15. Merry? Pregnant?

41 6 1
                                    

_All about Trauma_

Keadaan dalam mobil begitu tegang. Sahi tak menatap hany sekalipun dari tadi, rasa kecewanya masih terus menjadi jadi. Sedangkan ibu sahi menangis di kursi depan. Sibuk dengan pikiran masing masing. Roshi yang menyetir pun bingung, ia hanya diam fokus menyetir di suasana yang tegang ini. Hanya bersuara mesin mobil dan suara lalu lalang kendaraan lain

"Kamu harus tanggung jawab sahi" ucap ibu sahi setelah lama nya hening

Sahi tak tau harus menjawab apa, apa lagi hany. Ibu sahi menyangka bahwa anak ini adalah anak sahi. Roshi juga ikut bingung karna ia juga tau asal usul sandiwara ini.

"Sahi. Kamu denger mama?" Tegur ibu sahi karna ucapannya tadi tak mendapat respon

"Iya mah" sahi semakin menunduk kearah jendela. Hany melirik sahi yang tampak sedih nan kecewa, hany bingung dengan sikap sahi yang seperti tersakiti. Apa sahi menyukai hany? Ah gak mungkin. Lalu kenapa sahi berubah seperti ini? Kalau memang tidak menyukai hany, kenapa ia tampak kecewa? Seharusnya biasa biasa saja kan?

"Kamu harus nikahin hany secepatnya"

Tentu hany dibuat gelagapan dengan perkataan itu. Ia tak tau situasinya akan serumit ini. Bagaimana dengan cherel? Bagaimana ini? Apa mereka harus jujur? Atau tetap bersandiwara seperti ini? Tapi ini pernikahaan.. tidak bisa dibuat main main

Sahi juga bingung. Apa ia harus menikahi perempuan yang telah mengecewakan nya? Apa ia harus jujur pada ibunya? Apa tetap melanjutkan sandiwara ini demi kesehatan ibunya? Hey.. kenapa jadi seperti ini?


"Nikah mah?" Tanya sahi lirih. Roshi ikut panas dalam situasi ini, ia kasihan dengan sahi dan hany yang tampak tertekan.

"Iya. Siapa lagi ayah bayi itu?" Tegas ibu sahi

Sahi terdiam. Ia pun memberanikan diri untuk berkontak mata dengan hany, berdiskusi isyarat dari tatapan itu. Mereka juga bingung, apa yang harus sahi katakan

Tidak mungkin juga hany langsung jujur dengan semua ini. Ini akan melukai hati ibu sahi sekaligus mempengaruhi kondisi kesehatan nya

"Besok kita dateng ke rumah hany biat ngelamar hany. Kita tentuin tanggal baik buat kalian nikah" ujar ibu sahi berusaha tegar

"Hany. Sahi bakal tanggung jawab karna buat kamu berbadan dua kayak gini"
"Sahi bukan anak kecil lagi. Dia harus ngerti dan bisa bertanggung jawab seperti pria dewasa"

Mereka masih bingung mencari kata untuk menjawab ucapan ibu sahi.

"Hany. Kita anterin kamu pulang atau gimana? Di mana rumah kamu?" Tanya ibu sahi

"E-em.. abang ku yang jemput tan. Biar aku nunggu di rumah kak sahi dulu"

...

Cherel tampak kebingungan. Ia pun segera kembali ke rumahnya, lalu melacak lokasi hany di sebuah monitor di ruang kerjanya. Ia juga mengehack cctv di rumah itu

Jarinya lihai mengetik sesuatu dan dengan serius melihat hasil sadapnya. Tampak diruangan itu hany yang mual mual, raut wajah cherel berubah menjadi khawatir. Ia pun memundurkan hasil rekam cctv itu. Dan ia menangkap hany dan sahi sedang berciuman

All About Trauma. end√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang