Brother friend (3) - The last

388 39 17
                                    

Taehyung akan masuk kamar tempat Seokjin sedang di rawat namun dia melihat Jungkook sudah di sana menemaninya. Jadi dia tidak jadi masuk. Seokjin dan Jungkook tampak asyik mengobrol berdua sampai tidak memperhatikan lagi sekelilingnya.

"Tidak jadi masuk Tae?" paman Taehyung, atau adik laki-laki dari ibunya itu bertanya.

Paman Taehyung, alias Kim Jaehyung, menatapnya bingung. Beliau baru saja keluar sebentar untuk membeli beberapa keperluan Seokjin. Jaehyung melihat Taehyung di ambang pintu namun tidak masuk dan malah sekarang akan berjalan menuju bangku panjang di koridor ini.

"Paman, apa aku benar menerima bantuan dari donatur itu?" tanya Taehyung mengabaikan pertanyaan Jaehyung. Dari wajah Taehyung dia nampak dilemma.

Saat di tempat kerjanya, pihak rumah sakit menelfon Taehyung. Mereka memberitahu kalau adiknya mendapat bantuan untuk operasi usus buntunya. Gratis. Dan Seokjinpun sudah di pindahkan ke kamar tersendiri dan bersiap akan melakukan operasinya besok.

Taehyung sangat bersyukur dengan adanya bantuan ini, namun dia juga takut. Semudah itukah dia mendapat pertolongan di masa sulitnya?

"Kenapa harus ragu? Bukankah ini bagus, kau jadi tidak usah mencari uang sementara Seokjin bisa operasi. Operasi usus buntu itu mendesak loh Taehyung. Kasihan Seokjin," kata si paman yang tidak lelah bolak balik mengurus keperluan Seokjin dari rumah dan rumah sakit saat Taehyung tidak ada.

Jaehyung bersyukur, ada Jungkook yang dengan setia menemani Seokjin di kamarnya. Jadi Taehyung tidak khawatir Seokjin akan kesepian.

"Aku tahu, aku hanya takut. Paman tahu, aku tidak bisa mencari uang sebanyak itu sekarang," ujar Taehyung. Gurat lelah nampak di wajah super tampannya.

"Karena itu kau di beri seorang malaikat untuk menyelamatkan adikmu. Jikapun dia tidak ada, paman akan meminjami kau uang, jangan khawatir," kata Jaehyung menepuk bahu Taehyung lembut.

"Tapi aku sudah merepotkan paman dan bibi, aku tahu keluarga kalian juga sangat membutuhkan uang itu," sanggah Taehyung, serba salah.

"Terpenting itu keselamatan adikmu dulu ya Taehyung, ah ya anak yang datang setiap hari itu temanmu kan?" si paman teringat pada Jungkook.

"Dia teman Seokjin, aku mengenalnya karena kami sekelas," jawab Taehyung, wajahnya berubah mengeras.

"Jadi kalian teman kan?" tanya Jaehyung memastikan.

"Bukan,"

.

.

Taehyung menemui Seokjin setelah memastikan Jungkook sudah pulang. Seokjin nampak bersamangat dengan kedatangan Taehyung di sisi ranjangnya.

"Kakak kemana saja?" tanyanya, "Lihat kak Jungkook membelikanku banyak makanan sebelum aku mulai puasa besok," seru Seokjin memamerkan beberapa cemilan di nakas.

Taehyung hanya tersenyum tipis.

"Kakak mau," tawar Seokjin,

"Iya nanti kakak makan, bagaimana? Kau sudah siapkan untuk operasi besok?" Taehyung memastikan adiknya, karena sebelumnya Seokjin nampak khawatir dan waswas.

Seokjin mengangguk mantap, sudah tidak secemas sebelumnya.

Taehyung mengambil kursi dekat dengan ranjang Seokjin dan bertanya,

"Apa kau senang mengenal Jungkook?" tanya Taehyung.

Sebenarnya dia malas membahasnya, namun Taehyung hanya penasaran. Dia masih meragukan kebaikan Jungkook dan niatnya pada adiknya. Tapi sejauh ini Seokjin terlihat nyaman dengan ketua kelas sombong itu, Taehyung akan membiarkannya.

You Never Walk Alone: TaeJinKook storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang