Mini (2)

289 32 22
                                    

Seokjin menalikan tali hoodie soft-pinknya dengan kencang, guna membungkus kepala mungilnya. Tekadnya sudah bulat, dia harus pergi ke tempat itu.

Ini sudah seminggu dan dia masih tinggal di villa selama ini hanya dengan Yoongi. Yoongi sendiri masih menolak kembali ke Seoul, dan mengerjakan semuanya pekerjaannya di studio yang dia ciptakan sendiri di salah satu kamar. Toh villa ini miliknya. Jangan tanya kenapa dia memilih membeli villa di Jeju. Ya untuk tempatnya mencari inpirasi dan mengaransemen lagu-lagunya saat Seoul terlalu bising untuknya.

Seokjin mengendap-endap agar suara kakinya tidak terdengar sampai ke kamar Yoongi. Dia sudah memesan sebuah taksi online mengunakan aplikasi di ponselnya dan taksi itu sudah menunggu di depan gerbang villa.

Sebuah tangan besar mencengkeram belakang hoodienya. Menarik Seokjin mendekat.

"Mau kemana kak?" Yoongi dengan suara dalamnya menginterupsi langkah Seokjin menuju pintu keluar.

Seokjin pasrah saat tubuhnya di seret Yoongi ke ruang tamu.

Wajahnya cemberut dengan pipi mengembung seperti anak yang gagal kabur dari rumah untuk main.

"Kak," Yoongi menyilangkan kedua lengannya.

Yoongi memang tadi di kamar, tapi dia sengaja mengawasi gerak gerik Seokjin dari CCTV di studionya. Itu satu cara yang bisa dia lakukan tanpa Seokjin sadari. Hanya untuk berjaga-jaga saja.

"Aku harus pergi ke suatu tempat Yoongi," Seokjin mengecek ponselnya, dia membatalkan pesanan taksinya dan menganti biaya pembatalannya pada sang supir.

"Jelaskan padaku kemana kau akan pergi? Bukankah keadaan Jin hyung tidak memungkinkan untuk pergi? Apa hyung terlalu bosan di rumah? Aku bisa menemanimu jalan-jalan," cerocos Yoongi membuat Seokjin mendesah.

Lalu Seokjin menjawab dengan mengeleng,

"Bukan begitu. Sebenernya aku memikirkan penyebab aku begini," jawab Seokjin jujur.

Setelah malam-malam yang dia lewati, dia baru menyadari kalau Seokjin melewatkan sesuatu.

"Apa itu?" Yoongi mengeser tubuhnya ke depan karena penasaran.

"Aku tidak yakin tapi," Seokjin tampak ragu, tapi dia harus mencoba, "Sebenarnya, saat pemotretan terakhir, aku tidak langsung pulang ke villa, Sang Yeop mengajakku bertemu di lokasi syutingnya dan kami sempat jalan-jalan,"

"Kau berkencan?"

"Ya Tuhan Yoongi, itu Sang Yeop," Yoongi mengangguk, tidak ingat Sang Yeop itu adalah salah satu aktor dan dia laki-laki.

"Lalu?"

"Kami jalan-jalan dan sempat bertemu dengan seorang nenek aneh,"

"Nenek?"

"Aku bilang aneh, karena dia menawari kami arak. Aku masih cukup ingat wajah dan rupanya. Itu satu hal aneh yang kutemui sebelum aku jatuh pingsan malamnya setelah minum-minum dengan kalian," Seokjin mengingat-ingat.

"Kau meminumnya?" Yoongi mengosok kening kanannya dengan jari telunjuk. Agaknya, aneh juga bertemu dengan wanita asing dan menawari mereka arak. Kalau itu tempat wisata semua mungkin, tapi bodoh sekali jika Seokjin benar-benar mencobanya.

"Iya, karena Sang Yeop yang membelinya, dan aku minum seteguk," jawab Seokjin getir. Dia tidak berhenti mengigit bibir bawahnya sampai merah. Kebiasaanya saat sedang panic.

"Lalu Sang Yeop hyungnim bagaimana?"

Seokjin semakin mengingit bibir plumnya gelisah,

"Untungnya dia baik-baik saja, aku melihatnya dari postingan di Instagram. Tubuhnya normal, aku juga menanyakan kabarnya semalam karena aku baru menyadari ini tengah malam. Karena itu aku ingin bertemu sekali lagi dengan si nenek, hanya memastikan saja, hanya itu kemungkinannya, arak itu membuat tubuhku mengecil," Seokjin menunduk sedih.

You Never Walk Alone: TaeJinKook storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang