Mini (3) The last

286 35 7
                                    

Jungkook membuka matanya, dia belum benar-benar terlelap. Gerakan kecil itu menganggunya. Jungkook memiringkan tubuhnya, dan dia mendapati bahu kecil di depannya bergetar pelan.

"Sttt..." Jungkook berusaha menenangkan yang lebih kecil.

Menepuk punggungnya dengan pelan. Sampai intensitas gerakannya berkurang dan lebih tenang. Baru Jungkook bisa kembali tidur.

.

.

.

Hari demi hari telah mereka lewati, Seokjin masih sama dan member yang lain juga masih dengan setia menungguinya di Villa milik Min Yoongi. Agensi memberi pengumuman pada penggemar melalui Weverse dan beberapa platform fansbase, bahwa semua anggota Bangtan menjalani waktu rehat mereka dan kembali tanpa batas waktu yang ditentukan.

ARMY menghargai itu dan tetap berinteraksi dengan member melalui platform pengemar. Setidaknya ruang ini cukup mengaburkan kekawatiran mereka tentang kealfaan satu member Bangtan yang memang sedang menjadi satu-satunya perhatian besar di cerita ini.

Seokjin sebenarnya sudah cukup frustasi karena stok fotonya selama di Jeju dalam bentuk tubuhnya yang normal semakin menipis. Kadang kala, dia tidak bisa mengabaikan permintaan fansnya untuk mengirimkan foto-foto selfienya. Jadi Seokjin memutuskan menjawab dan menyapa fans secara random dengan topik yang random pula. Hal itu ternyata cukup menghibur hati penggemar yang tidak menyadari hal besar sedang terjadi pada dirinya.

Agensi menawarkan untuk Seokjin kembali, meski nantinya dia akan kesulitan dengan dokumentasinya di bandara. Seokjin tidak ingin membuat banyak masalah sehingga dia tetap tinggal di Jeju. Seokjin takut. Dia masih belum bisa menghadapi dunia dan bagaimana nanti reaksi semua orang melihatnya seperti ini.

"Jim, kau curang!" suara Seokjin melengking di ruangan game. Tempat mereka memainkan game online siang ini.

"Jinnie, aku tidak curang ya?" Jimin menyanggah, dengan santai.

Tapi sungguh, bagi Seokjin Jimin itu mencuranginya dan akhirnya permainan itu di menangkan oleh Jimin.

"Tidak! Kau curang, dan aku jadi kalah kan!" Seokjin masih menaikan suaranya tanpa menurunkannya.

"Jinnie ayolah ini cuma permainan," Jimin masih bersikap santai, sudah biasa kalau kalah kakaknya pasti mengomel.

Sontak Seokjin menatap Jimin dengan galak.

"Apa? Cuma tentang game? Ini bukan hanya tentang game tapi bagaimana kamu respek dengan orang yang lebih tua," Seokjin menyauti dengan wajah memerah, marah.

"Jin hyung," ekspresi Jimin berubah, sepertinya Seokjin serius.

Padahal ini hanya masalah sepele. Tangannya sengaja menyenggol lengan Seokjin agar Seokjin kalah dalam permainan yang berkali-kali sudah di menangkan olehnya. Jimin hanya berniat meledek, dia bosan karena kalah terus.

"Jinnie, benar, ini hanya permainan, toh dari tadi hyung sudah menang berkali-kali," Taehyung menyauti,

"Aku sudah tahu, kamu pasti akan membelanya Taehyung!" suara Seokjin semakin melengking, sampai urat di lehernya nampak.

Seperti ucapan Taehyung semakin memprovokasinya.

"Ada apa?" Namjoon masuk ruangan mereka menatap ketiga member yang ada di ruang game satu persatu.

"Di mana Jungkook!" jerit Seokjin marah,

"Jungkook dan Hoseok belanja kebutuhan kita," jawab Namjoon kaget, Seokjin membentaknya dan hal itu tidak pernah di lakukan Seokjin padanya sebelumnya.

You Never Walk Alone: TaeJinKook storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang