Best Friend (2)

1.1K 103 11
                                    

Seokjin...

Jungkook menendang apapun yang ada dihadapannya. Kemarahannya atas ucapan Taehyung di mobil tadi masih sangat menguasainya. Bagaimana tidak, Taehyung mengatakannya dengan begitu mudah padahal dia belum lama mengenal Jungkook.

Egois?

Apa benarkah Jungkook seegois itu di mata orang-orang?

Dia sudah menjadi sahabat Seokjin bertahun-tahun, menemani anak itu setiap hari di rumahnya. Meski Jungkook tidak bisa diam dan ingin sekali mencoba banyak hal namun dia bisa menahannya demi Seokjin. Dia sudah melakukan segalanya selama ini!

Jungkook hanya sekali saja ingin mencoba sesuatu yang baru. Alasan dia tidak ijin tentang pendakiannya ke gunug Jiri  ya jelas karena kedua orang tuanya pasti tidak akan mengijinkannya. Jadi dia diam-diam pergi ke gunung dan meyakinkan kepada semua orang bahwa dia itu mampu melakukannya. Dan dia bisa. Jungkook bisa melakukan semua yang dia inginkan. Dia pulang dengan selamat tanpa cacat atau kejadian yang membahayakannya.

Dan Seokjin...

Jungkook mengerang,

Dia benci sekali mikirkan ini. Sebulan ini, dia sudah mencoba menghindari sahabatnya itu. Dia hanya fokus pada basket karena itu yang Jungkook sukai. Dunia lain dimana dia bisa melupakan dan mengenyahkan Seokjin dari pikirannya. Tapi, Jungkook selalu merasa bersalah.

Perasaan itu awalnya dia abaikan, dan menyakinkan dirinya bahkan perasaan yang selalu mengusiknya ini akan berangsur menghilang jika dia memperlakukan Seokjin dengan baik. Tapi bayangan itu selalu menghantuinya.

Tepatnya dua tahun lalu, saat dia dengan sengaja mengajak Seokjin pergi ke taman bermain dan mencoba banyak permainan. Awalnya semua berjalan dengan lancar, semua menyenangkan untuk mereka berdua. Namun tiba-tiba serangan asma yang di derita Seokjin kambuh. Seokjin kesulitan bernafas dan hampir kehilangan kesadarannya.

Saat itu Jungkook panik dan hanya bisa memeluknya, sementara orang-orang terpaku diam dan  menonton di kanan kirinya. Seokjin sudah pucat dengan bibir yang membiru. Jungkook pikir dia akan kehilangan Seokjin saat itu. Jungkook pikir dia akan jadi orang yang paling bersalah karena tidak bisa menjaga Seokjin sahabatnya dengan baik.

Setiap kali dia melihat Seokjin, bayangan Seokjin yang sekarat berkali-kali menganggunya. Mengusiknya bahkan dalam tidurnya. Jungkook selalu ketakutan, takut kejadian yang sama akhirnya terulang karena kecerobohannya.

Dan karena itu emosi Jungkook menjadi tidak stabil. Dia cemas dan khawatir setiap hari jika pintu rumah Seokjin tidak terbuka lagi dan tidak mendapati senyuman sahabatnya itu di pagi hari. Sama seperti hari ini.

Apa Jungkook egois? Kalau dia ingin lepas dari Seokjin?

Sebentar saja untuk bisa bernafas, dan merasa bebas dari rasa mencekik yang hampir dia rasakan setiap saat.

Tapi kenyataan, saat jauhpun Jungkook selalu memikirkan Seokjin. Mengira-ngira apa yang sedang Seokjin lakukan di rumah. Jungkook ingin menelfon dan menanyakannya. Tapi Jungkook selalu ragu, karena dia belum meminta maaf dengan baik, karena dia malah memanfaatkan kemarahannya untuk dia melarikan diri.

Jungkook merasa menjadi pengecut, bahkan dia membiarkan Seokjin sakit karena menungguinya.

.

.

.

Jungkook masuk ke dalam kelas Seokjin. Semalam dia ke rumahnya tapi kata ibu Seokjin, Seokjin sedang istirahat dan tidak ingin diganggu, tapi Jungkook yakin Seokjin juga sedang menghindarinya. Seokjin pasti semakin marah karena Jungkook tidak datang ke bioskop beberapa hari lalu.

You Never Walk Alone: TaeJinKook storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang