Hyung

655 46 10
                                    

Seokjin terkesiap saat mendapati rumahnya gelap gulita. Ini masih setengah enam sore, tidak mungkin adik-adiknya belum pulang. Setidaknya, dari enam adiknya, harusnya sudah ada satu anak yang di rumah, apalagi satu adiknya itu sedang rewel karena sejak pagi sudah tidak enak badan.

Seokjin menutup pintu rumahnya perlahan dan berjalan ke arah saklar dengan meraba tepi tembok. Karena di luar mendung, suasa sore ini jadi terasa lebih gelap dari biasa. Kesunyian aneh ini membuat Seokjin merinding.

"Kamcagiya!" Seokjin hampir saja menabrakan punggungnya ke tembok andai saja dia tidak bisa menahan dirinya untuk melompat saat kakinya tidak sengaja menginjak sesuatu di lantai.

Debaran di dadanya bergemuruh, bersama suara yang berasal dari gundukan di depannya,

"Hyungg...," rintihnya,

Seokjin berusaha bangun dari lantai, saklar lampu hanya beberapa senti darinya. Dia agak berjinjit untuk menekan saklar sampai ruang tengah rumah menyala, menampakan seseorang yang terlentang di lantai.

"Kau mengagetkanku saja Tae," gerutu Seokjin mengelus dadanya, mendapati kalau gundukan hidup itu adalah adiknya.

"Lapaarrr...," gumam Taehyung,

Seolah tidak menghiraukan kakaknya yang terkejut karena ujung kakinya menyenggol lengannya, Taehyung mendongakan kepalanya ke arah Seokjin dengan wajah penuh harap, meminta di beri makan.

"Bukannya aku sudah meninggalkan nasi dan lauk tadi pagi? Tinggal kamu panaskan saja," Seokjin melangkah ke dapur dan mengecek nasi di rice cooker, dan memang seluruh nasi sudah habis. Tapi Seokjin masih ingat dengan stok nasi instan di kulkas dan dia segera mengambilnya, lalu memasukannya ke dalam microwaves.

"Bangunlah dari situ, kamu bisa masuk angin," Seokjin mengingatkan pada Taehyung yang hanya mengulingkan tubuhnya ke arah Seokjin, masih dengan tatapan mengiba seperti anak yang belum makan berhari-hari.

Lagian suruh siapa dia seharian hanya tidur dan sampai lupa makan, jadinya ketika Taehyung akan pergi ke dapur tubuhnya melemas dan akhirnya memutuskan rebahan di lantai.

Seokjin tidak heran dengan peringaian adiknya yang satu ini, kadang absurb memang kelakuan dan sikapnya.

Seokjin menumis beberapa bahan makanan yang simple untuk Taehyung makan dan menyiapkannya di atas meja.

Taehyung merangkak dari lantai menuju meja makan.

"Minum susunya, abis itu jangan begadang lagi, kamu sih susah di bilangin. Hyung akan mencabut wifi rumah ini kalau masih ngeyel main game di tengah malam," peringat Seokjin.

Taehyung mengangguk pasrah, meraih sumpitnya dengan tangan bergetar karena serangan starvingnya. Lapar yang sampai membuatnya lemas sore ini.

Seokjin meninggalkan Taehyung yang melahap nasinya dengan segera.

Seokjin harus mandi. Sepulangnya dari kantor, tubuhnya penuh keringat yang membuatnya tidak nyaman. Belum lagi seharian ini clientnya cukup merepotkannya.

Sekembalinya Seokjin dari kamar miliknya, dia mendengar suara dari kamar mandi utama, dekat dapur.

Suara muntahan Taehyung.

"Ya! Kamu muntah Tae?" Seokjin memastikan di depan pintu kamar mandi, mendapati Taehyung memasukan kepalanya ke dalam kloset dengan wajah memerah.

Taehyung menjawab dengan anggukan lemas. Seokjin mendekat dan memijat tengkuknya pelan.

Taehyung memutahkan semua isi perutnya, di temani Seokjin. Sampai di rasa sudah selesai, Taehyung di papah menuju sofa ruang tengah. Membaringkannya di atas sofa agar nyaman.

You Never Walk Alone: TaeJinKook storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang