu akan menagih kerjaan ini untuk di cek dan revisi. Aku sangat tahu bagaimana tegasnya Mbak Citra menyangkut kerjaan, salah-salah malah ketauan hal lain! Omg! jangan sampai deh kalau yang satu ini!!

Aku pun mulai bekerja sambil meraup dua gorengan untuk kumakan dengan brutal sambil mengetik.

***

"Yas, ini terlalu singkat atau bagaimana, ya?" Mbak Citra berdecak dengan alisnya yang mengerut naik turun seolah mencoba memahami maksud dari tiga lembar bahan presentasi Pak Ilyas untuk produknya tahun depan.

Sempat aku mencuri lihat, dan tiga lembar itu gak lebih dari satu lembar cover, satu lembar gambar, gambar dan gambar, lalu beberapa tulisan kecil, mungkin hanya lima poin, lalu lembar terakhir kesimpulan.

Hahay, itu sih bukan singkat lagi kayanya, tapi irit,rit rit, ya kayak Pak Ilyas, persis!

"Lha emang bikin buku? buat apa presentasi kalau tinggal dibaca? ya sisanya gwa yang bicara langsung. Beberapa gambar itu hanya untuk contoh, gak semua orang mengerti bahasa desain." Pak Ilyas dan Mbak Citra saling adu pandang sebelum sang kepala itu akhirnya menghela.

"Benar, tapi maksud gwa gak sesimple ini juga, Yas, setidaknya orang yang gak hadir, atau minimal mereka mau baca ulang, bisa mengerti isi dari bahan ini. Jangan salah, kebanyakan ngomong juga bikin orang ngantuk, kecuali suara lo besar. Coba deh agak gendutin isinya sedikit lagi, poin-poin ini ada akar-akarnya, ya lo ngerti lah maksud gwa, atau mau gwa kasih contoh formatnya?"

"Enggak-enggak, ya udah sini balikin, gwa revisi dikit." Pak Ilyas pun beranjak dari kursinya dengan sedikit kerung dan Mbak Citra mengembalikan usb milik pria tinggi besar itu dengan sedikit senyuman.

"Nah, sekarang giliran kamu, Li."

"Ya, Mbak? kepanjangan ya? atau terlalu detail?" aku sudah sadar diri setelah menyimak pembicaraan mereka tadi, setidaknya aku gak mau sampai dicap keras kepala, lebih baik idealis dihilangkan dahulu jika bekerja di pabrik ini.

"Detailnya bagus, banget malah, aku saja gak sampai begini." Mbak Citra sempat terkekeh. "Tapi kepanjangan iya, dan cakupan kamu juga jadi terlalu luas, maksudnya, kita berdua kan sudah membagi arahan, jadi kamu cukup menjelaskan arahan kasual saja, nah arahan kasual ini mau kamu aplikasikan dalam produk apa pun tidak masalah." Aku mengangguk.

SWEET BITESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang