Page 25

4.7K 296 6
                                    

Keluar ruangan badanku rasanya lumayan membaik, namun yang mengejutkan ada sebuah kotak berisi sepaket bento serta minumannya tepat di atas mejaku. Aku menatap anak-anak ruangan semuanya mengedik, untungnya mereka tidak terlalu mempermasalahkan dari mana itu berasal dan malah memaksa aku untuk segera mengkonsumsinya.

Pasti mereka pikir itu dari owner, padahal diam-diam aku sudah menebak. Bentuknya sama persis seperti yang akhirnya dimakan Mbak Citra. Pasti dia. Siapa lagi? Aku mengunyah sambil tersenyum.

Sesampainya di kosan aku segera turun untuk mandi dan istirahat. Setelah kemarin semalaman terjaga dan tidak bisa tidur lalu pagi hingga siang tidak sarapan akhirnya terjadilah insiden tadi.

Sejujurnya aku malu membayangkan bagaimana cerita pingsan itu. Aku yakin 1000 persen para petinggi pasti terkejut dan bingung. Tapi ya sudahlah, kuharap anaknya bisa membantu aku untuk menjelaskan kepada mereka.

***

Setelah mandi dan berpakaian aku langsung merebahkan tubuh di atas kasur.

Dipikir-pikir lagi memang memalukan sekali hari ini, duh, bagaimana aku melanjutkan hidup besok? Argh!

Tubuhku berguling ke samping memeluk bantal, membayangkan bagaimana tadi siang River menemaniku, memberi minum dan tersenyum.

Dan ketika dia bilang gak terima untuk putus ...

Ya Tuhan, bisakah aku berbangga sedikit? sebegitu pentingkah aku sampai dia bilang begitu? Apa sih yang dia lihat dariku? mbak-mbak yang udah gak bisa dibilang muda lagi ini?

Ia juga selalu berlaku manis yang bikin aku addicted, yah mau gak mau mulai sekarang aku harus siap menghadapi apa pun resi ...

Eh, tunggu, apa aku benar-benar telah jatuh cinta dengannya? aku tahu ini bukan lagi rasa kagum dan takjub seperti sebelumnya, bukan mood boaster atau apapun istilahnya, bukan itu lagi.

Aku juga sudah menjadi pacarnya.

Dan arti siap menanggung resiko berarti juga siap untuk mempertaruhkan karir, pertemanan, dan harga diri ...

Ow God!

***

Pabrik di hari ini, sesuai espektasiku, sejak datang sepuluh menit sebelum bel berkumandang, aku sudah dikerumuni anak-anak bagian staf, pertama tentu saja dari devisi desain, lalu marketing, lalu akunting, lalu purchasing dilanjut produksi, lalu gudang terus ... hah! aku sampai kabur saat jam istirahat bersama Mbak Citra.

Dan kenapa juga harus sama Mbak Citra? dia bukannya bahaya banget?! tapi aku gak bisa menghindarinya, dia nempel aku terus sejak pagi. Tahu kenapa? karena dia merasa kesal pada hari itu tidak masuk dan melewatkan semuanya.

Aku bisa apa coba? bisa apa ....???

"Gila ya, kamu mendadak viral di kantor, Li." Aku hampir menelan baso urat itu bulat-bulat tapi buru-buru aku mengunyahnya dan meneguk minumanku sebelum batuk-batuk.

"Gak tahu deh, Mbak, lama-lama stres aku kalau diinteogasi bertubi-tubi kayak tadi."

Mbak Citra tersenyum tapi matanya tetap mengawasiku, tipikal dia banget kalau penasaran, gak banyak nanya tapi memperhatikan.

"Ya gimana enggak, kamu digendong Pak River begitu, ditambah dia juga jagain kamu selama pingsan kan?" Aku hanya mengangguk kecil, dan wanita itu terlihat semakin gemas. "Kamu sadar gak ada yang aneh?" kali ini perutku mendadak mulas. Bukan karena baso pedas yang tengah kumakan ini, tapi kata-kata Mbak Citra selalu bikin perut melilit.

"Aneh bagaimana sih, Mbak, biasa
aja kok." Aku kembali mengambil sesuap baso, tapi ekspresi senyuman Mbak Citra lagi-lagi membuat aku pingin buang angin.
Mak!

"Kayaknya sih menurut kacamata batin dan feeling aku, Pak River suka deh sama kamu."

Dan aku keselek benaran kali ini. Baso dari mulutku loncat setengah dan aku terbatuk-batuk sampai Mbak Citra ikut panik dan buru-buru menepuk punggungku dan memberi minuman. Alhasil hampir lima belas menit aku tersiksa hingga akhirnya baikan setelah rasa terbakar di tenggorokanku berangsur hilang, dan yap! makan siang pun berakhir kacau.

Setelah kata mutiara Mbak Citra yang tak bisa kujawab kami hanya punya waktu lima menit lagi untuk berjalan cepat, secepat mungkin kalau sanggup sebelum bel masuk berbunyi atau pak Dharma sang bos terhormat akan menemukanmu bahkan sebelum sempat kamu menarik napas.

***

"Gimana kondisi kamu hari ini? dah baikan? sorry, saya gak bisa ke pabrik hari ini."

Pesan River satu jam sebelum pulang sukses membuat perasaanku kembali pulih, bikin mesem-mesen, dan ...

Shit!

Aku baru sadar Mbak Citra dan Aldo sedang mengawasiku.

"Cie gak biasanya senyum-senyum sambil liat ponsel, dapet undian berhadiah ya?" celetuk Aldo asal
sambil terkekeh. Aku memutar mata sambil melelet lidah pada teman seruanganku yang sotoy itu.

Mbak Citra tidak berkomentar apa-apa selain tersenyum kecil namun penuh arti. Aku pun kembali meneruskan pekerjaanku di komputer sambil pasang muka serius lagi. Padahal aku tahu di kantor aku harus lebih hati-hati, lagi-lagi aku kecolongan.

***

Sesampainya di kosan aku langsung melempar tubuh begitu saja di atas kasur. Rasa lega sekaligus damai seketika menyelimuti.

Ah, seandainya ada remot di film Click-nya Adam Sandler, dan bisa aku pause di moment ini untuk beberapa hari saja, atau bahkan mengulang semuanya agar tidak ada kejadian kemarin, rasanya akan lebih baik.

Yah, berhayal saja terus Liliona!

Aku menghela panjang. Nasi sudah menjadi bubur. Bagaimana pun mulai sekarang aku benar-benar sudah harus siap untuk apa pun yang bakal terjadi.

Dan baru saja aku berniat memejamkan mata sejenak, dua buah ketukan terdengar di pintu kosanku.

***

SWEET BITESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang