My Rival (JinKook/KookJin story)

411 42 15
                                    

Tuan Kim menarik tubuh putra satu-satunya, Kim Seokjin dari lengan teman kecilnya Jeon Jungkook. Begitu pula dengan tuan Jeon. Suara melengking dan jeritan dari kedua anak yang hanya berbeda lima bulan itu terdengar saat tubuh keduanya di pisahkan.

Ada bekas gigitan di pipi sebelah kanan Seokjin, nampak jelas siapa yang melakukannya. Dan di tangan kiri Jungkook terdapat cakaran memerah sepanjang lengan. Mereka berdua nampak saling menyerang begitu terdengar suara jeritan dan tangisan yang berasal dari bersalah satu kamar putra keluarga Jeon.

"Ya Tuhan, kalian berdua," sang tuan rumah, nyonya Jeon yang masih mengunakan apron masuk di ikuti nyonya Kim.

"Jinnie," si ibu memanggilnya pelan, tidak mempercayai apa yang sudah di lihatnya.

Putra kesayangannya yang penurut masih berteriak dan memberontak di atas gendongan ayahnya yang sudah lebih dulu masuk ke kamar.

Keluarga Jeon mengundang tetangga samping rumahnya untuk makan malam di rumah, mereka meninggalkan kedua anak laki-laki mereka yang masih berusia 5 tahun di kamar. Mainan sudah berserakan di lantai, awalnya semua baik-baik saja. Bahkan sebelum makan malam mereka selesai di buat, kejadian yang tidak diharapkan terjadi.

Butuh beberapa waktu untuk memisahkan mereka. Jeon Jungkook masih di gendongan ayahnya yang memberontak dan berteriak. Wajahnya memerah dan hidung besar membulatnya tampak mendengus dengan rakus. Ingin kembali menyerang tubuh lawannya.

Seokjin kecil sudah berhenti memberontak walau pipinya sudah basah karena air mata. Apalagi kehadiran orang-orang yang lebih tua darinya membuat nyali dirinya menciut. Sungguh, Seokjin bukan tipe anak pemberontak, tapi kalau di serang dan di perlakukan tidak adil dirinya pasti marah.

"Kookie!" tuan Jeon akhirnya mengeraskan suaranya, putranya yang sedikit keras kepala memang kadang kelewat batas.

"Appa!" Jungkook membalas dengan keras,

Tubuh kecilnya bergetar, tapi kemarahannya masih tersirat.

"Dia merusak mainanku!" Jungkook menunjuk Seokjin marah,

"Kau mengigitku, anak nakal!" balas Seokjin lebih galak.

"Sudah sudah ya, nanti mainannya bibi ganti," terdengar suara ibu Seokjin menengahi, "Seokjin minta maaf," perintahnya pada putranya. Nadanya masih lembut dan sabar.

Seokjin nampak semakin marah. Dia tidak merusak apapun, Jungkook saja yang kesal, jadi dia melempar mainan ke tembok karena mobil-mobilan yang dia rakit lebih bagus dari miliknya. Jungkooklah yang merusak mainannya sendiri.

Seokjin bersedekap dan dan membuang mukanya. Dia tidak sudi untuk minta maaf atas kesalahan yang tidak di lakukannya.

"Kookie, mainanmu kan sudah banyak, rusak satu kan bukan apa-apa," ibu Jungkook ikut turun tangan, mengusap kepala anaknya dengan lembut.

Jungkook menepis lengan ibunya kasar.

"Tidak mau!"

"Sudahlah, kau merusak acara kita saja, dasar anak bandel!" ayah Jungkook menimpali,

"Ayah, jangan bilang begitu, Jungkook hanya terlalu bersemangat jadi begitu," saut ibunya, segera menutup telinga putranya dengan kedua tangannya.

Nyonya Jeon tidak ingin ayahnya mengucapkan kata kasar pada Jungkook.

"Kau sih terlalu memanjankan, liat dia jadi nakal begini, memalukan di depan tamu," ucap ayah Jungkook sebelum keluar dari kamar Jungkook, sangat kesal dengan kelakuan anak semata wayangnya itu.

Sementara Seokjin dan kedua orang tua mereka masih di kamar, nampak canggung dengan pertengkaran kecil keluarga Jeon.

"Aku akan menyusul," kata tuan Kim setelah menatap istrinya sesaat. Dia harus menenangkan tuan Jeon. Ini bukan apa-apa, mereka berdua masih anak-anak, jadi wajar kan bertengkar karena hal sepele seperti mainan.

Sang istri mengangguk,

"Jinnie, bagaimanapun, kamu harus minta maaf ya dengan Kookie," ujar ibu Seokjin membujuk Seokjin yang masih merajuk.

"Eomma," Seokjin masih tidak rela dirinyalah yang harus minta maaf.

"Ayoo..."

Ibu Seokjin mendorong putranya maju, sementara Jungkook masih marah. Matanya merah dan sepertinya dia akan menangis. Tidak ada orang yang membelanya, jadi dia kesal sendiri.

"Kookie, ayo berjabat tangan dengan Jinnie, tidak baik kalau sesama teman bertengkar,"

Jungkook mengacuhkan ibunya, dan mengabaikan tangan kecil di depannya. Tangan Seokjin yang terulur ke arahnya. Seokjin akhirnya mau mengalah lebih dulu. Dia tidak nyaman dengan situasi mereka saat ini.

Tapi karena bujukan kedua ibu mereka, akhirnya mereka berjabat tangan untuk berdamai.

Tapi itu tidak akan lama. Selamanya, Seokjin dan Jungkook akan terus saling membenci.

Intro dulu ah, hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Intro dulu ah, hehehe....

Meski sibuk di real life, aku alhamdulilah masih nyempetin nulis di sini. Hiks. Referensi sama idenya banyak buat nulis cuma waktunya aja susah. Tunggu kelanjutannya ya.

Kangen mereka gelud begini, harus nunggu dua tahun lagi masa😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kangen mereka gelud begini, harus nunggu dua tahun lagi masa😭

Mau di bikin short apa berseri yak? Aku takut ideku buntu di tengah jalan ehhehe.... Komen dong biar makin semangat nulisnya hehehe....

You Never Walk Alone: TaeJinKook storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang